Gentle Parenting, Solusi Kecerdasan Anak?

Gentle Parenting adalah salah satu solusi dalam mengembangkan kecerdasan anak, tapi tentunya kita harus menyesuaikan dengan skala prioritas karena sejatinya parenting terbaik seperti yang contohkan oleh Rasulullah saw..

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Gentle parenting sebagai solusi untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak menjadi pencerah bagi masalah tumbuh kembang anak. Seorang psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener, menjelaskan di era digital seperti saat ini teknologi memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan anak. Sehingga sangat tepat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari apalagi di zaman era digital ini, teknologi berkembang begitu pesat.

Gentle parenting berfokus pada pembentukan kualitas yang diinginkan anak. Dengan menjadi penyayang dan menegakkan batasan yang konsisten sesuai dengan usia anak.

“Teknologi memang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam membantu perkembangan anak. Namun, penting bagi orang tua dan anak-anak untuk menyadari bahwa teknologi hanya boleh digunakan untuk belajar,” ungkapnya.

Dikutip dari laman www.alodokter.com, gentle parenting adalah salah satu jenis pola asuh yang dapat diterapkan orang tua. Pola asuh ini dilakukan berdasarkan empat prinsip utama, yaitu empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan. Tujuannya agar anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.

Samanta juga menambahkan, pola asuh gentle parenting dapat membantu orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak. “Tips agar sukses melakukan gentle parenting yaitu dengan mendampingi anak bermain hingga tercipta hubungan yang erat antara orang tua dan anak. Melalui empati dan mendengarkan secara aktif sehingga komunikasi terbuka dan saling percaya,” jelasnya.

Gentle Parenting Sesuai Kebutuhan Zaman

Sebagai orang tua kita bisa memilih gaya parenting pengasuhan yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan. Seorang ibu menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah tumbuh kembang anak. Hal ini bertujuan agar anak tetap fokus di tengah paparan informasi yang makin terbuka luas dan mudah terjangkau dalam hitungan detik.

Paparan Teknologi

Paparan teknologi pada generasi saat ini dapat mengganggu perkembangannya sehingga berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.

Akibatnya, terjadi masalah yang berdampak pada kurangnya waktu istirahat, menurunnya kualitas interaksi sosial, tumbuhnya rasa tidak percaya diri. Selain itu, berkurangnya aktivitas fisik, kurangnya memiliki sifat eksploratif, dan akibat buruk yang lain yaitu anak akan mengalami gangguan mental. Sebagai contoh, anak-anak yang terbiasa bermain ponsel sangat rentan terkena obesitas karena kurangnya aktivitas bergerak. Bahkan, ada pula anak yang lupa waktu karena bermain ponsel. Mereka rentan terkena paparan cahaya ponsel yang membuat masalah pada mata.

Menurunnya interaksi sosial karena anak jarang bersosialisasi dengan lingkungan disebabkan karena terlalu sering bermain ponsel. Bahkan anak-anak terkena gaming disorder, yaitu penyakit mental karena kecanduan menggunakan ponsel. Hal ini tentu sangat meresahkan bagi orang tua dan perlu ada solusi dalam menangani hal tersebut. Maka pola asuh dari orang tua akan berdampak pada pembentukan karakter dasar anak sehingga perlu pola asuh yang tepat.

Membangun Empati

Bagaimana anak mempunyai rasa empati jika tidak pernah berinteraksi dengan orang lain dan bersosialisasi dengan lingkungannya? Apalagi orang tua yang sibuk bekerja cenderung melepas anak begitu saja tanpa pendampingan. Kebanyakan orang tua memercayakan anak pada baby sitter. Sedangkan peran baby sitter tidak bisa menjamin pola pengasuhan yang tepat. Realitasnya, seorang baby sitter justru bisa menjerumuskan anak melalui ponsel. Misalnya membiarkan anak bermain ponsel sendirian tanpa arahan dari orang dewasa dan abai dengan pola asuh anak.

Seharusnya jika anak dititipkan pada pengasuh, kita harus mendidik pengasuh tentang pola asuh yang tepat. Salah satunya dengan gentle parenting ini agar anak bisa tetap diawasi dalam menggunakan ponsel. Seorang ibu harus memberikan ruang bagi anak untuk bermain. Hal ini bisa dilakukan di luar ruangan agar anak-anak bisa bermain sambil belajar serta berinteraksi dengan orang lain. Sangat berguna untuk melatih daya empatinya.

Anak-anak perlu dilatih agar punya kemampuan meregulasi emosi dan etika sopan santun. Hal ini penting agar bisa melakukan stimulasi yang membantu anak jadi mandiri, mudah beradaptasi. Selain itu, mampu berpikir kreatif, dan memiliki daya saing untuk berkompetisi di masa depan.

Praktik Gentle Parenting

Tip saat melakukan gentle parenting, sebaiknya orang tua memodelkan perilaku yang diharapkan dari anak-anak mereka. Hal ini membantu agar anak memahami bagaimana seharusnya berperilaku tanpa terpapar teknologi yang kurang baik. Misalnya orang tua mengarahkan film yang layak untuk ditonton. Orang tua mengajak anak berdiskusi tentang sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari dari apa yang ditontonnya.

Orang tua dengan tenang dan lembut mengajarkan anak-anak tentang kebiasaan baik. Misalnya membaca ebook dan mengarahkan mereka mengenai isi cerita dalam ebook tersebut. Orang tua harus sabar menjawab berbagai pertanyaan anak dan tidak emosi. Ini membantu anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang positif.

Orang tua boleh menerapkan gentle parenting ini, tetapi jangan tinggalkan ilmu parenting warisan Rasulullah saw.. Karena sudah terbukti dan tidak diragukan lagi dari masa ke masa. Contohnya, kenalkan agama sedini mungkin, berikan pendidikan tentang akhlak, ajarkan tanggung jawab dan amanah. Selain itu, ajarkan anak memilih teman, ajarkan salat, pisahkan anak yang berbeda gender. Jangan memarahi anak, dan berikan cinta kasih pada mereka.

Hal yang harus diperhatikan adalah hormati perasaan anak, atur harapan dengan realitas, tetapkan batasan yang jelas, dan pahami usia anak. Tantangannya kita harus konsisten menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pastikan bisa dilakukan dengan disiplin, misalnya hanya memberikan ponsel satu hari, satu jam saja. Namun, jika tidak mampu mendisiplinkan anak, akan kebablasan. Akibatnya, anak akan terpapar ponsel, kecanduan, dan berdampak pada masalah psikis serta prestasi sekolahnya menurun.

Solusi dalam Islam

Maka, seorang anak yang sudah dididik dari kecil agama yang kuat serta dibekali keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, adab, dan sebagainya, maka mereka bisa tumbuh menjadi orang yang kuat dari sisi spiritualnya. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang berusaha untuk menunjukkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.. Tentunya mereka juga akan berusaha untuk meniru akhlak Rasulullah saw..

Dalam surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik, bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat, serta berzikir kepada Allah dengan banyak.”

Ayat tersebut menjelaskan tentang anjuran untuk mendidik anak seperti yang dicontohkan oleh Rasullullah saw.. Kita juga harus mendidik anak sesuai dengan fitrahnya.

Baca juga artikel Menakar Keampuhan Gentle Parenting

Mendidik Anak Tanggung Jawab Orang tua

Secara mutlak mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Sebagaimana tanggung jawab yang lainnya, kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban dalam mendidik anak. Selagi anak-anak kita masih kecil, marilah kita luangkan waktu untuk mendidik mereka. Nikmatilah masa-masa indah bersama buah hati kita. Jadilah manusia paling berbahagia yang bisa menjadi saksi mata tumbuh kembangnya anak-anak kita.

Oleh karena itu, tidak ada yang lebih baik selain mengajarkan anak agama sejak dini. Hal ini bisa disiasati dengan bacaan dan tontonan yang islami serta mengajarkan Al-Qur'an sejak dini. Hanya saja, orang tua perlu mengawasi anak karena tanpa bimbingan orang tua semua itu tidak akan terwujud. Orang tua harus bisa menjadi teladan yang baik agar kelak anak kita tumbuh menjadi orang yang saleh. Keteladanan orang tua dalam mendidik anaknya akan berbuah manis sehingga anak-anak kita nantinya menjadi penghuni surga. Wallahualam bissawab.[]

Anak Haram yang Malang

Anak haram yang malang, jangan biarkan imanmu goyah apalagi patah. Berdamailah dengan takdir dan terimalah dengan ikhlas. Jadikan salat dan sabar sebagai penolongmu.

Oleh Mahyra Senja
(Kontributor NarasiLiterasi.id)

NarasiLiterasi.id-Anak haram yang malang, jangan biarkan imanmu goyah apalagi patah. Berdamailah dengan takdir dan terimalah dengan ikhlas. Deg. Kata-kata itu membuatku merenung. Bukan tanpa sebab, aku juga anak haram. Melihat tulisan dari cerpen yang kubaca di sebuah majalah, tiba-tiba embun di mataku langsung jatuh. Hatiku teriris bagai sembilu. Tak bisa dimungkiri kenyataan pahit ini menyesakkan dada. Aku adalah anak haram.

Setiap hari berteman dengan air mata. Di hari ulang tahun Ayahku, jiwa ini tenggelam dalam kegelisahan. Kado ucapan selamat ulang tahun untuknya masih terpajang di meja belajarku. Berkali-kali, kuhubungi ponsel Ayah, tetapi selalu sibuk. Beberapa bulan ini, Ayah jarang menemuiku, apalagi sekadar menjawab telpon. Padahal, setiap tahun kita selalu merayakan ulang tahun bersama. Namun, kenapa tiba-tiba sikapnya berubah.

Nyatanya, Ayah tidak lagi sehangat dulu. Jiwaku meronta ingin bertemu, aku ingin tahu bagaimana keadaan Ayah sekarang. Rindu yang menggebu memaksaku untuk nekad bertemu Ayah, meski hanya satu jam saja. Aku tidak peduli dengan ancaman istri Ayah yang melarangku bertemu denganmu. Tidak peduli saat Nenek menahanku pergi karena rasa khawatirnya. Tekadku kuat untuk bertemu. Meski hanyalah anak angkat, aku tak peduli. Saat ini yang terpenting adalah aku bisa menatap wajah yang kurindukan itu.

Bunda Dilla, apa kabar? Aku Cici, lihat Ayahku tidak?” tanyaku ramah. Seorang ibu yang memakai gamis rapih berwarna ungu tersenyum dan menyalamiku.

Alhamdulillah sehat. Nggak, Ci. Coba saya tanya dulu,” jawabnya sambil membuka ponsel.

Aku tadi menghubungi Ayah berkali-kali, tapi tidak diangkat,” jawabku sambil cemberut.

Mungkin dia sibuk. Kamu tunggu aja sini sama Dilla. Nanti kalau Ayahmu sudah pulang, pasti bisa ketemu.

Tiba-tiba aku mulai rapuh. Di saat itulah aku merasa telah mengalami masalah gangguan mental.

Allah Memberikan Pertolongan

Bunda Dilla sangat baik dan pengertian, dia menyuruhku masuk dan menunggu di ruang tamu. Di sana aku bertemu dengan teman kecilku -Dilla- aku senang bisa bersilaturahmi dengan keluarga dari ayahku. Mereka selalu ramah dan menerimaku dengan hangat. Saat sedang melamun, tiba-tiba aku teringat lagi dengan Ayah.

Hiks. Di siang bolong, air mataku tumpah deras bagai air hujan. “Lho, kenapa nangis ada masalah apa, Ci?” tanya Bunda Dilla limbung.

Rindu Ayah

“Nggak Bun. Cici Cuma kangen Ayah. Ini kado buat Ayah, dia ulang ulang tahun seminggu yang lalu. Aku ingin ketemu dan memberikan ini padanya, tapi Ayah sulit dihubungi. Pernah sekali menjawab, tapi bilang kalau masih sibuk dan belum bisa datang ke Depok jenguk Cici.”

“Emmh begitu, sabar, Ci. Nanti kalau ketemu, coba kamu tanyakan alasannya, nggak mungkin Ayah lupa sama kamu.” Jawab Bunda Dilla menghiburku.

“Aku merasa ada jurang antara aku dengan Ayah. Apakah ini karena istri Ayah yang cemburu padaku? Atau karena memang Ayah sudah tidak mau lagi menerimaku?”

“Hust! Jangan bilang begitu, Ci. Mungkin Ayahmu sedang sibuk kerja. Memangnya dari mana kamu tahu kalau Ibu tirimu cemburu?” tanya Bunda Dilla heran.

Dia pernah ngirim pesan singkat ke aku yang isinya melarang aku untuk ketemu sama Ayah. Katanya aku bukan anak Ayah, jadi aku nggak boleh ketemu karena Ayah sudah punya istri dan anak. Aku juga tidak boleh memeluk Ayah seperti dulu.” Ucapku sedih.

“Ya ampun, seharusnya dia tidak berkata seperti itu, bukan kamu yang salah. Keadaan yang memisahkan kalian dan kamu harus berusaha untuk sabar, Ci.” Bunda Dilla memberiku semangat.

Kenyataan Pahit

“Aku memang bukan anak kandung Ayah, tapi aku juga baru tahu tabir rahasia ini pada bulan Ramadan yang lalu. Bunda, kan tahu, selama ini Ayah merawatku sampai Ibu wafat, lalu aku diasuh oleh Nenek. Lalu Ayah menikah lagi. Sebenarnya aku terpaksa menyetujuinya karena aku sayang sama Ayah. Tapi kenapa sekarang, aku merasa seperti terbuang. Apa salahku, Bun?”

Kamu nggak salah, Ci hanya saja ini semua adalah takdir Tuhan.” Air mataku mengalir deras. Jiwaku patah karena rindu yang tak bisa kutahan lagi. Bunda Dilla memelukku lalu membalut jiwaku yang terkoyak. Aku merasakan tulusnya kasih sayang seorang ibu yang membuatku teringat akan ibuku yang telah wafat.

“Cup, cup, cup. Sudah tenangkan dulu dirimu, Ci. Menangislah bila itu membuatmu tenang. Setelah itu cerita lagi. Oh, iya Bunda punya es krim, nih. Kamu mau tidak?” Aku mengangguk.

Setelah puas menangis, aku, Bunda dan Dilla makan es krim bersama. Kemudian, kami juga menikmati makan siang dengan lahap. Saat pikiranku rileks, bebanku sedikit berkurang, aku tak lagi mellow seperti tadi.

Waktu sudah menjelang maghrib, tapi Ayah belum juga pulang. Rumah Ayahku dan Dilla berdekatan, sehingga kalau Ayah pulang, motornya pasti sudah terparkir di sana, tapi sampai detik ini, aku belum melihatnya.

Badai Gelisah Anak Haram

“Udah, Ci jangan resah begitu, nanti juga Ayahmu pulang,” ucap Dilla.

Tapi, ini sudah mau maghrib. Nenek nelpon terus, dia menyuruhku pulang. Mana aku kehabisan ongkos.” Aku mulai panik.

“Tenang, saja nanti kamu diantar sama Bundaku.”

“Alhamdulillah, terima kasih Dilla. Maaf, kalau aku merepotkan kamu,” jawabku malu.

“Tidak apa -apa, kita, kan sudah bersahabat sejak kecil, pastilah aku membantumu, jadi kamu jangan merasa sedih dan jangan sungkan bila memerlukan bantuan.” Ucap Dilla ramah.

Aku terbaring di atas kasur sambil menulis. Batinku mulai gamang, rasa khawatir menggelayuti diri ini. Aku anak Ayah, tapi kenapa takut tidak mendapat pengakuan dari Ayah. Tak peduli dengan kenyataan saat ini, kalau aku bukan anak ayah dan dilahirkan sebagai anak haram. Hanya kasih sayang seorang Ayah yang kuinginkan seperti anak lainnya.

Aku tidak mau mengakui Ayah kandungku. Toh, setelah tahu siapa Ayahku sebenarnya, tidak mengubah rasa sayangku pada Ayah angkatku. Bagiku dia tetap Ayahku. Namun, aku kecewa karena sampai detik ini Ayah kandungku sendiri malah membuangku. Dia tidak mau membiayai hidupku dan Nenek.

Kekecewaan Bertubi-tubi

Mengapa harus dia? Orang yang selama ini kubenci karena perbuatannya, aku memang menerima takdir ini. Namun, kenapa dia malah tidak bertanggungjawab? Saat aku lahir prematur di Rumah sakit, kenapa dia malah mau membuangku ke tempat sampah? Kenapa Ibu angkatku dan Ibu kandungku meninggal karena kanker di saat aku masih membutuhkan kasih sayang mereka?

Kenapa semua itu terjadi? Aku ingin marah dan melampiaskan semuanya, tapi itu hanya membuatku makin patah. Pertanyaan demi pertanyaan membuatku semakin stres. Sampai detik ini pun aku masih berjuang untuk berdamai dengan keadaan. Butuh waktu bagiku untuk menerima kenyataan, kalau aku ini adalah anak haram bukan anak kandung Ayah.

Kenapa nangis lagi, Ci? Kamu nulis apa?” tanya Bunda Dilla dengan tatapan sedih. “Aku lagi bikin coret-coretan di buku Diary, Bun,” jawabku sambil terisak. “Ya, Allah. Apa yang kamu rasakan sekarang? Coba ceritakan ke Bunda,”

 "Aku cuma kepikiran sama Ayah dan Ibu kandungku. Sekarang, aku baru mengerti kenapa mereka nggak menginginkan aku lahir. Itu pasti karena saat ibuku hamil di luar nikah, dia dalam kondisi bingung, bagaimana meresmikan hubungan karena pihak keluarga nggak merestui mereka. Masalahnya beda agama, coba kalau waktu itu aku nggak ditolong sama Ayah angkatku, pasti aku nggak akan ada di dunia ini.”

Aku Ingin Berdamai dengan Masa Lalu

“Bunda harap kamu mau berdamai dengan masa lalu, Ci. Kamu sekarang sudah remaja sebentar lagi lulus SMA. Pasti kamu punya rencana hidup di masa depan, kan? Kamu fokus saja untuk mencapai impian, jangan tengok masa lalu. Lupakan semua masa lalu, Ci,” ujar Bunda Dilla dengan tatapan hangatnya.

“Iya, Bun. Sekarang aku cuma mau fokus masa depan, aku mau cari uang untuk bantu Nenek. Kasihan Nenek, sekarang sudah sakit-sakitan. Dia merawatku sejak Ibu meninggal sampai sekarang.”

Bagaimana dengan kabar Ayah kandungmu, Ci?“ tanya Bunda Dilla.

"Dia nggak mau ketemu aku, apalagi membantu masalah ekonomi keluarga kami, Bun. Dia pengangguran dan sekarang dia kayak nggak kenal sama aku. Aku juga nggak mau kenal sama dia.” Air mataku jatuh lagi.

“Ya Allah semoga kamu diberikan kesabaran, Ci.”

“Sebenarnya aku mau tinggal sama Ayah, tapi istri Ayah nggak mau nerima aku dan aku benci sama dia.” Aku meremas kedua ujung kerudung dengan tatapan kosong.

“Buang rasa benci, tenang aja semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Ada sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang takdir manusia begini bunyinya:

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya: "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS Al-Hadid: 22). 

“Insya Allah, Cici mau belajar nerima semua kenyataan ini, doakan aku ya, Bun supaya aku bisa lulus dari ujian hidup ini.” Aku menarik napas pelan.

“Pasti bunda doakan. Sekarang kamu harus tegar menghadapi semuanya, pasti nanti kamu akan kamu temukan jalan keluar. Maafkan semua orang yang membuatmu terluka dengan begitu hidupmu akan bahagia.”

“Pasti Bun.” Jawabku sambil tersenyum.

Secercah Bahagia

Tiba-tiba terdengar suara motor yang tak asing di telingaku. Motor itu berhenti tepat di depan rumah Ayah. Aku langsung melonjak kegirangan dan bergegas keluar. Benar saja, Ayahku sudah pulang. Dengan hati riang, aku mengetuk rumahnya.

Assalamualaikum Ayah, ini Cici. Ayah apa kabar?” sapaku lembut.

“Waalaikum salam, Ayah sehat, Ci. Sini masuk, Ayah mau kasih kue kesukaanmu.” Ayah memberikan sebuah pancake lezat.

“Wah, Cici suka. Terima kasih, Yah.” Aku langsung melahap kue itu dan kami bercerita panjang lebar. Hatiku gembira bisa bercengkarama dengannya.

Selama satu jam mengobrol dengan Ayah, hatiku merasa plong. Seperti ada perasaan lega. Namun, aku harus bergegas pulang karena malam makin larut. Nenek pasti sudah menunggu dan dia pasti khawatir. Aku berpamitan pada Ayah dan kembali ke rumah Bunda Dilla. Benar saja, ternyata dia sedang menungguku dan siap mengantarku pulang. Kami mengendarai motor selama tiga puluh menit dan tiba dengan selamat sampai di rumah nenek.

Aku berterimakasih pada Bunda Dilla karena sudah berbaik hati mengantarku sampai di rumah. “Hati-hati di jalan, Bun.”

Bunda Dilla melambaikan tangan. “Sampai ketemu lagi, Ci. Nanti jangan sungkan mampir ke rumah kami, ya.”

Aku mengangguk dan membalasnya dengan senyuman. Hatiku sudah tidak lagi gelisah. Pikiran buruk tentang Ayah, kini sudah lenyap. Aku berjanji dalam hati akan selalu mendoakan agar Ayah bahagia. Meskipun, kami jauh di mata, tapi dekat di hati. Kini aku telah ikhlas dengan takdir hidup ini.

Baca juga Takdir-Mu terbaik untukku.

Butir Hikmah

Adapun butir hikmah dari cerita ini, sebagai manusia kita harus bersabar dan apapun yang terjadi takdir Allah yang terbaik. Kita juga harus saling menolong antar sesama. Menurut Buya Yahya yang dikutip dari laman Serambinews.com dalam Islam tidak ada istilah anak haram. Adapun istilah ini dimaknai sebagai perbuatan yang dilakukan oleh ibunya. Sementara anak hasil zina terlahir tanpa dosa, hanya saja yang berdosa adalah ibunya karena telah berbuat zina. Sedangkan anak itu bersih dari dosa dan jika dewasa kelak, dia benar pendidikannya dalam Islam, maka akan menjadi kekasih Allah Swt. Wallahualam bisawab.[]

Amanah Kapten Diplomasi Indonesia Telah Usai

Amanah kapten diplomasi Indonesia telah usai. Pesan yang paling menyentuh hati dari sang kapten yaitu kita tidak boleh meninggalkan bangsa Palestina berjuang sendirian di tengah hak-hak mereka yang terampas

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Amanah kapten diplomasi Indonesia telah selesai ditunaikan. Kini saatnya bagi Retno Marsudi, Menteri luar Negeri Indonesia, pamit. Beliau telah usai melaksanakan tugas dan amanahnya setelah 10 tahun mengabdikan diri untuk bumi pertiwi sebagai Menlu periode 2019—2024. Amanah telah ditunaikan dengan baik. Beliau mengucapkan terima kasih atas dukungan semua rakyat Indonesia pada dirinya selama ini.

Pesan terakhirnya saat rapat kerja Kemlu RI dan Komisi DPR RI begitu mengharukan. Beliau telah berjuang bersama dengan rakyat Indonesia untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan untuk bangsa Palestina. Sebagai bangsa kita harus meneruskan amanah beliau untuk mendukung bangsa Palestina.

Kapten diplomasi bangsa ini telah berjuang untuk membela Palestina. Beliau menitipkan pesan tentang isu Palestina. “Jangan tinggalkan bangsa Palestina berjuang sendirian di tengah hak-hak mereka yang terampas,” ungkapnya. Dia tak ingin bangsa kita abai dengan nasib bangsa Palestina. Apalagi saat ini kondisi Palestina sangat membutuhkan dukungan dari bangsa kita. Jadi, kita harus menjalankan amanah ini dengan semangat mendukung penuh bangsa Palestina.

Menurut laman kemlu.go.id, Retno Marsudi telah memperjuangkan bangsa Palestina dengan mengangkat isu keadilan bagi rakyat Palestina di sidang dewan HAM PBB ke-55 di Jenewa, Swiss. Selain itu, beliau juga menghadiri pertemuan komite Menlu Liga Arab-OKI dengan Sekjen PBB untuk membahas isu Palestina. Sebagai Menlu, beliau diamanahi oleh bangsa Indonesia untuk mendukung Palestina dan terbukti beliau telah menjalankan tanggung jawabnya.

Pertemuan itu juga turut dihadiri oleh Menlu Arab Saudi, Yordania, Palestina, dan Mesir. Bahkan beliau juga berpartisipasi dalam Side Event terkait situasi HAM di Palestina. Even ini diselenggarakan oleh pemerintah Palestina untuk membahas bantuan kemanusiaan di Palestina dan lain sebagainya. Beliau berharap Indonesia tidak meninggalkan rakyat Palestina. Bangsa kita harus terus mendampingi Palestina yang sampai saat ini masih mengalami konflik kemanusiaan dengan Israel.

Amanah Kapten: Jangan Lelah Mencintai Bangsa

Retno menegaskan bahwa dirinya tidak akan lelah untuk mencintai Indonesia. Dia mengajak pada semua rakyat Indonesia, “Jangan pernah lelah mencintai Indonesia serta berbuat baik untuk bangsa kita,” ujar Retno dalam rapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada hari Kamis, 12-9-2024.

Indonesia layak untuk memberikan dukungan pada bangsa Palestina. Retno mengatakan bahwa di saat inilah Indonesia perlu teguh memperjuangkan bangsa Palestina. Agar Indonesia makin dikenal sebagai bangsa yang kuat, dihormati, dan diakui sebagai negara yang maju. Selain itu, karena Indonesia juga merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Terutama memperjuangkan hak asasi manusia (HAM) bagi bangsa Palestina.

Apa yang telah dilakukan oleh Retno Marsudi patut diapresiasi. Dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai menteri, beliau telah menciptakan perdamaian dan mendukung kemanusiaan. Sehingga bangsa Indonesia makin dihormati di dunia internasional.

Usai rapat, Retno Marsudi meminta maaf kepada jajaran Komisi DPR RI, jika selama masa jabatannya ada hal yang kurang berkenan. Permohonan maaf dan pamitan Retno tersebut disambut haru oleh seluruh anggota dewan. Semua yang hadir memberikan tepuk tangan sebagai tanda penghormatan atas jasa-jasanya selama menjabat sebagai Menlu RI.

Retno menuturkan pemerintah dan DPR RI harus saling menguatkan. Hal ini agar kejayaan Indonesia di kancah internasional diakui dan makin memberikan pengaruh positif bagi bangsa. Wanita yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda di Den Haag itu akan terus berkontribusi untuk bangsa. Meskipun tidak lagi menjabat, rasa cintanya terhadap bangsa telah memberikan inspirasi bagi rakyat Indonesia untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Mengapa Harus Mendukung Palestina?

Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 21 yang berbunyi :

يَٰقَوْمِ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْأَرْضَ ٱلْمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا۟ خَٰسِرِينَ

Artinya: "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi."

Ayat ini menjelaskan bahwa kita tidak boleh takut terhadap musuh Allah, yaitu bangsa Israel. Kita harus menolong dan mendukung penuh kemerdekaan bangsa Palestina. Seperti pembelaan dan dukungan yang dilakukan oleh Retno Marsudi. Siapa pun yang menjabat sebagai Menlu RI harus peduli dan turut menyuarakan perdamaian.

Hal ini untuk menjaga muruah bangsa kita di kancah internasional. Juga sebagai kewajiban untuk saling tolong-menolong sesama umat Islam. Meskipun jarak kita jauh, tetapi dekat di hati. Ukhuwah ibarat sebuah bangunan, bila satu fondasi runtuh, maka yang lain juga akan merasakan runtuhnya. Karena itu, sudah sewajarnya bangsa kita mendukung penuh kemerdekaan bagi bangsa Palestina. Bantuan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia akan sangat berarti bagi bangsa Palestina.[]

Isu Kebijakan Program Pemerintah Menuai Kontra

Isu tentang kebijakan program presiden yang dikabarkan akan menambah jumlah kementerian atau lembaga di pemerintahannya di masa depan.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id- Isu kebijakan program presiden akan menambah jumlah kementerian menjadi isu hangat yang merebak di seluruh Indonesia. Kabinet Prabowo-Gibran dinantikan berbagai pihak. Diskusi jumlah menteri menjadi hangat saat ini. Presiden dikabarkan akan menambah jumlah kementerian atau lembaga di pemerintahannya nanti. Program baru yang akan digulirkan oleh presiden ini dinilai tidak efektif.

Isu kebijakan ini menjadi kontra bagi lapisan masyarakat. Pasalnya pembentukan dokumen baru juga bisa mengganggu stabilitas pengelolaan sumber daya manusia karena harus ada pengaturan ulang alokasi tenaga kerja antarinstansi. Rencana penambahan kementerian adalah Kementerian Perumahan. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, dilansir oleh laman cnnindonesia.com.

“Ke depan akan ada pengumuman partisan. Pemerintah akan membuat konsep pembangunan yang lebih teregulasi,” ungkapnya. Penambahan struktur baru menambah tumpang tindih fungsi, memperlambat pengambilan keputusan, dan meningkatkan risiko kerumitan dalam pelaksanaan kebijakan dari program yang diusung oleh Prabowo.

Ketika pemerintah membentuk K/L baru, akan terjadi kecenderungan tumpang tindih tugas yang mengakibatkan kebijakan tidak berjalan efektif. Misalnya, pada saat pembentukan Badan Ekonomi Kreatif pada era Jokowi periode pertama yang dilebur kembali ke Kementerian Pariwisata. Hal ini karena terjadi duplikasi tugas dan tidak efektif dalam menjalankan fungsinya.

Pentingnya Belajar dari Masa Lalu

Seharusnya pemerintah belajar dari masa lalu dan fokus pada penguatan kementerian yang sudah ada serta memastikan koordinasi yang lebih baik antarinstansi untuk meningkatkan efisiensi pemerintahan. Jika tidak ada hal yang mendesak, tidak perlu ada pembentukan K/L baru. Jadi, harus sesuai kebutuhan dan tepat sasaran dalam memilih program yang akan dicanangkan.

Pemerintah harus mengkaji ulang, apakah penting dibentuk K/L baru atau tidak karena utang Indonesia sudah cukup besar. Negara seharusnya menjelaskan hal tersebut. Jika terlalu banyak pemborosan, niscaya utang Indonesia bertambah dan hal itu tentu akan mencekik perekonomian rakyat.

Alasannya, di tengah kehidupan ekonomi yang serba sulit ini, bukannya mengurangi beban negara, tetapi malah menambahnya tanpa pertimbangan yang tepat. Perlu waktu dua sampai tiga tahun untuk menyesuaikan organisasi terhadap arah pembangunan, kebijakan pembangunan, dan program pembangunan yang dicanangkan. Karena itu, pasti butuh penyesuaian.

Secara konstitusional, hak prerogatif presiden dalam mengangkat dan memberhentikan menteri merupakan amanat dari Pasal 17 UUD 1945. Urusan masalah penambahan menteri adalah hak prerogatif presiden, tetapi seharusnya hal ini perlu dipikirkan secara matang, apakah kebijakan ini bermanfaat atau malah merugikan.

Berbeda halnya dengan kondisi di luar negeri. Masalah pembangunan perumahan itu penting, sedangkan di Indonesia perlu dikaji ulang. Kebutuhan yang paling penting bagi rakyat adalah adanya program presiden yang dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Contohnya, masalah pendidikan di Indonesia. Saat ini terjadi perubahan yang signifikan setelah masa pandemi berlalu. Banyak faktor yang perlu dibenahi karena pendidikan tentu akan berdampak pada kualitas generasi bangsa di masa yang akan datang. Indonesia harus lebih memperhatikan sistem pendidikan agar kemajuan dalam sektor ini dapat memberi angin segar bagi seluruh lapisan masyarakat yang berdampak positif bagi percepatan perekonomian.

Islam Mengatur Semua Aspek Kehidupan

Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan memberikan pencerahan bagaimana mengimplementasikan kemaslahatan bagi umat manusia. Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berlandaskan Pancasila. Sudah seharusnya menerapkan ajaran Islam terutama dalam setiap kebijakan pemerintah yang bisa mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sunah, dan ijtihad ulama.

Isu kebijakan pemerintah sejatinya tidak boleh lepas dari ajaran Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia. Negara yang berlandaskan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 sangat menekankan pentingnya nilai agama dalam setiap kebijakan yang akan diputuskan. Sila pertama hingga sila kelima Pancasila, sejatinya harus menjadi pijakan dasar kebijakan. Begitu juga terkait dengan tujuan negara yang tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Indonesia adalah salah satu negara terbesar yang berpenduduk muslim di dunia. Sekitar 85% penduduk di negeri kita beragama Islam, tetapi sayangnya masih menerapkan sistem kapitalisme. Padahal jika menggunakan sistem ajaran Islam tentu tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sudah seharusnya ajaran Islam menjadi pijakan dasar saat pemerintah akan mengeluarkan kebijakan apa pun hingga lini terbawah. Tegasnya, kebijakan publik yang sesuai dengan Islam adalah kebijakan umum yang melahirkan kesejahteraan bagi rakyat.[]

Guru Swasta Tidak Bisa daftar PPPK, Pemerintah Pilih Kasih?

Guru swasta kini tidak punya kesempatan untuk mendaftar PPPK. Pemerintah hanya memberikan kesempatan pada guru negeri untuk menaikkan karirnya menjadi guru PPPK.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Pendaftaran PPPK sedang dinantikan oleh seluruh guru honorer se-Indonesia. Bukan hanya guru negeri, tetapi juga swasta. Realitanya banyak pendidik swasta yang mengajar dengan gaji pas-pasan. Di tengah kondisi ekonomi yang makin menjerit, pemerintah malah membuat kebijakan yang membuat mereka meradang. Pasalnya, menurut laman berita KLIKPENDIDIKAN.ID, mereka tidak bisa daftar PPPK. Hanya kategori guru negeri honorer yang berpeluang menjadi ASN.

Guru swasta yang tidak punya kesempatan untuk menjadi ASN harus gigit jari. Pasalnya, tak ada peluang bagi mereka ikut seleksi PPPK diizinkan oleh dirjen GTK melalui Instagram resmi @nunuksuryani di siaran Ngopi Bareng pada selasa, 27 Agustus 2024. “Untuk guru PPPK, untuk seleksi tahun 2024 ini tidak membuka pelamar dari sekolah swasta, kecuali bagi pelamar yang berasal dari sekolah swasta dipersyaratkan memiliki surat izin yayasan,” ungkap Nunuk Suryani.

Program PPPK tahun ini, guru honorer mendaftar PPPK maksimal TMPT pada bulan Oktober 2022. Artinya, guru swasta yang baru bergabung menjadi guru honorer di sekolah negeri tidak bisa langsung mendaftar PPPK karena syaratnya yang terpilih adalah pendidik dengan masa kerja mengajar selama tiga tahun. Hal ini menjadi syarat mutlak diterimanya guru PPPK.

Kesempatan untuk karier PPPK tidaklah mudah. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Inilah mengapa banyak guru swasta yang kurang sejahtera. Padahal mereka sama-sama mendidik generasi bangsa. Bukan hanya itu, pemerintah sampai detik ini belum membuka kembali program infassing untuk pendidik, padahal sudah dinantikan oleh guru swasta di Indonesia. Sedangkan untuk negeri peluangnya selalu terbuka lebar.

Mengapa harus dibedakan dan pemerintah terkesan pilih kasih? Bukannya memberikan angin segar bagi pendidik agar tambah semangat dalam mengajar, justru malah sebaliknya. Kebijakan ini membuat guru swasta meradang karena merasa tidak diperhatikan nasibnya oleh pemerintah.

Guru Swasta Tidak Bisa Bekarir Menjadi Guru PPPK

Guru merupakan profesi panggilan hati sehingga tak jarang banyak yang menjalani hidupnya dalam kemiskinan. Padahal, profesi ini bukan main-main pengaruhnya dan tanpanya apa yang terjadi dengan generasi bangsa kita? Bagaimana Indonesia bisa bangkit dalam pendidikan? Bukankah pendidik harus sejahtera demi hidup yang lebih baik dan dapat memberikan kinerja yang terbaik bagi tanah airnya.

Beragam pertanyaan inilah yang membuat saya prihatin akan nasib pahlawan tanpa tanda jasa. Terutama di sekolah swasta yang kesejahteraannya sangat kurang. Kebijakan baru dari pemerintah ini membuat harapan mereka untuk mendapatkan peluang karier PPPK harus pupus. Jika hal ini terjadi, ada kesenjangan antara guru swasta dan guru negeri. Artinya pemerintah hanya peduli pada nasib guru negeri.

Baca juga :bunuh-diripotret-kegagalan-sistem-pendidikan-sekuler/

Banyak guru swasta yang belum merasakan sertifikasi karena beragam persyaratan yang sulit. Inilah mengapa faktanya nasib mereka tidak diperhatikan dan pemerintah dengan abai memberikan kebijakan yang membuat kesenjangan. Andai saja pemerintah dengan bijak memberikan kesempatan berupa angin segar bagi guru swasta untuk diangkat menjadi PPPK, tentu saja hal ini tidak terjadi.

Dampak yang ditimbulkan dari keputusan pemerintah ini akan berpengaruh pada kinerja dan semangat pendidik dalam mengajar. Bukankah dengan makin banyaknya pendidik yang sejahtera, sehingga mereka dapat bekerja dengan optimal? Suara hati mereka perlu juga didengar, bukan hanya guru negeri. Apakah pemerintah bisa bertindak adil dan memberi kesempatan pada mereka untuk memulai karier sebagai PPPK?

Aturan Baru

Informasi yang dikutip dari laman berita www.detik.com, pemerintah membuat peraturan baru, hanya mereka yang punya prioritas P1 yang berhak mendaftar PPPK. Hal ini dinilai menyulitkan bagi guru swasta yang tidak masuk pada kategori tersebut karena pelamar prioritas P1 adalah guru yang memenuhi nilai ambang batas pada seleksi PPPK guru tahun 2021 di instansi daerah dan belum pernah dinyatakan lulus PPPK.

Syarat tambahan lainnya yaitu mereka harus mendapatkan persetujuan dari ketua yayasan apabila guru tersebut masih aktif mengajar di sekolah swasta karena banyak laporan dari berbagai sekolah swasta bahwa mereka kehilangan pendidik terbaiknya. Hal ini dianggap wajar karena yang lolos PPPK ini bukan kaleng-kaleng.

Jika masalah ini terjadi dan berlangsung terus-menerus, saya khawatir akan nasib mereka. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi dan dibiarkan begitu saja. Maka, pemerintah khususnya Menteri Pendidikan saat ini perlu merevisi kebijakan ini agar nantinya tidak merugikan salah satu pihak, yaitu guru swasta. Pasalnya, di dalam Islam seorang pemimpin akan ditanyai penjelasan di akhirat.

Saran dan Solusi Terbaik

Oleh karena itu, setiap pemimpin di negeri ini harus berhati-hati. Jangan bertindak gegabah dan merugikan suatu kalangan. Nasib guru swasta juga harus diperhatikan. Ingat, bahwa ada ancaman bagi pemimpin yang zalim. Hal ini sudah diperingatkan oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya. Disebutkan, mereka termasuk dalam golongan pertama yang akan masuk neraka.

Dari Abu Hurairah r.a., yang mengutip sabda Rasulullah Saw, “Telah ditampakkan pada diriku tiga golongan pertama yang akan masuk ke dalam neraka, yaitu seorang pemimpin yang berbuat durhaka, orang kaya yang tidak mau menunaikan hak-hak Allah, dan orang miskin yang congkak.” (HR Ibnu Hibban dan 'Uyainah).

Konteks kezaliman pemimpin dalam hadis tersebut, bisa merujuk pada ketidakmungkinan seorang pemimpin dalam berlaku adil, baik terhadap diri sendiri maupun sesama warganya. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya di dalam neraka jahanam itu terdapat lembah, dan di lembah itu terdapat sumur yang bernama Habhab. Allah pasti akan menempatkan setiap penguasa yang sewenang-wenang dan menjaga kebenaran di dalamnya.” (HR. Ath-Thabrani, Al-Hakim, dan Adz-Dzahabi).

Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah akan sangat berdampak bagi nasib pendidik swasta sehingga sebaiknya sebelum mengambil keputusan harus berlaku adil, tidak semena-mena dan mengambil jalan terbaik untuk kesejahteraan rakyat. Sikap yang harus dilakukan pemerintah yaitu berdiskusi dengan mereka dan mendengarkan harapan mereka. Untuk itulah kita harus memilih pemimpin yang adil dan peduli pada rakyat.

Sudah saatnya pemerintah meluncurkan program-program yang pro pada nasib guru swasta. Pemerintah perlu memperhatikan nasib mereka bukan hanya guru negeri. Jika pemerintah mendengarkan aspirasi para mereka maka mereka akan puas dengan kinerja yang dilakukan oleh pemerintah. Namun jika tidak, jangan membuat masyarakat terjebak oleh politik.

Pemerintahan yang dipilih oleh rakyat tidak boleh mempermainkan rakyat, apalagi membuat kebijakan yang dapat menzalimi rakyat karena setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat. Semoga negeri kita terbebas dari carut-marut masalah politik dan kita mempunyai pemimpin yang adil di masa depan. Semua itu akan berjalan dengan baik jika negeri kita menjalankan Islam secara kaffah.[]