Menjadi 'The Next Mush'ab' Versi Goresan Pena

The next mush'ab

Jangan putus asa di tengah perjuangan kita untuk menghasilkan karya. Sebagaimana Mush'ab yang senantiasa melakukan yang terbaik untuk Islam dan Rasul.

Oleh. Mulyaningsih
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Siapa yang tidak mengenal nama salah satu sahabat Nabi saw. yang luar biasa? Pemuda gagah, tampan, cerdas, dan wangi. Ialah sosok pemuda tampan bernama Mush'ab bin Umair.

Tentu semua mengetahui siapa sosok tersebut. Beliau adalah orang pertama yang Nabi saw. utus untuk menjadi duta Islam. Mush'ab diperintahkan untuk menyampaikan Islam ke wilayah Madinah serta menyiapkannya menjadi sebuah negeri yang mau menerima Nabi saw. dan menerapkan Islam dalam kehidupan manusia.

Tugas yang begitu berat dan amat penting itu ternyata mampu diselesaikan dengan baik dan sempurna. Saat itu berkat kegigihan Mush'ab dan pertolongan Allah Swt. penduduk Madinah akhirnya berbondong-bondong mengucapkan syahadat dan mau menerapkan Islam secara sempurna menyeluruh. Termasuk pula mau tunduk di bawah ketaatan terhadap Nabi saw.

Awal Mula Mush'ab Menjadi Duta

Mengapa Mush'ab mampu mengemban amanah yang begitu penting serta luar biasa itu? Jawabannya karena taat kepada Nabi serta panggilan akidah untuk menyebarkan Islam.

Dengan kecerdasan yang begitu luar biasa, ia mampu menjelaskan Islam dengan runut dan sistematis. Membuat semua orang yang mendengarnya menjadi terhipnotis dan mengiyakan apa yang dikatakan.

Bahkan jika kita hidup pada masa Nabi saw. tentu kita akan terpesona dengan alunan diksi yang keluar dari mulut Mush'ab. Padahal, jika kita lihat lebih dalam, beliau sebenarnya adalah anak dari orang terpandang, kaya alias serba kecukupan. Bahkan para gadis mengidolakannya karena berparas tampan.

Namun, Mush'ab tak berdiam diri terhadap berita tentang Al-Amin yang membawa agama baru. Kemewahan yang diterimanya tak pantas membuatnya santai dan menutup mata atas perkembangan dunia. Justru sebaliknya, sikapnya senantiasa ingin mengetahui sesuatu dan belajar lebih, jika itu kebenaran menjadi hal yang dilakukannya.

" … (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (TQS. Ar-Ra'd: 28)

Saat itu, Mush'ab tertarik pada berita bahwa Nabi saw. membawa agama baru, yaitu Islam. Ia terpesona dengan alunan ayat suci Al-Qur'an yang dibacakan oleh baginda Nabi saw. dan akhirnya mau belajar dan memeluk Islam.

Padahal, pertentangan begitu nyata di hadapan, sang ibunda sendiri tidak menyukai ajaran baru (Islam) yang di bawa Muhammad. Namun, Mush'ab tetap pada keyakinan dan akhirnya menyampaikan bahwa ia telah masuk Islam.

Ibundanya pun sontak kaget dan akhirnya mengasingkan beliau ke tempat terpencil (memenjarakan). Dengan akal cerdiknya, maka akhirnya Mush'ab mampu melepaskan diri dengan cara mengelabui ibundanya dan para penjaga. Terlepas dari itu semua adalah pertolongan serta kemudahanan yang Allah Swt. berikan kepadanya.

Ketika menjadi duta Islam di Madinah, beliau hanya menyampaikan apa yang memang diberikan oleh baginda Nabi saw. Dengan sopan santun yang utama dan kecerdasan yang dimiliki, maka alhamdulillah para penduduk akhirnya mau mendengarkan dan berbondong-bondong masuk Islam.

Dalam menyampaikan Islam, Mush'ab tak memakai titel kedua orang tuanya termasuk kekayaannya. Saat masuk Islam saja, beliau rela meninggalkan kemewahan yang sengaja diberikan oleh orang tua. Ketika masuk Islam, dari sisi penampilan saja kurang memenuhi, termasuk pada pakaian.

Namun, ketika ingin menyampaikan Islam kepada penduduk Madinah, beliau menampilkan sisi fisik beliau yang sempurna, maksudnya adalah berpenampilan lebih ketika dilihat dari luar. Ini menjadi modal ketika bertemu dengan masyarakat Madinah. Tak lupa modal utama yang harus ada adalah berbagai tsaqofah Islam yang akan dibagikan kepada masyarakat.

Saat amanah duta itu diambil, Mush'ab sebenarnya masih terkategori usia muda. Namun, beliau mampu serta membuktikan bahwa usia muda tak menjadi penghalang baginya untuk menyampaikan Islam kepada penduduk Madinah.

Tua muda, Laki-laki wanita, semua mau mendengarkan penjelasan dari pemuda bernama Mush'ab, bahkan mereka begitu antusias mendengarnya hingga hasilnya pun begitu luar biasa.

Padahal, kalau kita pikirkan banyak para sahabat yang dari sisi keilmuan dan usia jauh dari Mush'ab. Namun, Nabi saw. mempercayakan amanah duta Islam ini kepadanya. Berarti Nabi telah memikirkan dan memandang bahwa Mush'ab mampu mengemban amanah tersebut.

Alhamdulillah, hasilnya begitu memuaskan dan membuat bangga. Madinah mampu menjadi wilayah yang disiapkan untuk cikal bakal penerapan Islam dalam konteks kehidupan manusia dan dengan dilindungi sebuah institusi yaitu Daulah Islam.

Next Mush'ab Versi Goresan Pena

Setelah kita mengetahui kisah heroik nan luar biasa dari Mush'ab, maka kita ingin menjadi seperti beliau. Sosok duta Islam yang akan menyampaikan all about Islam ke berbagai penjuru dunia. Artinya kita perlu menyiapkan dengan sungguh-sungguh modal yang akan kita bagi.

Itulah tsaqofah Islam yang bisa kita dapatkan ketika belajar Islam. Tentunya akidah Islam harus benar-benar mengkristal dalam diri kita. Dengan begitu, akhirnya kita sadari benar bahwa kita adalah bagian besar dari visi Mush'ab tadi.

Salah satunya adalah dengan menjadi duta Islam walaupun dengan tulisan kita. Karena dengan tulisan itu ternyata juga mampu menembus para pembaca di berbagai wilayah dunia.

Ketajaman analisis yang tersaji pun mampu memberikan rasa keingintahuan lebih pada pembaca. Bahkan, jika ia belum berislam maka bisa jadi ia akan mencari tahu apa itu Islam. Jadi, jangan sepelekan tulisan kita, siapa tahu deretan diksi itu mampu berbuat lebih dari sekadar kita menyampaikan secara langsung ke umat.

Bisa saja ketika kita berbicara dengan orang lain, maka orang tersebut tidak mampu menangkap apa yang sedang kita bicarakan. Namun, dengan tulisan ternyata mereka lebih bisa menangkap maksud kita. Maka, dengan menuliskannya menjadi solusi atas segala kekurangan yang ada pada diri kita sendiri.

Apa yang Perlu Disiapkan?

Menjadi duta adalah sesuatu yang mungkin sebagian orang bilang susah, ribet, beban, dan lain sebagainya. Namun, yakinlah bahwa Allah Swt. akan menolong hambanya yang serius menolong agama-Nya.

Tentunya kita harus menyiapkan perbekalan komplet agar mudah diterima oleh para pembaca. Salah satunya adalah kita harus memiliki akidah Islam yang tangguh. Dengan akidah tadi, maka kita mampu melakukan berbagai aktivitas tertuju hanya kepada Allah Swt. Artinya, ketika melakukan aktivitas sesuai dengan konteks hukum syarak saja, bukan lainnya.

Akidah tadi juga mampu memberikan energi luar biasa kepada manusia. Penyaluran energi tentunya harus kita lakukan, caranya menghadirkannya lewat deretan diksi indah menggugah kepada para pembaca.

Energi yang ada pada kita bak bara api yang harus disalurkan kepada lainnya. Jika tidak tersalurkan, maka akan terjadi kebakaran dan menjadi berbahaya.

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi)

Oleh karena itu, kita menyalurkannya lewat tulisan yang mampu membuat pembaca menjadi sadar dan mengerti makna terkait dengan manusia, alam, dan kehidupan. Layaknya mampu menjawab pertanyaan dasar dari ketiga hal tersebut.

  1. Dari mana kita berasal?
  2. Untuk apa kita diciptakan?
  3. Setelah kematian, ke manakah kita kembali?

Pertanyaan mendasar itu tentunya menjadi langkah awal kita untuk lebih dalam mengetahui Islam. Hal yang sama juga tentu dilakukan oleh duta Islam pertama, beliau tentunya menjelaskan secara detail yang berkaitan dengan tiga pertanyaan mendasar itu. Karena muaranya tentu pada akidah kita.

"Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban).” (TQS. Al-Qiyamah: 36)

Satu lagi yang perlu kita persiapkan adalah mendapatkan ilmu kepenulisan yang banyak. Hal ini penting dilakukan agar kita mampu menghadirkan tulisan dengan bobot baik. Tentu baik bukan dari sisi kita yang menilai, namun dari para pembaca budiman.

Selain itu, agar inti dari apa yang ingin kita sampaikan benar-benar akan masuk ke dalam pikiran para pembaca. Dan endingnya adalah pembaca memahami benar apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh penulis.

Dalam menulis, kita pun harus memperhatikan berbagai kata yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca mengerti sekaligus paham apa sebenarnya yang menjadi poin utama dari tulisan. Maka, wajib berguru dengan seseorang yang mempunyai keahlian di bidang itu.

Baca juga: Menjinakkan Monster Malu

Langkah selanjutnya adalah selalu latihan untuk menghasilkan karya. Walaupun di awal terkadang kita merasa tulisan kita masih receh dan kurang baik, tetapi dengan terus latihan insyaallah menjadi terbiasa dan mengetahui letak kesalahan yang pernah kita lakukan.

Dengan begitu, maka tulisan receh tadi lambat laun akan menjadi tulisan yang dicari oleh seluruh pembaca. Maka, jangan putus asa di tengah perjuangan kita untuk menghasilkan karya. Sebagaimana Mush'ab yang senantiasa melakukan yang terbaik untuk Islam dan Rasul.

Percaya bahwa Allah Swt. akan menolong kita dan menguatkan.

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (TQS. Muhammad: 7)

Penutup

Yakinlah bahwa Allah Swt. tentu tidak akan meninggalkan hambanya yang beriman. Dan yakin pula bahwa Ia telah memberikan modal yang sangat berarti bagi manusia yaitu akal.

Dengan akal tersebut, maka insyaallah kita menjadi manusia yang mampu memilah dan memilih aktivitas yang bersandar hanya pada hukum syarak semata.

Sekali lagi, contohlah Mush'ab bin Umair yang senantiasa istikamah di jalan Allah Swt. dan mau meninggalkan gemerlapnya dunia. Karena seorang muslim sadar benar bahwa kata kekal itu hanya ada pada nanti, yaitu akihat.

Kita semua sepakat bahwa dunia tempat kita mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk di akhirat kelak. Karena tempat terakhir yang kita akan tempuh begitu luar biasa, ialah surga Allah yang kenikmatannya tak mampu ditandingi oleh apa pun. Wallahu alam.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal." (TQS. Al Kahfi: 107) []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mulyaningsih Kontributor Narasiliterasi.Id
Previous
Relevansi Islam dalam Mitigasi Bencana
Next
Pemuda Pelopor Perubahan Wujudkan Generasi Khoiru Ummah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram