
Laki-laki yang menghamili anaknya tak ubahnya binatang yang suka mengawini anak-anaknya. Lantas di mana akal sehatnya?
Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com)
Narasiliterasi.id-Pria itu sejatinya laksana malaikat yang memiliki naluri melindungi dan mengayomi. Ia pun terdepan dalam membimbing keluarga dan menjaga buah hati. Namun, tidaklah demikian yang dilakukan laki-laki asal Kota Hujan ini.
Laki-laki berinisial S (37) warga Kecamatan Watumalang, Wonosobo ini sungguh bejat. Detik.com memberitakan bahwa ia tega merudapaksa anak kandungnya hingga hamil. Kasus ini terungkap ketika korban yang masih di bawah umur mengeluh sakit perut kepada ibunya.
Kemudian, ibunya membawanya ke Puskesmas untuk berobat. Karena curiga, petugas melakukan tes kehamilan. Ternyata, hasilnya positif bahwa korban sudah hamil 7 minggu. Demikian yang disampaikan Kasat Reskrim Polres Wonosobo AKP Kuseni saat jumpa pers, Rabu (11–9–2024).
Kuseni juga mengungkapkan bahwa pemerkosaan ini telah dilakukan berulang kali selama tiga bulan, yaitu sejak April 2024 sampai Juli 2024. "Itu dari hasil pemeriksaan sudah 40 kali lebih pencabulan," ungkapnya. Tersangka melakukan kebiadabannya ketika istrinya di kebun. Saat itu ia pulang melakukan aksinya dengan ancaman kekerasan.
Atas perbuatannya, tersangka terjerat Pasal 81 atau Pasal 82 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara. Namun, karena pelaku sebagai ayah kadung, maka ditambah sepertiga hukuman.
Mirisnya, kasus serupa tidak kali ini saja, tetapi terus berulang terjadi. Seperti di Kabupaten Kotawaringin Timur, SG (45) tega menyetubuhi kedua anak perempuannya sekaligus dari bulan Januari hingga April 2024. Di Kotawaringin Barat, UN (49) memperkosa anak perempuannya hingga bertahun-tahun.
Laki-Laki Kehilangan Akal Sehat
Sejahat-jahatnya laki-laki, ia tak akan memangsa anaknya sendiri. Jika itu terjadi, maka ia tidak ada bedanya dengan hewan yang suka mengawini anak-anaknya, bahkan lebih rendah dari binatang. Hal ini karena sejatinya Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia. Malaikat pun bersujud pada Adam sebagai manusia saat penciptaannya.
Akal dan keimanan yang dimiliki itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Oleh karena itu, seseorang haruslah memakai akalnya untuk berpikir hingga mengantarkan pada keimanan terhadap Rabb-nya.
Yang demikian itu karena jika seseorang tidak menggunakan akalnya untuk berpikir, maka ia hanya diperbudak oleh nafsu. Padahal, saat seorang laki-laki telah diperbudak oleh nafsu, maka ia akan menjadi perusak. Tak hanya itu, ia akan menjadi penghancur yang paling dahsyat di muka bumi ini, baik disadari maupun tidak. Allah Swt. berfirman,
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.' Mereka berkata, 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?' Dia berfirman, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'" (TQS Al Baqarah: 30).
Dari ayat ini kita belajar bahwa seseorang harus selalu bertasbih atas nama-Nya. Bahkan, setiap hamba mesti menyucikan perintah dan larangan Sang Pencipta, Allah Swt. Dengan demikian, ia bisa menjadi khalifah di bumi. Namun, apabila seseorang dikendalikan nafsunya, ia hanya akan menjadi makhluk perusak sebagaimana laki-laki yang tega menghamili anaknya.
Akibat Pemerkosaan
Pemerkosaan tidak bisa dipandang sebelah mata, karena akibatnya pun tidak sederhana. Bagi korban, ia telah kehilangan keperawanannya seumur hidup. Perasaan takut, marah, malu, dan jijik pada diri sendiri akan terus menghantui. Psikologinya pun akan terganggu. Anak yang mestinya belum mengenal seksualitas, malah dijadikan pemuas, bahkan oleh laki-laki yng menjadi ayah kandungnya.
Parahnya, jika ternyata anak itu hamil, ia akan melahirkan keturunan yang rusak nasabnya. Bahkan, kemungkinan besar ia akan membenci anak yang lahir tidak dikehendakinya itu. Setelah menikah pun, ia akan selalu merasa khawatir jika laki-laki yang menjadi suaminya akan melakukan hal serupa pada anaknya, sebagaimana yang pernah ia alami.
Baca : Aborsi Marak dalam Sistem yang Rusak
Bahkan, korban pelecehan seksual dan pemerkosaan juga bisa mengalami disorientasi seksual di kemudian hari. Seorang gadis bisa saja mengalami ketakutan bahkan benci terhadap laki-laki. Akhirnya, ia terjerembap ke dalam kubangan LG8T atau penyuka sesama jenis. Sungguh benar apa yang difirmankan Allah Swt., bahwa zina itu mendekati saja dilarang, apalagi melakukannya. Allah Azza wajalla berfirman.
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk." (TQS Al-Isra: 32)
Akar Masalah
Sejatinya negara sudah memberikan berbagai pencegahan, termasuk melakukan kampanye anti kekerasan seksual. Pemerintah juga telah memberi pendidikan seksual, dan menyediakan tempat pelaporan. Bahkan, pemerintah bekerja sama dengan internasional dalam mengeluarkan hukum tindak kekerasan seksual. Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) pun telah diberlakukan.
Namun, semua upaya itu seolah tidak berguna. Kasus pelecehan seksual, dan pencabulan, serta pemerkosaan malah marak. Rumah yang harusnya menjadi tempat berlindung justru seperti hutan belantara. Bahkan, di rumah sendiri seolah terdapat ular berbisa dan singa yang siap memangsa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa negara telah gagal melindungi rakyatnya. Hal itu karena berbagai pencegahan dan solusi yang ditawarkan pemerintah tidak menyentuh akar masalah.
Adapun akar dari segala kebobrokan itu tiada lain karena kehidupan diatur dengan sistem yang salah. Negeri ini, mengaku berideologi Pancasila yang menempatkan Tuhan di tempat utama.
Namun, praktiknya menerapkan sistem ideologi kapitalisme buatan penjajah. Itulah akar masalahnya. Sistem kapitalisme yang sekuler dan liberal menjadikan rakyatnya hidup bebas, liar, dan tidak peduli halal haram.
Aturan Tuhan akan dipandang sebelah mata, bahkan dimusuhi. Akhirnya, Mereka tidak mampu lagi berpikir dengan benar. Ketika nafsunya bangkit, ia akan melampiaskan sesuka hati. Akibatnya, kerusakan demi kerusakan terus meluas di setiap sendi kehidupan.
Terlebih lagi, orientasi sistem kapitalisme adalah kapital atau materi dan kesenangan. Tak heran sistem ini banyak melahirkan orang-orang yang hedonis dan individualis, bahkan kejam dan bengis.
Di samping itu, negara telah dikebiri malalui hukum konstitusi. Akibatnya, negara menjadi mandul, tidak mampu memberikan sanksi yang menimbulkan efek jera bagi para pemerkosa. Walhasil, pelecehan seksual dan pemerkosaan terus berulang.
Inilah kebobrokan sistem kapitalisme yang diadopsi dari Barat. Pencegahan dan solusi perlindungan anak dan perempuan yang selama ini ditawarkan hanya ilusi dan kebohongan semata.
Solusi Hakiki
Sebagaimana kita telah pahami, bahwa akar masalah maraknya pelecehan seksual, pemerkosaan, atau pencabulan adalah sistem kapitalisme buatan penjajah. Oleh karena itu, solusinya pun harus secara sistemis pula, yakni dengan mengganti sistem rusak dengan sistem baru dan sempurna, itulah sistem sistem Islam yang berasal dari Allah Azza wajalla.
Keimanan yang Tinggi
Keimanan yang tinggi pada setiap individu. Dengan keimanan yang kuat, seseorang tidak akan melanggar hal-hal yang dilarang Allah Swt. Selain itu, orang tua laki-laki harus mengedukasi seluruh anggota keluarganya untuk menjaga pergaulan dalam rumah tangga.
Di antaranya adalah memisahkan anak-anak di tempat tidur, memerintahkan anggota keluarga untuk menutup aurat sesuai batasan syariat. Setiap orang tua juga harus mengajari pada keluarga, bagaimana adab memasuki rumah ataupun kamar orang lain.
Caranya adalah dengan meminta izin terlebih dahulu kepada penghuninya. Ketika ada yang melanggar, maka wajib saling mengingatkan. Inilah langkah awal mencegah maksiat dalam pergaulan.
Kontrol Masyarakat
Adanya kontrol masyarakat. Sebagai anggota masyarakat harus peduli terhadap apa pun yang terjadi di lingkungan. Jika ada yang melanggar syariat seperti ber-khalwat, maka harus ditegur. Jika ada anak yang terlihat selalu sedih, atau takut, maupun mengeluh sakit, maka harus ada kepedulian.
Hal ini untuk mengetahui bila mana ada sesuatu yang sedang menimpanya. Namun, langkah ini belum cukup jika negara malah abai terhadap rakyatnya sebagaimana hari ini.
Peran Negara
Dibutuhkan peran negara, dan ini yang paling penting. Di antaranya, negara harus mengedukasi setiap individu rakyat agar memahami dan taat pada aturan Sang Pencipta, Allah Swt. Hal ini dijalankan melalui kurikulum pendidikan agar ketika dewasa, mereka sudah paham akan wajibnya taat pada syariat.
Selain itu, negara juga bisa menggencarkan dakwah. Misalnya, dengan menyebarkan para dai ke seluruh pelosok negeri. Langkah itu agar rakyat menjadi paham tentang pentingnya menegakkan syariat.
Namun, hal ini mesti dibarengi dengan dukungan media-media yang tidak menayangkan pornografi termasuk konten L68T. Sebaliknya, negara memenuhi setiap media dengan konten yang islami, atau konten tentang ilmu pengetahuan, dan acara anak-anak yang mendidik.
Demikianlah solusi Islam yang wajib dijalankan agar kasus yang memilukan hati itu tidak berulang terjadi. Sebaliknya, selama negara masih mengadopsi ideologi kapitalisme yang sekuler dan liberal, maka segala kerusakan akan terus berulang. Kerusakan baru juga mengadang di depan mata, baik kerusakan alam maupun kerusakan jiwa manusia.
Wallahualam bisshawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
