Hajar Aswad

Hajar Aswad adalah batu mulia yang diturunkan dari surga di tengah-tengah manusia sebagai bukti kebesaran-Nya, agar bertambah keimanan dan ketakwaannya.

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Hajar Aswad adalah sebongkah batu yang mendapatkan kedudukan istimewa dalam Islam. Batu ini hanya ada di tanah suci Makkah. Mereka yang menunaikan ibadah haji dan umrah tak lengkap rasanya bila tak mengusap atau menciumnya.

Maka tak heran bila menyaksikan para jemaah berlomba-lomba untuk bisa mengusap dan menciumnya. Bahkan ada yang rela membayar joki agar bisa sampai ke batu tersebut.

Hajar Aswad secara bahasa Arab disebut al-hajaru al-Aswadu yang berarti batu hitam. Sebuah batu yang dibawa oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Ibrahim a.s. saat pembangunan Ka’bah hendak rampung.

Batu ini adalah sebentuk batu yang tidak lazim seperti batu pada umumnya. Ia menebarkan aroma wangi yang khas, dan dipercaya berasal dari surga. Warnanya putih seperti susu dan dapat mengeluarkan cahaya yang sangat terang. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu sinarnya meredup warna pun memudar menjadi menghitam.

Peletakan Hajar Aswad oleh Rasulullah saw.

Tahu mengapa menghitam? Karena telah menyerap dosa-dosa manusia yang berada di bumi. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Tirmizi yaitu, "Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak Adam telah menjadikannya hitam."

Konon, hajar Aswad sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim. Jauh sebelum Islam hadir, batu ini telah mendapat hati tersendiri di masyarakat Arab. Saking sakralnya, Nabi Ibrahim berniat menaruh batu hitam itu pada dinding pojok Ka’bah.

Pada suatu hari, terjadi banjir bandang di Makkah. Banjir tersebut membuat batu hanyut dan berpindah dari tempat semula. Mengetahui kejadian itu, kaum Quraisy hendak meletakan kembali batu ke tempat semula. Namun, terjadi perselisihan di antara pemuka kabilah tentang siapa yang paling berhak memindahkan batu mulia tersebut. Pendapat pun bermunculan agar yang berhak memindahkan adalah orang yang tepercaya alias jujur. Setelah diadakan perundingan, mereka pun meminta pendapat Muhammad bin Abdullah tentang perkara tersebut.

Muhammad dengan bijaksana meminta kepada mereka agar dibawakan selembar kain putih. Kemudian kain putih dibentangkan dan hajar Aswad ditaruh di tengah kain. Setiap kepala kabilah memegang ujung kain dan beramai-ramai mengantarkannya ke pojok Ka’bah. Alhasil, semua kabilah mendapatkan haknya mengangkat hajar Aswad.

Ilmuwan Meneliti Hajar Aswad

Berangkat dari informasi seperti di atas, para ilmuwan terdorong untuk meneliti keberadaan batu hitam guna menemukan jawaban dan kebenarannya secara sains. Ternyata, hasil penelitian para ilmuwan ditemukan fakta bahwa hajar Aswad serupa dengan batu akik tetapi lebih mirip dengan batu meteor atau meteorit. Bahkan, ditemukan juga jejak-jejak meteorit di seputar hajar Aswad.

Ilmuwan E. Thompson mengungkapkan dalam studi New Light on the Origin of the Holy Black Stone of Ka’bah (1980) bahwa pada 1932 silam, seorang peneliti Philby di Al-Hadidah telah menemukan kawah meteor yang disebut Wabar. Sebuah kawah yang berukuran 100 M. Selain itu, sekitar kawah dan gurun telah banyak ditemukan pecahan meteorit.

Pecahan meteorit terbentuk dari peleburan pasir, silika, dan nikel. Seiring berjalannya waktu, perpaduan batu-batu tersebut menimbulkan lapisan berwarna putih dari dalam, tetapi terbungkus cangkang hitam di bagian luar.

Sementara, warna hitam diperoleh dari nikel yang berasal dari ledakan Nikel dan Ferum di luar angkasa. Sedangkan warna putih yang dipancarkan kemungkinan bersumber dari paparan bagian inti hasil campuran zat kimia.

Lapisan warna putih sangat rapuh dan tidak bisa bertahan lama, sehingga membuat lapisan yang berada di dalam lapisan warna putih itu memudar dan lenyap. Lama-kelamaan tersisalah warna hitam.

Jadi, jika dibuktikan secara sains, benar adanya batu berubah warna dari putih menjadi hitam, akibat adanya perubahan warna, bukan karena menyerap dosa-dosa manusia. Pun bintik-bintik putih yang berada dalam hajar Aswad adalah sisa-sisa kaca dan batu pasir.

Thompson menyimpulkan, bahwa batu meteor merupakan batu yang sama pada hajar Aswad. Penelitian telah mengungkap bila usia batu hitam tersebut sesuai dengan jangkauan orang Arab Kuno. Dugaannya batu dibawa ke Makkah melalui jalur Oman. Batu hitam juga memiliki kelemahan yakni bisa tenggelam, tidak bisa dipecah, serta sulit menahan erosi. (cnbcindonesia.com, 23-9-2024)

Keistimewaan Hajar Aswad

Apa pun pendapat dari penelitian ilmuan di atas sah-sah saja. Namun, yang pasti hajar Aswad merupakan batu mulia yang tidak berkurang kesakralannya bagi umat Islam. Apalagi, banyak peristiwa penting menjadi catatan sepanjang sejarah keberadaan batu hitam.

Dirangkum dari berbagai sumber, ada beberapa keistimewaan batu mulia, di antaranya:

Kesatu, batu yang berasal dari surga. Allah hadirkan di tengah manusia sebagai bukti kekuasaan-Nya. Tidak ada satu batu pun baik di bumi dan planet lain yang menyamainya. Jadilah ia batu tertua sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Kedua, hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak. Batu hitam terus menjadi licin, kerena dicium, dan diusap oleh jutaan jemaah. Peletakannya menempel pada dinding pojok Ka’bah di sebelah timur yang berdekatan dengan pintu emas.

Ketiga, mengeluarkan aroma yang sangat wangi dan memancarkan cahaya yang indah. Konon, di masa lampau sinarnya memenuhi seluruh langit Jazirah Arab.

Keempat, menjadi titik permulaan dari pelaksanaan tawaf, baik haji atau umrah. Adapun tawaf ialah berjalan kaki mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran yang berakhir di makam Ibrahim. Kemudian salat sunah 2 rakaat dan berdoa.

Baca juga: Keistimewaan Angka Tujuh di Bumi

Kelima, sunah mengusap dan mencium hajar. Sebagaimana riwayat hadis Bukhari yang berbunyi, “Sungguh aku mengetahui bahwa hajar Aswad hanya sebuah batu, yang tidak memberikan manfaat maupun keburukan bagiku. Jika saja aku tak melihat Rasulullah saw. pernah menciumnya, maka aku tidak akan mengikutinya”.

Keenam, dalam hadis riwayat dari Ibnu Abbas r.a. menuturkan, bahwa Rasulullah bersabda, “Demi Allah, Allah akan membangkitkan hajar Aswad di yaumulhisab dengan mata serta mulut yang bisa berbicara. Sebagai saksi bagi siapa saja yang mengusap dan menciumnya dengan benar saat di dunia”.

Sungguh mengagumkan ciptaan Allah yang bernama hajar Aswad. Semoga sekelumit tulisan di atas semakin menambah keimanan dan ketakwaan bagi setiap diri. Juga semoga Allah perjumpakan untuk bisa mengusap dan mencium batu mulia itu dalam sakralnya ibadah haji maupun umrah.

Wallahu a’lam []

Denting Nasihat Kehidupan

Denting nasihat kehidupan sangat diperlukan demi menapaki hidup yang lebih baik bagi orang-orang yang merindukannya

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id - Denting nasihat sangat diperlukan manusia dalam menjalani kehidupan selama di dunia. Sebab manusia tanpa bimbingan akan menjadi bodoh, tersesat, dan berbuat kerusakan. Pada sebagian orang, untuk menghilangkan kebodohan dan meningkatkan kualitas dirinya dengan belajar menulis. Mereka bersabar menjalani setiap proses belajar menulis. Sampai akhirnya mereka berhasil melahirkan bermacam karya tulis. Seperti Opini, Motivasi, Tsaqafah Islam, True Story, dan sebagainya.

Ketika seseorang menulis denting nasihat dan menuangkan kisah hidupnya, sebenarnya ia sedang menasihati dirinya sendiri. Bila di masa tua ingatan mulai melemah, maka tulisan yang terukir pada buku menjadi memori dan pengingat yang baik baginya. Maka menulislah, karena akan menjadikan otak lebih sehat dan terhindar dari kepikunan. Jika kematian nanti telah tiba maka tulisan menjadi warisan bernilai tinggi. Kaya ilmu bermanfaat dan memperpanjang usia sang penulisnya, meski ia telah tiada.

Sebagai renungan untuk kita semua. Ada petuah masyhur dari Imam Al-Ghazali yang mengatakan, “Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah”. Sungguh, dentingan nasihat yang mumpuni menggetarkan sanubari. Mendorong untuk lebih optimal dan produktif merilis bait demi bait kata di NarasiPost.Com. Insyaallah.

Semua Orang Menulis

Rangkaian kalimat di atas merupakan salah satu naskah qoute yang aku sertakan pada Challenge Akhir Tahun 2023 yang diselenggarakan NarasiPost.Com. Alhamdulillah, atas izin Allah kemudian menjadi salah satu pemenang di kategori qoute. Tetapi bukan soal kemenangan yang ingin dibahas pada naskahku kali ini.

Namun, ada hal yang menarik menjadi perhatian. Berupa denting nasihat dan makna yang terkandung di setiap untaian aksaranya. Terutama pada untaian nasihat Imam Al-Ghazali agar kita rajin menulis. Sebenarnya, tulisan ini pun kutujukan untuk diriku sendiri dan siapa saja yang mau mengambil kebaikan di dalamnya.

Sebagaimana yang kita ketahui hidup di zaman modern era digital seperti sekarang, di mana setiap orang memegang handphone di tangannya, sehingga sadar atau tidak disadari menulis menjadi aktivitas semua orang hari ini. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Hampir tidak ada orang yang tidak menulis. Terlepas apa pun profesinya atau pekerjaan yang digelutinya, seperti pemulung, tukang bangunan, pedagang pasar, guru, ibu rumah tangga, tenaga kesehatan, artis, hingga pejabat negara.

Tentu saja, menulis bukan sembarang menulis tetapi ada tujuan. Semua aktivitas menulis tak lepas dari keberadaan handphone yang telah dimilikinya. Kemudian memudahkan mereka untuk menulis. Entah terkait menulis pesan atau menjawab pesan, sekadar membuat status denting nasihat dan sebagainya.

Pertanyaannya, "Maukah kita menulis denting nasihat untuk negeri keabadian (akhirat)?"

Maksudnya, maukah kita menjadikan aktivitas menulis sebagai sesuatu yang bernilai lebih di hadapan Allah. Juga sebagai sarana menjaring amal jariah semasa hidup? Jadi tidak hanya sekadar membuat status yang tidak jelas arahnya di media sosial, FB, WA, IG atau lainnya. Namun, menjadikannya sebuah tulisan yang lebih bermakna, bermanfaat, dan bernilai ibadah.

Keistimewaan lain dengan menulis denting nasihat mampu memanjangkan usia sang penulis meski telah tiada. Tahu kenapa? Karena di luar sana, orang akan terus membaca karya-karya hebatnya. Masyaaallah.

Denting Nasihat Karya yang Memanjangkan Usia Penulis

Ada qadla Allah yang tidak bisa diubah. Seberapa pun panjang garis kehidupan yang kita lewati, tetaplah sadari diri kita ini hanya seorang hamba di hadapan Allah Swt. Ketika kita memahami dengan baik akan kedudukan kita di hadapan Sang Pencipta. Maka, kewajiban kita hanya satu yaitu taat dan patuh akan segala perintah-Nya termasuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar atau kata lainnya berdakwah. Sedangkan dalam berdakwah kita bisa menyampaikan secara langsung dengan lisan atau lewat tulisan.

Bagi mereka yang insecure berbicara (dakwah) di depan umum, dengan menulis menjadi alternatif dakwah lewat tulisan. Merupakan anugerah terindah yang Allah Swt. berikan saat ini berupa umur, kesempatan, dan kemampuan menulis.

Oleh karena itu, sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya, pergunakan modal umur sebaik-baiknya dengan melakukan amalan saleh dengan menulis denting nasihat kehidupan. Tentunya bukan sembarang menulis, akan tetapi menoreh naskah yang bersanding syarak tetap di ranah koridor-Nya.

Menyadari sepenuhnya bahwa umur manusia berbatas waktu. Pada masanya manusia akan mengalami fase kematian. Namun, dengan menulis karyanya akan tetap ada dan dibaca orang. Inilah makna dari menulis bisa memanjangkan usia si penulis meski telah meninggal dunia.

Penulis telah meninggalkan warisan tinta emas yang bernilai tinggi di hadapan-Nya. Apatah lagi kemudian tulisan-tulisan tersebut mampu mencerahkan pemahaman serta membangkitkan pemikiran umat dengan Islam kaffah.

Denting Nasihat sang Ulama

Sejarah telah mencatat, para ulama telah menulis karya-karya terbaik guna mencerdaskan umat dari kebodohan. Salah satunya adalah Imam Syafi'i.

Imam Syafi’i, telah menulis banyak kitab yang kemudian menjadi rujukan umat dalam memahami ilmu agama yaitu bidang ushul fikih, tsaqafah Islam, dan seterusnya. Karya beliau yang sangat terkenal yaitu Al-Umm, Ar-Risalah, dan lainnya.

Sedangkan Syekh Taqiyyudin An-Nabhani, seorang ulama mumpuni juga telah banyak melahirkan karya terbaiknya. Seperti Kitab Peraturan Hidup dalam Islam (Nizham Al-Islam), Kitab Kepribadian Islam (Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah), Kitab Sistem Ekonomi Islam, dan sebagainya.

Kontribusi mereka telah mengisi ruang-ruang perpustakaan. Keilmuan yang mereka tulis, telah menjadi pijakan dalam belajar ilmu agama. Tepatnya, menjadi rujukan umat dalam menjalani roda kehidupan dan memecahkan berbagai permasalahan di tengah umat. Meski ulama telah berkalang tanah. Namun, umat bisa merasakan manfaatnya. Masyaallah tabarakallah. Sungguh perniagaan yang tiada merugi. Berlimpah pahala yang terus mengalir tiada terputus.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Muslim yang menuturkan, “Jika manusia telah mati, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yakni ilmu yang bermanfaat, sedekah, dan doa anak saleh yang mendoakan orang tuanya”.

Baca Juga: Telaga Kasih Literasi dari Andrea Aussie

Khatimah

Pada akhirnya, aktivitas menulis mampu menjadi denting nasihat kehidupan bagi orang-orang yang merindukannya. Menyakini sepenuh hati, seringan apa pun bahasa tulisannya ia akan tetap menembus jutaan kepala manusia. Oleh karena itu, teruslah menulis berupaya semaksimal mungkin menjaring pahala melalui guratan pena, agar beruntung di dunia dan akhirat. Aamiin.

Wallahu a'lam bhisawwab []

Telaga Kasih Literasi dari Andrea Aussie

Telaga Kasih Literasi merupakan naskah dan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis. Sebuah kisah penuh ibrah dan menginspirasi bagi orang lain. Namun satu hal yang pasti, untaian aksaraku ini kelak akan menjadi kenangan terindah.

Oleh: Bunga Padi
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Kisah Telaga Kasih Literasi dari Andrea Aussie ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga bagi sang penulis. Sejak pertama kali aku menjadi kontributor di media NarasiPost.Com (NP) hingga menerbitkan puluhan buku, telah banyak membelinya. Ya, puluhan buku terbitan dari NarasiPost (NP) Media Publisher telah menjadi koleksi perpustakaan mini di rumahku. Pada kesempatan kali ini tanganku dengan lincah memilah-milah buku. Siapa tahu menemukan kalimat yang bisa jadi sumber ide pikiranku.

Netraku tak kalah membidik tiap lembar kertas yang kubaca berharap menemukan sumber inspirasi. Iya, sesuatu yang amat berharga bagiku, berupa potongan-potongan informasi kisah nyata sosok perempuan yang telah menginspirasiku di dunia Telaga Kasih Literasi selama ini. Meski mengenalnya hanya lewat Smartphone, saat rapat live via Zoom, maupun membaca naskah Story beliau di website NP.

Berangkat dari naskah-naskah beliau dan intensnya pembicaraan kami bila ada kesempatan, membawaku sedikit jadi mengenalnya. Seiring berjalannya waktu muncullah kekaguman, rasa sayang, dan percaya padanya. Sebagai sebentuk cinta kepada saudara seakidah.

Siapa lagi kalau bukan Ibu Andrea dari Aussie. Oleh karena itu, saya tak ingin melewatkan kesempatan kali ini mengulas sedikit kiprah beliau dalam membangun media NarasiPost.Com, serta bagaimana meriayah mereka yang berada di dapur NP. Ulasan itu akan kutuangkan ke dalam rubrik Story dengan tema, “Tim Redaksi di Mataku” pada Challenge Meraki Literasi Batch-2 edisi 10 Juni—10 Juli 2024.

Baca juga:

https://narasipost.com/challenge-dawai-literasi/01/2024/celoteh-challenge-literasiku/

Mengenal Lebih Dekat sang Founder NP

Kuakui penaku belum lincah merangkai aksara. Diksi yang kusematkan pun mungkin tak seindah para pujangga NarasiPost.Com Namun, bagiku menulis tak membuatku patah semangat. Walau naskahku belum semenarik para sahabatku, tetapi setidaknya aku masih punya semangat untuk uji nyali. Kini, aku akan mencoba kembali ikut challenge rubrik Story. Berharap kali ini aku berhasil menorehkan tinta emas untuknya, yaitu Telaga Kasih Literasi dari Andrea Aussie seminimalnya layak publish dan dibaca para sahabat NP di luar sana.

Bukan menang yang ingin kugapai atau reward jadi harapan. Aku hanya ingin mengungkapkan secercah rasa yang telah menumpuk di hatiku. Aku tak ingin menyimpannya sendiri tanpa makna berarti. Apatah lagi kisah Telaga Kasih Literasi ini penuh ibrah dan menginspirasi bagi orang lain. Insyaallah, satu hal yang pasti, untaian aksaraku ini suatu saat nanti akan menjadi kenangan terindah.

Di luar sana, mungkin sebagian dari mereka sudah mengenal beliau. Namun, ada juga yang belum, bahkan tidak mengenal sama sekali. Akan tetapi berbeda pula bagi kalangan media online dan pecinta literasi di tanah air. Nama beliau sangat familier dan disegani. Penasaran 'kan siapakah beliau? Yuk, kita kenalan dengan beliau?

Beliau bernama Andrealica Nhordeeniz. Sebuah nama yang indah buah pemberian papa angkatnya yang berasal dari Inggris. Ada nama lainnya yaitu Wind Wickham. Tetapi penghuni Konapost biasa menyapanya Mom Andrea. Pasti penasaran 'kan kenapa dipanggil Mom Andrea? Iya, nama Andrea adalah nama beliau yang juga diberikan kepada putrinya, hasil pernikahan beliau dengan pria bule. Oya, meski beliau menggeluti pekerjaan di bidang kesehatan tetapi piawai juga berbisnis properti. Beliau sendiri asli kelahiran Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.

Namun, sejak muda telah mengisi masa hidupnya di berbagai belahan dunia sekitaran 36 tahun silam. Banyak negara yang pernah disinggahinya seperti Arab Saudi, Dubai, Hongkong, Finlandia, dan lain-lain. Tak jarang pengalaman safar dan mukim beliau selama di negara tersebut dituangkan ke dalam rubrik True Story dan Traveling. Sebagai orang yang memiliki hobi yang sama, tentu saya senang sekali membaca kisahnya, serasa saya sedang diajak jalan keliling dunia tanpa harus keluar biaya. Hihi, asyik 'kan? Sekarang beliau berdomisili di Double Bay, Kota Sidney, Australia.

Ibu dua anak ini, mempunyai hobi fotografi, melukis, traveling, hingga berkebun. Tak kalah menarik di antara banyak habit beliau adalah membaca dan menulis. Itu pula yang akhirnya mengantarkan beliau menjadi salah satu kontributor penulis naskah untuk media TV Liputan 6 pada zamannya.

Walaupun tinggal di luar negeri, tetapi kecintaan beliau terhadap dunia literasi dan dakwah tetap bersemayam kokoh di jiwanya. Kemudian, berusaha merangkul para penulis ideologis yang ada di negara asalnya untuk menuangkan ide-ide hebatnya dalam dunia literasi via NarasiPost.com. Belakangan diketahui beliau adalah founder sekaligus Pemimpin Redaksi NP. Barakallah.

Menoreh Karya Telaga Kasih Literasi Tebar Inspirasi

Kepiawaian beliau dalam menulis berbagai genre patut diapresiasi. Tidak hanya mampu membawa pembacanya larut dan menyelami sebuah cerita, akan tetapi penggunaan diksi yang tepat, indah, teralur, membuat karya beliau enak dibaca serta mudah dipahami. Tak heran jika kemudian naskah beliau selalu ramai dikunjungi pembacanya dan memperoleh views tinggi. Namun, ada nilai yang lebih penting dari sebuah tulisan, yakni makna yang terkandung di dalamnya.

Ada sebuah pesan moral dan spiritual yang disampaikan di balik naskah tersebut. Seperti pada rubrik Motivasi yang berjudul, “Gapailah Asamu” mengandung pesan agar kita tidak boleh menyerah dan berputus asa dalam menjalani setiap ujian kehidupan di dunia fana. Berikut cuplikan torehan pena beliau di bawah ini. Semoga bisa menjadi obat lara dan penguat diri tatkala futur melanda, seumpama telaga kasih literasi yang tiada henti memotivasi.

Aku hanya menginginkan dirimu bangkit. Kejarlah semua asa dan mimpimu sebagai bukti bahwa dirimu mampu melakukannya. Empaskan kegagalan dengan kerja lebih keras dan lebih cerdas untuk menggapai kesuksesan. Ingatlah seseorang tidak akan berakhir ketika dia mengalami kegagalan. Namun, berakhir di saat dia berhenti." ( Andrea Aussie )

Pun begitu di dunia podcast. Kemampuan beliau sebagai narator tak kalah bagus dengan para podcaster andalan NP asuhannya. Bagiku mendengarkan suara beliau yang khas, lirih, dan berkesan berat saat membacakan naskah Family tidak ada bosannya meski diputar berulang kali. Bagaimana mau bosan, beliau begitu menjiwai kisah dalam membacakan naskah tersebut. Wajarlah kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengarnya.

Duh, aku kok jadi rindu ya, mendengarkan siaran podcastnya. Sampai detik ini aku masih sering mendengarkan siaran podcast NP, termasuk salah satu karya besutan beliau yang berjudul “Putriku”. Sebuah naskah yang ditulis dan di-VO sendiri oleh beliau. Entah kenapa, aku suka sekali mendengarkannya. Diriku merasa akulah yang sedang dinasihati seorang ibu.

Jika sudah begini, tiba-tiba butiran bening meleleh di mataku. Jujur saja, nasihat itu seperti mendera kalbuku. Sungguh betapa mulia dan hebatnya hati seorang ibu dalam menyayangi dan menjaga permata hatinya. Meski telah berpisah jutaan kilo meter. Namun, untaian doa selalu menyertai di mana pun berada. Pengorbanan sepenuh jiwa seorang ibu yang tak digantikan oleh apa pun di dunia ini. Namun satu yang pasti, " A mother's love is like no other love".

Melihat kelembutan hati Ibu Andrea kepada putrinya, tentu saja membuat alam sadarku melintas ke memori masa lalu ke kampung halaman. Aku teringat akan ibu kandungku, ibu susuanku, ibu mertua, dan orang tua angkatku yang lain. Di mana sejak kecil hingga aku menikah tetap perhatian, menyayangiku, dan terus mendoakanku. Walau sebagian telah wafat, aku dapat merasakan kasih sayang dan doa tulus mereka untukku hingga kini. Barakallah.

Pun denganku sebagai seorang anak berkewajiban berbakti, memuliakannya, dan mendoakan setiap saat. Baik kepada mereka yang masih hidup agar senantiasa berlimpah keberkahan dari Allah Swt. maupun kepada mereka yang telah tiada. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan khilafnya, dan menempatkan mereka di sisi-Nya. Aamiin.

Tiadalah kebahagiaan seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, dan senantiasa berbuat baik kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya. Mengangkat derajat hidupnya serta memudahkan jalannya kelak meniti surga.

Teringat untaian indah firman-Nya yang menuturkan, “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembali.” (TQS. Lukman : 14)

Wallahu a’lam bisawwab.

Bersambung. []