Gentle Parenting, Solusi Kecerdasan Anak?
Gentle Parenting adalah salah satu solusi dalam mengembangkan kecerdasan anak, tapi tentunya kita harus menyesuaikan dengan skala prioritas karena sejatinya parenting terbaik seperti yang contohkan oleh Rasulullah saw..
Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Gentle parenting sebagai solusi untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak menjadi pencerah bagi masalah tumbuh kembang anak. Seorang psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, menjelaskan di era digital seperti saat ini teknologi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan anak. Sehingga sangat tepat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari apalagi di zaman era digital ini, teknologi berkembang begitu pesat.
Gentle parenting berfokus pada pembentukan kualitas yang diinginkan anak. Dengan menjadi penyayang dan menegakkan batasan yang konsisten sesuai dengan usia anak.
“Teknologi memang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam membantu perkembangan anak. Namun, penting bagi orang tua dan anak-anak untuk menyadari bahwa teknologi hanya boleh digunakan untuk belajar,” ungkapnya.
Dikutip dari laman www.alodokter.com, gentle parenting adalah salah satu jenis pola asuh yang dapat diterapkan orang tua. Pola asuh ini dilakukan berdasarkan empat prinsip utama, yaitu empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan. Tujuannya agar anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
Samanta juga menambahkan, pola asuh gentle parenting dapat membantu orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak. “Tips agar sukses melakukan gentle parenting yaitu dengan mendampingi anak bermain hingga tercipta hubungan yang erat antara orang tua dan anak. Melalui empati dan mendengarkan secara aktif sehingga komunikasi terbuka dan saling percaya,” jelasnya.
Gentle Parenting Sesuai Kebutuhan Zaman
Sebagai orang tua kita bisa memilih gaya parenting pengasuhan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan. Seorang ibu menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah tumbuh kembang anak. Hal ini bertujuan agar anak tetap fokus di tengah paparan informasi yang makin terbuka luas dan mudah terjangkau dalam hitungan detik.
Paparan Teknologi
Paparan teknologi pada generasi saat ini dapat mengganggu perkembangannya sehingga berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
Akibatnya, terjadi masalah yang berdampak pada kurangnya waktu istirahat, menurunnya kualitas interaksi sosial, tumbuhnya rasa tidak percaya diri. Selain itu, berkurangnya aktivitas fisik, kurangnya memiliki sifat eksploratif, dan akibat buruk yang lain yaitu anak akan mengalami gangguan mental. Sebagai contoh, anak-anak yang terbiasa bermain ponsel sangat rentan terkena obesitas karena kurangnya aktivitas bergerak. Bahkan, ada pula anak yang lupa waktu karena bermain ponsel. Mereka rentan terkena paparan cahaya ponsel yang membuat masalah pada mata.
Menurunnya interaksi sosial karena anak jarang bersosialisasi dengan lingkungan disebabkan karena terlalu sering bermain ponsel. Bahkan anak-anak terkena gaming disorder, yaitu penyakit mental karena kecanduan menggunakan ponsel. Hal ini tentu sangat meresahkan bagi orang tua dan perlu ada solusi dalam menangani hal tersebut. Maka pola asuh dari orang tua akan berdampak pada pembentukan karakter dasar anak sehingga perlu pola asuh yang tepat.
Membangun Empati
Bagaimana anak mempunyai rasa empati jika tidak pernah berinteraksi dengan orang lain dan bersosialisasi dengan lingkungannya? Apalagi orang tua yang sibuk bekerja cenderung melepas anak begitu saja tanpa pendampingan. Kebanyakan orang tua memercayakan anak pada baby sitter. Sedangkan peran baby sitter tidak bisa menjamin pola pengasuhan yang tepat. Realitasnya, seorang baby sitter justru bisa menjerumuskan anak melalui ponsel. Misalnya membiarkan anak bermain ponsel sendirian tanpa arahan dari orang dewasa dan abai dengan pola asuh anak.
Seharusnya jika anak dititipkan pada pengasuh, kita harus mendidik pengasuh tentang pola asuh yang tepat. Salah satunya dengan gentle parenting ini agar anak bisa tetap diawasi dalam menggunakan ponsel. Seorang ibu harus memberikan ruang bagi anak untuk bermain. Hal ini bisa dilakukan di luar ruangan agar anak-anak bisa bermain sambil belajar serta berinteraksi dengan orang lain. Sangat berguna untuk melatih daya empatinya.
Anak-anak perlu dilatih agar punya kemampuan meregulasi emosi dan etika sopan santun. Hal ini penting agar bisa melakukan stimulasi yang membantu anak jadi mandiri, mudah beradaptasi. Selain itu, mampu berpikir kreatif, dan memiliki daya saing untuk berkompetisi di masa depan.
Praktik Gentle Parenting
Tip saat melakukan gentle parenting, sebaiknya orang tua memodelkan perilaku yang diharapkan dari anak-anak mereka. Hal ini membantu agar anak memahami bagaimana seharusnya berperilaku tanpa terpapar teknologi yang kurang baik. Misalnya orang tua mengarahkan film yang layak untuk ditonton. Orang tua mengajak anak berdiskusi tentang sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari dari apa yang ditontonnya.
Orang tua dengan tenang dan lembut mengajarkan anak-anak tentang kebiasaan baik. Misalnya membaca ebook dan mengarahkan mereka mengenai isi cerita dalam ebook tersebut. Orang tua harus sabar menjawab berbagai pertanyaan anak dan tidak emosi. Ini membantu anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang positif.
Orang tua boleh menerapkan gentle parenting ini, tetapi jangan tinggalkan ilmu parenting warisan Rasulullah saw.. Karena sudah terbukti dan tidak diragukan lagi dari masa ke masa. Contohnya, kenalkan agama sedini mungkin, berikan pendidikan tentang akhlak, ajarkan tanggung jawab dan amanah. Selain itu, ajarkan anak memilih teman, ajarkan salat, pisahkan anak yang berbeda gender. Jangan memarahi anak, dan berikan cinta kasih pada mereka.
Hal yang harus diperhatikan adalah hormati perasaan anak, atur harapan dengan realitas, tetapkan batasan yang jelas, dan pahami usia anak. Tantangannya kita harus konsisten menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pastikan bisa dilakukan dengan disiplin, misalnya hanya memberikan ponsel satu hari, satu jam saja. Namun, jika tidak mampu mendisiplinkan anak, akan kebablasan. Akibatnya, anak akan terpapar ponsel, kecanduan, dan berdampak pada masalah psikis serta prestasi sekolahnya menurun.
Solusi dalam Islam
Maka, seorang anak yang sudah dididik dari kecil agama yang kuat serta dibekali keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, adab, dan sebagainya, maka mereka bisa tumbuh menjadi orang yang kuat dari sisi spiritualnya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang berusaha untuk menunjukkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.. Tentunya mereka juga akan berusaha untuk meniru akhlak Rasulullah saw..
Dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat, serta berzikir kepada Allah dengan banyak.”
Ayat tersebut menjelaskan tentang anjuran untuk mendidik anak seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah saw.. Kita juga harus mendidik anak sesuai dengan fitrahnya.
Baca juga artikel Menakar Keampuhan Gentle Parenting
Mendidik Anak Tanggung Jawab Orang tua
Secara mutlak mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Sebagaimana tanggung jawab yang lainnya, kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban dalam mendidik anak. Selagi anak-anak kita masih kecil, marilah kita luangkan waktu untuk mendidik mereka. Nikmatilah masa-masa indah bersama buah hati kita. Jadilah manusia paling berbahagia yang bisa menjadi saksi mata tumbuh kembangnya anak-anak kita.
Oleh karena itu, tidak ada yang lebih baik selain mengajarkan anak agama sejak dini. Hal ini bisa disiasati dengan bacaan dan tontonan yang islami serta mengajarkan Al-Qur'an sejak dini. Hanya saja, orang tua perlu mengawasi anak karena tanpa bimbingan orang tua semua itu tidak akan terwujud. Orang tua harus bisa menjadi teladan yang baik agar kelak anak kita tumbuh menjadi orang yang saleh. Keteladanan orang tua dalam mendidik anaknya akan berbuah manis sehingga anak-anak kita nantinya menjadi penghuni surga. Wallahualam bissawab.[]