Subsidi BBM dan Listrik Jadi BLT, Solusikah?

Sungguh miris, inilah realitas hidup dalam sistem demokrasi kapitalisme, rakyat dianggap sebagai beban. Subsidi pun dianggap beban yang akan memberatkan APBN.

Oleh. Rastias
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Pemerintah sedang mewacanakan perubahan skema subsidi BBM, LPG, dan listrik menjadi bantuan langsung tunai (BLT). Alasannya, karena sebagian subsidi diduga tidak tepat sasaran. Hal itu diketahui dari adanya laporan PLN, Pertamina, dan BPH Migas. (mediaindonesia.com, 4-11-2024)

Selain itu, perubahan skema subsidi energi tersebut dilakukan karena dana subsidi yang dikeluarkan pemerintah makin besar sehingga membebani APBN. Oleh karena itu, pemerintah mengambil kebijakan untuk memangkas subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp67,1 triliun pada 2025. Pemerintah juga memberi dorongan kepada konsumen supaya bijak dalam penggunaan BBM, terutama jenis Pertalite dan solar. (kontan.co.id, 28-5-2024)

Efek dari Pencabutan Subsidi

Wacana pemerintah mengubah subsidi menjadi bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap perekonomian nasional. Mungkin di satu sisi wacana ini bisa mengurangi kebocoran tidak tepat sasaran. Namun, kita harus memperhatikan dampak-dampak yang akan ditimbulkannya. Apa saja dampaknya?

Pertama, di sektor industri kenaikan BBM dan listrik akan membuat pengeluaran biaya produksi makin membengkak dan beban biaya makin bertambah. Oleh karena itu, PHK menjadi jalan satu-satunya untuk mengurangi beban pengeluaran.

Kedua, BBM di sektor pangan digunakan untuk mendistribusikan bahan-bahan pangan dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, apabila BBM naik maka secara otomatis biaya transpor ikut naik dan berdampak pula pada naiknya bahan-bahan pangan.

Ketiga, LPG di sektor pangan berkaitan dengan produktivitas perekonomian. Contohnya, pelaku UMKM kuliner akan kecewa dengan pencabutan subsidi LPG karena makin membebani ongkos produksi. Selain itu, pencabutan subsidi LPG juga menyebabkan harga bahan pangan naik. Jika hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan inflasi.

Dari peningkatan inflasi ini akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat yang berujung pada menurunnya kesejahteraan masyarakat dan stabilitas perekonomian negara. Di sisi lain, kondisi masyarakat yang miskin dan ketimpangan ekonomi menyebabkan makin mewabahnya persoalan sosial dan kriminalitas di negeri ini.

Inilah dampak dari pencabutan subsidi BBM, LPG, dan listrik yang dirasakan oleh masyarakat. Walaupun ada kompensasi berupa BLT sebagai gantinya, tidak menyolusi. Kita bisa berkaca dari program BLT sebelumnya, seperti BLT BBM, BLT Program Keluarga Harapan (PKH), BLT UMKM, BLT dana desa, dan lainnya yang sudah penuh dengan polemik. Cara kerjanya yang rumit dan pendataan yang buruk menyebabkan penyaluran BLT salah sasaran.

Subsidi Dianggap Beban

Sungguh miris, inilah realitas hidup dalam sistem demokrasi kapitalisme, rakyat dianggap sebagai beban. Subsidi pun dianggap beban yang akan memberatkan APBN jika terus diberikan kepada rakyat. Hal ini menyebabkan APBN mengalami defisit. Namun, benarkah subsidi merupakan beban APBN?

Menkeu Sri Mulyani memaparkan APBN 2024, realisasi subsidi dan kompensasi energi hingga Oktober 2024 mencapai Rp327 triliun. Sementara itu, alokasi APBN untuk belanja negara untuk infrastruktur pada tahun ini sebesar Rp2.556,7 triliun. (cnbcindonesia.com, 8-11-2024)

Berdasarkan data di atas, jumlah subsidi sangat kecil dibanding dengan biaya pembangunan infrastruktur yang realitasnya bukan untuk rakyat. Oleh karena itu, lebih cocok menyebut beban APBN untuk oligarki, bukan subsidi.

Demokrasi Kapitalisme

Sungguh miris, Indonesia yang merupakan negara yang kaya sumber daya alam (SDA) berupa minyak dan gas (migas) dan penghasil nikel terbesar, yakni setara dengan 23 persen cadangan di dunia malah menjadi importir net BBM dan LPG.

Kekayaan alam yang dimiliki negeri ini pada dasarnya mampu memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Sayangnya, tata kelola SDA masih bermasalah sehingga pemenuhan kebutuhan rakyat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Lihat saja 84 persen migas kini dikuasai asing. (antaranews.com, 29-5-2008) Sementara itu, nikel sekitar 90 persen ada dalam kontrol asing, terutama oleh perusahaan Cina. (cnbcindonesia.com, 5-12-2024)

Dari sini dapat disimpulkan, akar masalahnya adalah penerapan sistem demokrasi kapitalisme. Negara bukan lagi sebagai pengatur urusan rakyat. Hubungan antara penguasa dan rakyat bagaikan penjual dan pembeli yang hanya memikirkan untung atau rugi. Oleh karena itu, tidak heran kebijakannya selalu memihak pada korporasi.

Baca juga: retreat-pejabat-akankah-membawa-manfaat/

Aturan main sistem kapitalisme ini pula yang menjadikan APBN selalu defisit. Liberalisasi dalam kepemilikan membuat SDA yang melimpah yang seharusnya menjadi sumber APBN justru dikuasai swasta atau asing. Isu subsidi tidak tepat sasaran dan membebani APBN itu muncul dari paradigma tata kelola SDA yang berbasis kapitalistik.

Selama masih menggunakan sistem demokrasi kapitalisme maka subsidi akan selalu dipermasalahkan. Sementara itu, mereka gencar membangun infrastruktur megah yang tidak ada hubungannya dengan kemaslahatan masyarakat.

Mekanisme Islam

Berbeda dengan sistem Islam. Islam memiliki berbagai mekanisme yang tentunya menyejahterakan umat. Negara hadir sebagai periayah (pengurus) kebutuhan umat. Pelayanan negara yang diberikan kepada masyarakat akan rata, baik kaya maupun miskin. Dengan begitu, negara dengan senang hati memberikan subsidi, bahkan gratis kepada rakyatnya.

Dalam Islam, sumber daya alam (SDA) akan dikelola secara mandiri oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi kepada rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, yaitu negara memberikan subsidi BBM, LPG, listrik, dan sebagainya bahkan negara bisa memberikannya secara gratis. Negara hanya membebankan pada ongkos produksi.

Sementara itu, mekanisme secara tidak langsung, yaitu negara menjual hasil sumber daya alam seperti migas, nikel, dan sebagainya kepada industri atau ke luar negeri. Hasil penjualan tersebut akan dimasukkan ke pos kepemilikan umum. Namun, penjualan ini dengan syarat kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi.

Dari dana pos umum tadi akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Alhasil semua masyarakat bisa hidup sejahtera.

Negara tidak akan memberi celah sedikit pun kepada swasta untuk menguasai sumber daya alam (SDA) yang berlimpah. Sebagaimana larangan Rasulullah saw. berikut, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Oleh karena itu, menguasai sumber daya alam berupa migas dan nikel haram dikelola dan dimanfaatkan oleh swasta karena menyangkut kemaslahatan masyarakat.
Wallahualam bissawab.[]

Ironi Peringatan Hari Santri

Oleh karena itu, agar peran santri bisa optimal dan siap menghadapi tantangan di masa depan, caranya adalah dengan kembali pada ajaran Islam yang menyeluruh.

Oleh. Rini
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Dalam rangka memperingati Hari Santri tahun 2024 yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober, Pemerintah Kabupaten Pasuruan memberikan beberapa penghargaan kepada masyarakat dan desa yang berprestasi. Piagam penghargaan tersebut diberikan secara simbolis oleh Penjabat Bupati Pasuruan Nurkholis, di halaman Graha Maslahat, Kabupaten Pasuruan.

Tema yang diusung pada peringatan Hari Santri pada tahun ini adalah "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan". Pada kesempatan kali ini, ia menyampaikan amanat Menteri Agama Republik Indonesia tentang peran serta tantangan yang dihadapi oleh para santri masa kini. Amanat tersebut, yaitu meneruskan perjuangan para pendahulu dalam meraih kemerdekaan dan keutuhan bangsa.

Ia mempunyai harapan yang sangat besar terhadap santri agar bisa memberikan karya terbaik dengan ikut berkontribusi dalam meraih kegemilangan masa depan bangsa terutama dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Pasuruankab.co.id)

Latar Belakang Penetapan Hari Santri

Latar belakang dijadikannya penetapan Hari Santri Nasional tidak bisa dilepaskan dari peran dan kontribusi yang sangat besar dari para ulama dan santri kala itu dalam memperjuangkan dan meraih kemerdekaan dari tangan penjajah.

Dengan Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh K.H. Hasyim Asy'ari mampu mendorong berbagai pesantren bersatu untuk melawan kolonialisme dan berjuang bersama membela tanah airnya. Beliau pun memberikan fatwa bahwa setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban yang sama dalam mempertahankan kemerdekaan.

Betapa besar pengaruh seorang ulama yang ikhlas dan memahami kondisi negara dalam meraih kemerdekaan. Dorongan keimanan telah menghantarkan para santri untuk bergerak dan berjuang. Bukti cinta kepada tanah air membuat mereka rela berkorban harta, jiwa, dan raga. Dalam perjuangan, ada dua jalan yang menjadi pilihan mereka, yaitu hidup mulia atau mati syahid.

Pembelokan Visi Misi Pesantren

Namun, sangat disayangkan di alam kehidupan yang menjauhkan kehidupan dari agama dan mendewakan materi ini, para santri sepertinya sulit berperan dan berkontribusi lebih atas dorongan keimanan. Keberadaan pesantren yang bertujuan melahirkan para ulama tangguh dan muslim yang mumpuni dalam mengarungi kehidupan ini, dibelokkan arahnya dari visi dan misi pesantren.

Al-Qur'an dan hadis yang seharusnya menjadi pijakan dalam berpikir dan bergerak, dialihfungsikan dengan paham moderasi dan agen penggerak ekonomi negara. Paham moderasi sangat deras diopinikan di tengah-tengah mereka. Opini itu diarahkan agar bisa menerima keyakinan-keyakinan Barat yang menjunjung tinggi nilai kebebasan sebagai bentuk toleransi. Strategi Barat dalam menghancurkan Islam adalah mewujudkan kehidupan yang sekuler.

Inilah bentuk kelalaian dan ketidakjernihan berpikir yang mengakibatkan mereka tidak bisa mengenali lagi siapa musuh yang sebenarnya. Bahkan tanpa perlawanan apa pun, mereka mengadopsi paham moderasi tersebut. Tanpa sadar mereka menjadi kepanjangan tangan para penjajah dan sekaligus penjaga dari paham sekuler tersebut. Oleh karenanya, tak heran kalau sekarang muncul istilah Islam moderat dan Islam tradisional.

Dikuatkan lagi dengan kurikulum pendidikan di pesantren yang tidak jauh berbeda dari kurikulum sekolah umum. Mereka diarahkan sebagai penggerak ekonomi bangsa. Program pemerintah seperti OPOP (one pesantren one product) misalnya, mampu menyihir mereka agar menjadi pengusaha-pengusaha baru yang penuh inovasi dalam menciptakan sebuah produk. Program tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan kesejahteraan untuk dirinya, tetapi juga berhasil berkontribusi dalam mengatasi permasalahan bangsa terkait menciptakan lapangan perkerjaan.

Dengan demikian, muncul slogan lulusan pesantren tidak kalah dengan SMK. Mereka siap terjun ke lapangan kerja, baik sebagai karyawan yang terampil ataupun menjadi start up dengan usahanya. Julukan yang disematkan bagi mereka adalah sebagai pahlawan-pahlawan ekonomi bangsa.

Buah Kurikulum Pendidikan Sekuler

Kurikulum pendidikan inilah yang membatasi pengetahuan dan mengerdilkan syariat Islam. Kelalaian dalam mempelajari Islam secara menyeluruh menjadikan mereka tidak mampu lagi melihat akar masalah bangsa ini. Pada akhirnya mereka pun tidak mampu menghadirkan solusi Islam dalam menyelesaikan masalah pada dirinya sebagai muslim dan penerus perjuangan bangsa. Di sisi lain, pandangan bahwa Islam itu agama yang sempurna dan mampu memecahkan semua problematika kehidupan, belum sepenuhnya tergambar dalam benak generasi muslim.

Baca juga: berterima-kasih-kepada-negara/

Belum lagi masalah yang sering muncul di pesantren dan diopinikan dengan masif yang menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan. Misalnya tentang pelecehan seksual, adanya bullying, pembunuhan, dll., membuat para orang tua enggan memasukkan anak-anaknya ke pesantren. Dengan demikian, makin lengkap masalahnya.

Generasi muslim makin jauh dari agamanya karena tidak berkeinginan secara mendalam untuk mempelajari, memahami, mengamalkan, kemudian menyampaikannya kembali ke tengah-tengah kehidupan mereka. Inilah fakta sesungguhnya kerusakan sistem kapitalisme dan juga indikasi keberhasilannya telah mengakar kuat di negeri ini. Satu persatu tanggung jawab negara telah terlepas. Sistem ini sukses menghantarkan kerusakan.

Hilangnya peran negara dalam menghadirkan generasi yang beriman dan bertakwa tampak makin nyata. Sistem ini menganggap kesuksesan sebuah negara ketika segala kebutuhan individu terpenuhi tanpa peran serta negara di dalamnya. Juga meminimalisasi perannya sebagai pengatur urusan rakyat. Negara hanyalah regulator. Artinya, makin sedikit peran negara dalam urusan rakyatnya maka tingkat penilaiannya makin berhasil.

Sistem ini juga beranggapan seseorang akan dianggap mampu dan layak mendapatkan kehidupan ketika mampu menyumbangkan karyanya. Tak hanya itu, sistem ini juga beranggapan bahwa muslim yang baik adalah yang bisa menerima ide moderasi arahan Barat, yaitu menerima paham kebebasan tanpa batasan. Oleh karena itu, agar peran santri bisa optimal dan siap menghadapi tantangan di masa depan, caranya adalah dengan kembali pada ajaran Islam yang menyeluruh.

Mengembalikan Posisi Santri

Islam mengajarkan setiap muslim harus kuat, baik pola pikir maupun pola sikapnya. Inilah kepribadian muslim yang khas, antara pikiran dan tingkah lakunya sama berlandaskan keimanannya. Dengan keimanan yang kuat menjadikan mereka mempunyai filter yang kuat dalam menyaring paham-paham dari luar Islam. Contohnya, ide kebebasan (baik tingkah laku, berpendapat, berkeyakinan atau kepemilikan)

Banyaknya ilmu Islam yang didapatkan membuat mereka lebih percaya diri dan siap menjadi agen perubahan. Standar kebahagiaan yang jelas, yaitu rida Allah, bukan banyaknya materi. Kerinduan generasi muslim khususnya para santri adalah terterapnya aturan Ilahi dan perjuangannya pun tidak mudah dialihkan. Perjuangan dan dakwah mereka dengan tujuan jelas pula, yaitu melanjutkan kehidupan Islam kembali. Hanya dengan syariat Islam, generasi Islam akan meraih kemenangan dan kegemilangan.

Keyakinan akan janji Allah yang disebutkan dalam QS. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: " … Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu …."

Demikianlah, Islam telah disempurnakan dan menjadikan musuh-musuhnya berputus asa dalam mengalahkan agamanya. Hal ini menjadi amunisi dan dorongan agar tetap semangat dalam medan perjuangan sebesar apa pun ujian dan godaan yang datang dari pandangan hidup selain Islam, yaitu sekularisme.

Hingga saatnya kegemilangan itu diraih kembali dengan berbondong-bondongnya orang meyakini Islam. Cahaya Islam ini akan makin jelas dan bersinar bagai matahari terbit dari timur. Dengan demikian, bertasbihlah dan bersyukurlah yang banyak atas nikmat iman dan Islam ini. Sudahkah kita merenungkan dan merindukan kegemilangan peradaban manusia yang mulia dengan Islam ini?
Wallahualam bissawab.[]

Jika Aku Pergi

Tulisan tangan Damai membuat Naira makin terisak. Jika aku pergi, apakah kalian akan menangisiku sebagaimana aku menangis akibat perlakuan kalian?

Oleh. Hafida N.
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Untuk semua yang pernah mengasihi, terima kasih. Aku pergi …

Salam hangat,
Damaira


Suara sendok dan piring yang beradu mengisi keheningan ruang makan sebuah rumah minimalis. Ada peraturan tak tertulis yang melarang berbicara saat makan. Sang kepala keluarga berdehem setelah menghabiskan makan malam, membuat atensi seluruh netra memandang pria itu.

"Papa ada pengumuman, Della tadi juara satu angkatan. Tepuk tangan!”

"Selamat, adiknya Kakak."

"Anak Mama hebat banget sih. Pertahankan ya, Nak."

Della, satu-satunya gadis remaja yang berada di ruang makan tersipu malu. "Jangan begitu."

Sang papa tertawa, mengusap kepala anak gadisnya. "Della mau hadiah apa?"

"Papa, terus Kak Damai bagaimana?" Pertanyaan polos dari anak kecil usia sekolah dasar itu menghentikan tawa semua anggota keluarga. "Kemarin Kak Damai bawa kertas yang katanya namanya sertifikat, terus piala, terus ju–"

"Dino!" Anak lelaki itu mengerjap, memandang bingung sang mama yang barusan membentaknya. Netranya mulai berkaca-kaca, "K-kenapa? Dino s-salah? Hiks …"

Semua netra memandang kepergian sang anak bungsu. "Dino, maafkan Mama …"


"Kakak! Kakak, buka pintunya!" Keheningan yang selama ini menemaninya, buyar saat sebuah gedoran pintu diiringi teriakan khas anak kecil terdengar. "Dino, kenapa?" tanya sang empunya kamar.

"Kak Damai, hiks …" Dino memeluk pinggang kakaknya erat-erat.

Damai, sang kakak membalas pelukan sang adik walau bingung dengan apa yang terjadi. Gadis itu mengangkat Dino ke gendongan ala koala. Duduk di kursi belajar yang menghadap ke taman samping rumah setelah menutup pintu kamar.

"Kenapa?" tanya Damai setelah tangis adiknya mereda. "Dinonya Kakak kenapa menangis? Ada yang nakal?" Damai mengelus sayang rambut hitam adik satu-satunya itu.

Jika Aku Dianggap, Betapa Bahagianya

Dino menggeleng, mendongak untuk menatap kakaknya dengan pipi basah karena lelehan air mata dan hidung memerah yang di mata Damai terlihat menggemaskan. "Papa Mama kasih senyum ke Kak Della karena juara satu," ucap Dino dengan nada serak. "Kemarin Kakak juga juara satu, 'kan? Kenapa Papa Mama gak kasih senyum juga?" tanya Dino dengan polos.

Deg! Jantung Damai berdenyut nyeri mendengar kalimat adiknya. Mereka benci Kakak, jawabnya dalam hati. Damai menggelengkan kepala kemudian tersenyum. "Itu karena mereka gak tahu. Kakak belum bilang," jawab Damai dengan netra berkaca-kaca.

"Dino sudah beri tahu, kok. Mama malah marah," netra Dino kembali berkaca-kaca mengingat bentakan sang mama yang masih terngiang. "Kak Ditto juga begitu. Tadi Kak Ditto tepuk kepala Kak Della, tetapi gak pernah tepuk kepala Kakak. Atau Dino gak pernah lihat ya, Kak?"

"Iya–" suara Damai terdengar serak, "Dino gak pernah lihat. Kak Ditto sering tepuk kepala Kakak juga, kok." Dino mengerjap dengan mata berbinar lalu turun dari pangkuan Damai. "Berarti Kak Ditto sayang Kakak seperti Dino?" tanyanya dengan nada semangat.

Damai tersenyum manis, "Dino selalu sayang Kakak, 'kan?" ucapnya berupaya menahan tetesan embun dari matanya. "Jangan tinggalkan Kak Damai ya," pinta gadis itu tulus. "Sayang banget! Dino selalu sayang Kak Damai banyak-banyak, segini!" seru Dino sembari merentangkan kedua tangannya. "Dino janji gak akan meninggalkan Kak Damai. Kak Damai juga, ya?"

Kelingking kedua saudara itu bertaut. Dino tersenyum sampai matanya menyipit. Lelaki kecil itu tak tahu, janji yang mereka buat akan dilanggar, tak akan pernah ditepati.

Selepas kepergian Dino yang kembali aktif dan ceria, Damai masih berada di kursi belajarnya. Tertawa kecil dengan lelehan air mata di pipinya. "Sayang, ya? Pernah sih, tapi cuma mimpi," ucapnya lalu menatap lekat berbagai sertifikat yang berserakan di ranjang kecilnya. "Gak papa Damai, tolong jangan menangis. Kamu harus selesaikan naskah sebelum akhir bulan–hiks …"

Jika Aku Bisa Kembali Tersenyum

Damai tak pernah tahu bahwa ada seseorang yang sedari tadi mendengar semuanya. Sejak kedatangan Dino sampai keluarnya lelaki kecil itu dari kamar Damai dengan senyum cerianya. Damai tak pernah tahu, bahwa ada seseorang yang pipinya ikut basah karena mendengar tangis diam-diam Damai yang terdengar menyesakkan dada.


"Mau ke mana?" Ditto mengajukan pertanyaan dengan raut wajah sedatar mungkin. Damai menghela napas, mengedarkan pandangan. Dia sedang tak ingin bertemu dengan orang yang serumah dengannya. Sang mama yang suka membabukan dirinya, sang papa yang selalu menatapnya dingin, dan sang saudarinya yang selalu mengajaknya bertengkar. Ugh! Itu sungguh menyebalkan.

"Mereka lagi pergi," kata Ditto. Lelaki itu dapat menebak raut penuh tanya Damai yang seakan bertanya, 'ke mana orang rumah?'

"Aku ada kajian," jawab Damai sebelum berbalik mengunci pintu kamarnya. "Silakan menikmati keheningan, Tuan Muda," kata gadis itu dengan menundukkan kepala lalu melangkah pergi. Di benaknya timbul tanya, untuk apa lelaki itu repot-repot bercakap dengannya?


"Ai mau pulang sekarang?" tanya salah satu teman Damai. Namanya Naira, yang kini mendapat giliran rumahnya menjadi tempat kursus. "Nanti, Ra," jawab Damai setelah atensinya kembali tertuju kepada gadis sebayanya yang memakai gamis cokelat milo.

Naira mengangguk mengerti lalu memasuki rumahnya. "Ya sudah main dulu. Aku taruh kitab bentar," kata gadis itu. "Bunda ada di dapur tuh, ke sana gih. Pasti senang lihat kamu," sungut Naira dengan wajah cemberut.

Damai tertawa lalu berjalan berdampingan bersama Naira. Sesampainya di dapur, mereka melihat seorang wanita dengan gamis merah maroonnya yang warnanya telah pudar. "Bunda, ada Ai mau main!" seru Naira.

Si Kembar

Wanita itu menoleh lalu melambaikan tangan, menyapa Damai dengan senyum keibuan. "Waduh, sudah lama gak main. Kenapa, nih?" tanya Bunda Naira setelah berada di hadapan kedua remaja itu. "Abisnya kalo aku ke sini sama Bunda disuruh makan terus. Aku 'kan lagi diet," jawabnya jujur.

Naira menggeleng, "Kamu sudah mungil begitu, Ai. Gak bongsor juga, gak seperti Bunda tuh." Bunda mendelik kepada putri bungsunya itu. "Bunda itu subur! Bukan bongsor ya!"

"Canda, Bun, canda." Naira cengengesan. Bunda melengos pergi dengan lengan memegang lengan Damai. "Sudahlah, memang cuma Damai yang mengerti Bunda tuh." Cemberut Bunda yang dibalas tawa oleh Damai dan Naira.

Naira tersenyum melihat interaksi hangat bundanya dengan temannya itu. Ia tak cemburu, tak juga menyesal telah mengenalkan Damai pada bundanya. Ia pun menyadari, senyum dan tawa Damai menjadi langka setelah kejadian yang membuat hidup gadis itu berubah 180°. Kejadian yang sampai sekarang selalu Damai sesali dan Naira paham betul akan hal itu.


"Kak Ditto, lihat aku bawa apa nih? Tadaa, kejutan …"

"Kakak, Mama sudah masak udang saus merah. Ayo makan!"

"Kerudungnya bagus banget. Sayang Kak Ditto!"

"Kakak sudah gak sayang aku lagi, 'kan?"

"Aku benci Kakak!"

Ditto terbangun dari tidurnya yang tak bisa dikatakan lelap. Dahinya basah karena keringat. Lelaki itu memegang kepalanya yang terasa nyeri. "Akhh …"

"Kakak kenapa?" Pintu yang terbuka menampilkan gadis dengan kaos panjang dengan bahu terbuka dan jeans selutut. "Kak Ditto?"

Ditto menggeleng, beringsut menjauh saat Della berupaya memegang bahunya. "Diam di situ–" katanya dengan tangan yang mengepal menahan sakit. Della terdiam, hatinya nyeri mendengar penolakan dari sang kakak.

"Keluar."

"Hah?"

"Gue bilang keluar!" Netra Della berkaca-kaca mendengar bentakan itu. "Kak Ditto jahat!" teriak gadis itu sebelum berlari keluar kamar. Meninggalkan Ditto yang terpaku.

"Ditto, kenalkan. Mereka sudah jadi adik kamu. Della sama Damai, mereka kembar."

"Hai, Kakak! Aku Della."

"Damaira, Kak."

Rasa yang Berbeda

Ditto yang saat itu berumur 18 tahun memandang kedua gadis di depannya dengan pandangan tak terbaca. Gadis sebelah kanan memperkenalkan diri dengan ceria dan raut wajah yang terkagum-kagum. Sementara itu, gadis sebelah kiri memperkenalkan diri dengan nada pelan hampir berbisik dan menatap Ditto sejenak lalu kembali menunduk.

"Ditto." Awalnya Ditto bersikap biasa saja kepada kedua adik kandung beda ibu, tetapi masih satu ayah dengannya. Keduanya masih berusia 15 tahun.

Hari ke hari, lelaki itu mulai menerima keluarga barunya. Ditto sesekali mengantar jemput kedua adiknya jika sang mama barunya sibuk. Perhatian Ditto ditangkap berbeda oleh salah satu dari mereka. Jika Ditto merasa bahwa perhatiannya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak pada adiknya, salah satu dari mereka menganggap itu adalah hal yang sering dilakukan lelaki pada pasangannya.

Baca juga: ma-pa-khawatirku-ada-banyak/

Sampai suatu hari, adiknya yang lain mengetahui perasaan terlarang dalam hati saudarinya. Yang memiliki rasa menganggap bahwa saudarinya juga merasakan hal yang sama. Rasa cemburu dan takut kehilangan membuat pembicaraan berakhir dengan teriakan lantang dan benda-benda yang melayang.

Salah satu dari mereka yang tak bisa menahan tangis segera berlari keluar. Ditto yang saat itu baru saja pulang kuliah, terbelalak saat mendapati sebuah sepeda motor yang melaju kencang ke arah adiknya.

Tepat di jalan raya depan rumah, kejadian berdarah itu terjadi. Ditto menolong adiknya, mengorbankan dirinya sebagai tumpuan. Mengorbankan dirinya dan membuat kepalanya membentur jalan aspal. Kecelakaan yang disebabkan pengemudi mabuk itu membuat Ditto koma selama tiga bulan. Saat dirinya terbangun, Ditto hanya mengingat bahwa papanya menikah lagi, tetapi dengan seorang wanita beranak satu.

Menolak Keputusan Ayah

Ditto tak menerima keputusan papanya. Bersikap dingin dan acuh tak acuh pada adik tirinya. Saat melihat sifat sang papa yang juga dingin membuat Ditto menganggap bahwa wajar dia juga bersikap demikian. Mungkin sang papa belum sedekat itu pada adik tirinya. Saat melihat sifat mama tirinya yang acuh dan seenaknya menjadikan sang anak kandung sebagai pembantu, Ditto menganggap hal itu wajar karena prestasi sang adik tiri tak sebagus prestasi adik kandungnya.

"Bodoh!" Ditto menjambak rambutnya kuat-kuat. Otaknya yang dianggap jenius di kampus seperti menghilang entah ke mana. Ditto mengerang kesal setelah memori masa lalunya itu kembali. "Bodoh banget!" kesalnya lalu menonjok cermin sebagai pelampiasan rasa amarah.

Damai yang baru pulang dari rumah Naira mengernyit heran mendapati Della yang sedang menangis sesenggukan di ruang tamu. Memilih tak peduli, gadis itu berjalan menuju kamarnya, tetapi dia dikejutkan dengan suara pecahan kaca saat melewati sebuah pintu. Itu pintu kamar yang diketahui Damai sebagai kamar kakaknya.

"KAK DITTO!" Netra gadis itu terbelalak mendapati kakaknya yang acak-acakan. Pecahan cermin di mana-mana. Jangan lupakan darah yang mengeras dari kepalan tangan kanan Ditto. "Astagfirullah! Kakak kenapa luka-luka begini?"

Cepat-cepat gadis itu menarik lengan Ditto agar duduk di tepi ranjang. "Aku ambil kotak P3K dulu." Ditto terdiam, membiarkan adiknya berlari keluar kamar. Lelaki itu menatap Damai yang dengan serius mengobati lukanya. Netranya menyendu, "Damai," panggilnya kemudian.

"Hah?"

"Maaf."

Damai mengerjap mendengar permintaan maaf yang dikatakan dengan tulus itu. "Apa?"

"Maafkan Kakak. Adik gue pasti sakit banget ya hatinya?"

Deg! Apakah ini mimpi? Kapan terakhir kali Ditto memanggilnya dengan sebutan 'adik'? Damai ingat, hari terakhir itu adalah hari di mana Ditto menyelamatkan dirinya dari kecelakaan. Yang membuat kakaknya koma, amnesia, melupakan bahwa dirinya memiliki dua adik tiri dan satu adik kandung lelaki. Bukan seperti di ingatan Ditto setelah bangun dari koma, dua adik kandung dan satu adik tiri.

Sejumput Maaf

"Kakak jahat lupakan aku, hiks …" Pecah sudah tangis Damai. Pikirannya kembali memutar ulang rasa sakit yang dilemparkan padanya. Damai tahu itu juga salahnya, tetapi apakah pantas semua kesalahan dilemparkan padanya? Bahkan Damai sampai kehilangan kasih sayang ibunya, ibu kandungnya.

Ditto menepuk pelan puncak kepala Damai. Meminta maaf dengan pipi yang basah. "Maaf karena Kakak mengingat Della sebagai adik kandung, tetapi mengingat kamu sebagai adik tiri. Maaf karena mengabaikan kamu. Mungkin perhatian Kakak pada kalian berdua berlebihan."

Damai mengusap pipinya, "Aku maafkan Kakak dari jauh-jauh hari, tetapi Kakak tahu tentang Della?"

Ditto mengangguk tanpa ragu, "Ya. Kakak sadar bahwa Della jatuh cinta sama Kakak."

Damai menangis lagi. "Maaf karena aku gak bisa cegah rasa itu di hati Della padahal aku sama Della kembar. Maaf karena aku, Kakak kecelakaan dan sampai amnesia. Mama Papa benar Kak, aku yang menyebabkan semua. Andai aku membicarakan masalah hati Della dengan cara baik-baik, aku gak akan hancurkan keluarga kalian."

"Bicara apa? Kamu juga keluarga Kakak. Jangan pesimis. Kakak sayang kamu sebagai adik. Begitu juga sama Della dan Dino. Tolong mulai sekarang, jangan diam kalau Mama Papa melukai hati kamu. Kakak akan bela kamu. Jangan khawatir." Damai mengangguk. Raut wajahnya terlihat riang kembali. Kumohon, semoga ini bersifat selamanya, doa Damai dengan hati tulusnya.


Gadis itu dapat melihat dengan jelas raut terkejut Della, mama, dan papanya melihat tulisan yang tertera. Kertas pertama berisi daftar nilai rapor Damai selama ini. Kertas kedua berisi formulir pendaftaran beasiswa S-2 di London, Inggris.

"Apa ini Della, jadi kamu bohongi Mama?" Sang mama mendorong Della menjauh dari pelukan. Menatap penuh kecewa kepada putri yang selalu dirinya banggakan. Della terdiam. Syok berat. Dirinya tak menyangka bahwa Damai sejenius itu. "Itu, itu bohong, Ma. Kenapa Kakak jahat sama aku?"

Rahasia Terungkap

Akan aku beri tahu kalian sesuatu. Ada satu permohonan yang selalu aku lontarkan dalam setiap sujudku, yaitu sebuah keluarga dambaan semua orang. Namun, sampai aku tulis surat ini, belum ada tanda-tanda doaku dikabulkan. Ingin rasanya menangis, jika aku mengingat kalian tak pernah memberiku lagi tatapan dengan sorot hangat, pelukan agar aku semangat, apalagi lemparan canda tawa yang ingin selalu aku putar ulang, selalu aku ingat-ingat.

Setelah kejadian itu, aku sadar aku bersalah. Entah itu karena mengingatkan Della tentang rasa yang tak seharusnya ada atau karena membuat Kak Ditto koma dan amnesia.

Papa, usaha aku sia-sia agar Papa sayang aku. Aku bahkan harus diam-diam minta bantuan orang lain saat melihat Papa kecelakaan di depan mataku sendiri. Aku terlalu takut menolong Papa dengan tanganku sendiri.

Isi surat itu mengejutkan sang papa. Pria itu masih mengingat hari di mana dirinya kecelakaan tunggal di jalan yang sepi. Dia bahkan sempat menatap Damai penuh benci yang berdiri tak jauh dari tempatnya terjatuh.

Mama, aku punya sedikit kejutan. Aku harap, setelah ini Mama tak lagi membandingkan aku dan Della.

Naira membuka tasnya, menyerahkan stopmap berwarna hijau. "Buka, Tante. Ada sesuatu untuk Tante," kata Naira. Stopmap itu berisi bukti betapa berprestasinya Damai.

Maaf atas kesalahan yang aku lakukan selama ini. Maaf, jika aku lancang meminta kasih sayang dari kalian. Andai waktu dapat aku putar, aku akan lebih berhati-hati saat mengingatkan Della.

Della menatap heran video yang baru saja Naira kirimkan. Gadis itu memutar video itu lalu terkejut saat mengetahui apa isinya.

"Ust, kenapa kita sebagai muslimah wajib menutup aurat?"

Aurat Muslimah

Seorang gadis bergamis abu-abu itu bertanya kemudian terdengarlah suara seorang wanita. "Itu perintah Allah Swt. dalam surah An-Nur ayat 31 yang artinya: "Katakan kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya) …."

"Semua anggota tubuh perempuan adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Jadi, kalau ada yang tanya, Damai bisa jawab pakai dalil surah An-Nur tadi atau surah Al-Ahzab ayat 59."

Naira menghela napas, "Kamu tahu apa yang sangat-sangat Damai inginkan selain kehangatan keluarganya? Damai juga ingin kamu membersamainya di jalan kebenaran. Ikut sama-sama berjuang jadi remaja ideologis. Della, rasanya aku ingin maki-maki kamu. Kenapa kamu gak bersyukur punya saudari kembar sebaik Damai? Andai Damai mau, aku pastikan nama Damai gak ada di kartu keluarga kalian lagi. Nama Damai akan tertulis di kartu keluargaku."

Kalimat Naira membuat semua tercengang. Della bersimpuh di lantai, meraih tangan Naira sembari terisak, "Katakan di mana Damai, Naira. Aku mau minta maaf sama Damai." Naira menggelengkan kepala, berusaha meredam tangisnya yang hampir pecah. "Tolong, Naira. Aku masih saudarinya. Aku masih kembarannya."

"Keberadaan seseorang akan terasa berharga saat dia tak lagi menginjak bumi, bukan?" Naira tertawa lirih, "Temui Damai besok. Lihat dia untuk terakhir kalinya. Bukankah ini yang kalian mau? Bukankah itu yang kalian ucapkan saat mengusir Damai semalam?"

Maaf, jika Aku Pergi

"Naira, jangan bilang–" Kalimat Ditto terpotong oleh anggukan lemas Naira. "Damai pergi selamanya, Kak. Penyakit asmanya memburuk entah karena kalian mengusirnya saat hujan badai atau karena Damai gak kuat lagi. Damai juga hipotermia. Lantas, kenapa Damai masih melarangku untuk membenci kalian?"

Tangis pecah begitu saja. Naira menatap nanar. Netranya memandang orang tua Damai yang terlihat menyesal, terutama sang mama. Sementara itu, Della menangis meraung, memanggil nama kembarannya. Sang kakak, Ditto mematung. Lelaki itu juga menangis meski dalam hati, dia merasa sedikit lega sebab telah berdamai dengan sang adik.

Naira tergugu, menatap sebuah kertas berisi tulisan yang terjatuh dari buku harian Damai. Tulisan tangan Damai membuat Naira makin terisak. Jika aku pergi, apakah kalian akan menangisiku sebagaimana aku menangis akibat perlakuan kalian?

"Kini mereka sedang menangisimu, Damai. Apakah kamu mendengarnya?" []

Air Mata Ibu

Ibu menunduk dan air mata menetes dari netranya. Tak terasa buliran air mata menetes mengenai kerudungku.

Oleh. Iha Bunda Khansa
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Perempuan tua itu duduk di teras rumah yang dikelilingi tanaman hias dan beberapa pohon cabai. Sejak kepergian sang suami 10 tahun lalu, kini ia tinggal bersamaku, putri satu-satunya. Anak laki-laki pertama sudah menikah dan tinggal di Cirebon. Anak laki-laki yang kedua bekerja di Surabaya.

"Atikah, tolong ambilkan kacamata ibu di atas meja makan, ibu belum selesai membaca," panggilnya.

"Sebentar, Bu, Tikah sedang masak telur, nanti Tikah antarkan," ujarku dari dapur.

Ibuku, Hj. Rokayah usianya menginjak 78 tahun, salah satu hobinya adalah membaca, selain Al-Qur'an yang rutin dibacanya tiap habis magrib dan seusai salat subuh. Suaranya terdengar nyaring, juga bacaan tahsin-nya bagus. Tak heran ketika masih sekolah suka ikut lomba musabaqah tilawatil Qur'an di kampungnya.

Beruntung ibu mempunyai anak-anak yang sangat menyayanginya. Anak pertamanya walaupun jauh, tetapi hampir dua hari sekali menelepon, menanyakan kesehatan dan tentu membantu kebutuhan tiap bulannya. Sama halnya dengan anak kedua yang sudah cukup umur, tetapi belum menemukan wanita sebagai pendamping hidupnya. Walaupun sibuk, tetapi tidak meninggalkan kewajiban dakwahnya, alangkah beruntungnya perempuan yang kelak mendampinginya.

"Bu, ini kacamatanya, aku menyerahkan kacamata sambil duduk di sebelahnya.

" Wah … Ibu sedang membaca buku kisah istri-istri Rasulullah?" tanyaku lagi.

"Ya, betul, Tik, ibu sangat terharu saat membaca salah satu istri nabi yang bernama Mariyah al-Qibtiyah, beliau ditinggal putra satu-satunya yang masih kecil.

"Oh, ya, Bu, kita makan dulu ya, Tika sudah masak sayur bayam kesukaan ibu dan telur dadar."

"Baik, Nak, bantu ibu ya bawakan cangkir bekas minum susu."

Membersamai Ibu

Sebagai putri bungsu, aku mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah di Bandung. Selepas SMA aku berniat menemani ibu di rumah, meskipun ibu menyuruh melanjutkan kuliah di Bandung. Aku menolaknya dengan beberapa alasan. Aku berencana usaha membuat makanan ringan untuk dititipkan di warung-warung, jadi bisa sambil menemani ibu.

Banyak pelajaran membersamai ibu di usia senjanya, nasihat yang membuat hati tenang, tetapi kadang kala ada perilaku ibu yang sensitif dan agak rewel. Sebagai anak tentu harus memaklumi, bersabar, dan ikhlas merawatnya. Siapa lagi kalau bukan anaknya? Inilah kesempatan untuk berbakti pada orang tua, terutama ibu yang telah melahirkan.

Baca: luka-pengasuhan-dan-perjuangan-untuk-pulih/

Doaku selalu untuk ibu, semoga diberikan kesehatan dan di usia senja tenang hatinya serta diberikan kesehatan dan keberkahan.

"Tikah, nanti sore temani ke taman ya, ibu ingin duduk-duduk," pinta ibu.

"Baik, Bu, tapi Ibu istirahat dulu ya, nanti Tikah bangunkan. Setelah salat asar, kita ke taman."

Kerinduan

Alhamdulillah, rumah peninggalan almarhum ayah cukup luas. Ayah rajin bertanam beberapa pohon buah-buahan seperti pohon mangga. Meski usianya cukup lama, buahnya masih bisa dinikmati anak cucunya. Ada saung yang cukup luas untuk berkumpul keluarga, biasanya jika liburan dan Lebaran bisa untuk ngaliwet (makan-makan). Semoga Lebaran nanti kakak-kakak dan keponakan kumpul.

Aku terkejut mendengar samar-samar suara tangisan, tetapi terhenti saat kuketuk kamar ibu.

"Ibu … boleh Tikah masuk?"

"Masuklah, Nak."

Aku menghampiri ibu, duduk di pinggir tempat tidurnya. Kulihat ibu menyeka air mata dengan kerudungnya. Sambil matanya menatap jauh seolah teringat seseorang yang dicintainya.

"Bu, kenapa menangis? Apa yang Ibu pikirkan?"

Ibu terdiam dan sambil sesenggukan bercerita teringat cucu perempuannya yang sudah tiada, menyusul kakeknya. Nayla, cucu perempuan pertama dari anak pertama menghadap Allah di usia remaja. Anaknya salihah, baik, penurut, dan rajin membaca Al-Qur'an. Aku pun sebagai tantenya sayang sekali. Setahun lalu, kematian yang mendadak telah memisahkan kedua orang tuanya yang sangat menyayangi, apalagi ibundanya. Anak yang tidak pernah berpisah sejak bayi sampai di usia remaja itu telah pergi. Kami keluarga besar juga merasakan kehilangan.

"Tikah, ibu rindu, kangen sama Nayla, keponakanmu yang sudah menghadap Allah. Masih teringat anaknya cantik, salihah, penurut, dan menyenangkan," celoteh ibu.

"Saat dia lahir ke dunia, ibu yang mengumandangkan azan ke telinganya karena ayahnya sedang ke luar kota sehingga tidak bisa menemani. Ibulah yang menemani," ujarnya lagi.

Ibu terus bercerita. Saat masih SD kelas 4, Nayla membaca hafalan surah Ar-Rahman, lancar dan yang mendengarnya juga takjub.

Anak yang menyenangkan, tetapi Allah lebih mencintai daripada kedua orang tua dan keluarga besarnya.

Kuusap lembut air mata ibu, kucium keningnya penuh kasih sayang.

"Ibu … aku juga rindu Nayla."

Menunggu Giliran untuk Pulang

Aku berusaha menghiburnya dengan penuh kasih, berharap beliau bersabar, juga kakakku yang telah kehilangan buah hatinya, putri kesayangannya di dunia.

Aku sampaikan kepadanya, kita harus ikhlas dan bersabar menerima qada-Nya, pada akhirnya kita pun akan menghadap Ilahi rabi dan menyampaikan salah satu hadis dari Ali bin Abi Thalib, "Menanggung kesedihan dan musibah dengan sabar, jika tidak, kamu tidak akan bahagia."

Ibuku menunduk dan air matanya menetes dari netranya. Tak terasa buliran air mata pun menetes mengenai kerudungku. Nayla, kau gadis yang beruntung, di usiamu yang masih remaja, auratmu terjaga hingga ajal menjemput, belum banyak dosa. Insyaallah husnul khatimah. Doa yang tak pernah putus dari kami … semoga kau tenang di sisi-Nya.

"Tikah, antar ibu ke kamar mandi ya, ibu mau berwudu dan salat asar," suara ibu menyadarkanku.

Sebenarnya ibu masih bisa sendiri ke kamar mandi, kadang ibu juga memasak. Namun, sejak vertigonya kambuh dan pinggangnya sakit, kami khawatir ibu jatuh, jangan sampai ibu diopname lagi di rumah sakit.

Aku berusaha untuk menghibur ibu di kala teringat orang-orang terkasihnya berpulang menghadap Allah, suami dan cucu pertamanya yang masih muda lebih dahulu menghadap Allah.

"Ibu, jangan terus bersedih. Tak apa kerinduan menghampiri karena rindu tak bertepi. Kita yang masih ada hanya mendoakan semoga di alam barzah Allah kumpulkan bersama orang-orang saleh, syuhada, dan para nabi, dijauhkan dari siksa kubur, kelak kita pun akan kembali dan berkumpul di surga Firdaus." Aamiin.

Di Dunia hanya Sementara

Kita hanya menunggu giliran pulang, dunia tak selamanya. Teringat salah satu hadis riwayat At-Tirmidzi, ketika Rasulullah saw. bangun dari tidur, tampak bekas tikar di kulitnya, kemudian salah satu sahabat menawarkan, "Ya Rasulullah, bagaimana jika kami ambilkan kasur untukmu?"

Muhammad Rasulullah bersabda, "Apalah artinya dunia ini buat diriku. Aku di dunia ini bagaikan orang yang bepergian dan berteduh di bawah pohon kemudian pergi dan meninggalkannya."

Doaku, semoga Allah memberikan kepadaku, ibu, juga orang-orang yang kucintai, kesempatan di dunia ini untuk memperbanyak amal saleh dan bekal menuju kampung akhirat yang kekal. Semoga Allah juga mengganti air mata ibuku dengan senyuman.[]

Dunia sementara, akhirat selamanya.
Cianjur, 5 Oktober 2024

Harga Beras Terus Naik, Petani Sejahtera?

Di bawah naungan Khilafah, rakyat tidak akan menemukan harga beras yang mahal karena negara menjamin kebutuhan dasar seluruh rakyatnya.

Oleh. Dewi Kusuma
(Kontributor Narasiliterasi)

Narasiliterasi.id-Bahan makanan pokok di Indonesia salah satunya adalah beras. Beras merupakan kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Mengapa? Hal ini karena seluruh masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Untuk ukuran perut orang Indonesia, belum dikatakan kenyang kalau belum makan nasi.

Sedihnya harga beras di Indonesia tak terkendali. Harga beras terus merangkak tinggi, tetapi sayang para petani di Indonesia kehidupannya justru tidak sejahtera. Secara logika, ketika harga beras naik, selayaknya kondisi ekonomi keluarga para petani pun akan sejahtera. Sayangnya, hal ini tidak terjadi di negeri ini.

Harga Beras Tertinggi di ASEAN?

Dilansir dari kompas.com (20-09-2024), harga beras di Indonesia lebih tinggi dari harga beras negara lain. Hal ini diungkapkan Bank Dunia di Nusa Dua, bahwa harga beras di Indonesia 20% lebih tinggi dari harga beras di pasar global. Bahkan saat ini harga beras menjadi yang tertinggi di ASEAN.

Carolyn Turk selaku Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk wilayah Indonesia dan Timor Leste menilai bahwa tingginya harga beras disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang membatasi impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga nontarif.

"Kebijakan ini mendistorsi harga, menaikkan harga produksi, dan mengurangi daya saing pertanian," ungkap Carolyn dalam "Indonesia International Rice Converse (IIRC) 2024", di Bali Nusa Dua Converse Center (BNDCC), Nusa Dua Bali, Jumat (24-9-2024).

Sungguh menyedihkan ketika harga beras naik, tetapi kesejahteraan petani jauh dari harapan. Hal ini dipicu karena kesediaan pupuk subsidi yang terbatas. Para petani harus membeli pupuk nonsubsidi yang harganya tentu tidak terjangkau oleh kantong para petani. Tidak ada kecocokan antara biaya pemeliharaan pertanian dengan harga jual padi. Modal yang dikeluarkan besar, sementara harga padi jauh dari modal petani yang telah dikeluarkan.

Liberalisasi Pertanian, Harga Beras Makin Mahal

Harga beras tinggi nyatanya tidak sebanding dengan kesejahteraan petani. BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan, pendapatan petani Indonesia berkisar Rp15.199 per hari. Sementara pendapatan petani per tahun hanya Rp5,2 juta. Tentu hal ini sangat mustahil bagi para petani untuk hidup layak apalagi sejahtera.

Harga beras dan biaya produksi yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Namun, faktor yang paling memengaruhi adalah adanya penguasaan pertanian oleh oligarki dari sektor hulu hingga ke hilir.

Sementara itu, negara berlepas tangan terhadap permasalahan para petani. Para petani dipaksa untuk mandiri. Inilah fakta yang ada. Apalagi para petani kecil yang hanya memiliki modal kecil. Tidak adanya atau kelangkaan subsidi dari pemerintah membuat derita para petani berkepanjangan. Akhirnya para oligarki menguasai sektor pertanian dan para petani makin menderita.

Di samping itu, sistem pengairan sawah di musim kemarau yang sulit tentu menambah susahnya para petani. Pasalnya, di samping kebutuhan pupuk yang meningkat dan harganya melambung tinggi hingga tidak adanya kecocokan antara harga padi dan biaya yang dikeluarkan. Tentu ini menyulitkan petani untuk hidup sejahtera.

Di pihak lain, pemerintah berusaha menekan impor beras sehingga harga beras dalam negeri melambung tinggi daripada harga beras impor. Situasi ini tentu memberi peluang para oligarki untuk membuka keran impor sehingga kebutuhan beras tercukupi. Hal ini hanya akan menguntungkan para oligarki dan mengakibatkan derita petani tanpa henti.

Buah Sistem Kapitalisme

Inilah praktik para pemilik modal akibat sistem kapitalisme yang dianut oleh negeri ini. Semua hanya mementingkan para kapitalis, sementara kebutuhan para petani terabaikan dan negara abai terhadap permasalahan ini. Negara hanya sebagai regulator dan fasilitator semata tanpa memedulikan kepentingan rakyat.

Baca: tarif-pertamax-naik-kesejahteraan-rakyat-makin-turun/

Diketahui, Indonesia terkenal dengan negara agraris yang mempunyai tekstur tanah yang subur. Selayaknya negara tidak perlu mengambil kebijakan mengimpor beras. Meski negara telah konsisten memberikan subsidi, tetapi pada kenyataannya pertumbuhan produksi padi menurut Bank Dunia tidak lebih dari 1%. Tentu ada yang salah dan kurang maksimal penanganan.

Seharusnya negara memberikan layanan dan arahan para petani agar mampu memproduksi beras dengan fasilitas yang diberikan oleh negara. Bukan malah mementingkan para kapitalis. Mahalnya harga beras disebabkan pengelolaan pangan yang masih disandarkan pada kapitalisme. Sehingga memberikan keleluasaan bagi sektor pertania untuk dikuasai para oligarki.

Pengelolaan Pertanian dalam Islam

Beras sebagai salah satu komoditas kebutuhan pokok yang wajib disediakan oleh negara. Islam mewajibkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, individu per individu. Pemenuhan kebutuhan pokok ini merupakan salah satu kewajiban negara dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Oleh karena itu, negara akan mengelola sektor pertanian secara mandiri hingga harga pangan terjangkau oleh seluruh masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap rakyatnya, sebagaimana tertuang dalam hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari: "Imam adalah raa'in atau penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya."

Di sisi lain, ketersediaan pangan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan tanah dan infrastruktur. Dalam sistem ekonomi Islam, tanah tidak boleh dibiarkan menganggur. Jika ada tanah mati yang dihidupkan oleh seseorang, tanah itu akan menjadi miliknya.

Sebaliknya, jika ada tanah yang dibiarkan menganggur selama tiga tahun berturut-turut, tanah itu akan diambil negara dan diberikan kepada orang lain yang sanggup mengelolanya. Dengan demikian, akan memudahkan seseorang untuk mendapatkan lahan pertanian. Tentu hal ini akan meningkatkan upaya memenuhi kebutuhan pokok termasuk beras.

Adapun upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan produksi beras, negara akan mengadopsi berbagai teknologi di sektor pertanian. Negara pun akan meningkatkan kemampuan petani agar ahli dalam bertani termasuk menyediakan bibit unggul.

Satu hal lagi yang tak kalah penting, negara akan membangun infrastruktur untuk memudahkan aktivitas para petani. Negara akan menyediakan jalan, sarana transportasi, pasar yang sehat, dsb. yang akan memudahkan mendistribusikan pangan kepada para konsumen. Lebih dari itu, negara tidak akan membiarkan sektor pertanian dikelola pihak swasta.

Negara Islam atau Khilafah akan menjamin harga yang wajar berdasarkan permintaan dan penawaran. Khilafah akan mencegah penipuan dalam perdagangan, baik oleh penjual maupun pembeli. Di bawah naungan Khilafah, rakyat tidak akan menemukan harga beras yang mahal karena negara menjamin kebutuhan dasar seluruh rakyatnya.
Wallahualam bissawab.[]
Serang, Banten, 25 September 2024

Gadai SK, Tradisi Miris Abdi Negara

Merebaknya aktivitas gadai SK demi mendapatkan utang dari bank merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme di negeri ini.

Oleh. Sartinah
(Tim Redaksi Narasiliterasi.id)

NarasiPost.Com-Gadai SK seolah menjadi tradisi yang sudah mengakar di sebagian masyarakat, termasuk abdi negara. Aktivitas tersebut bahkan telah menjamur di berbagai sudut negeri ini. Menggadaikan SK seolah menjadi jalan pintas mendapatkan dana besar dalam waktu instan. Tentu saja dengan berbagai tujuan di dalamnya, seperti membangun rumah, membeli kendaraan, bisnis, dll.

Sebagian masyarakat seolah tak peduli meski harus memotong gaji selama belasan hingga puluhan tahun, selama bisa memenuhi semua keinginannya. Lantas, mengapa fenomena gadai SK marak terjadi dan bagaimana pula pandangan Islam terkait hal ini?

Ramai-Ramai Gadai SK

Gadai SK di kalangan pejabat dan abdi negara lainnya bukanlah hal aneh, sebagaimana yang dilakukan oleh anggota DPRD Serang. Dikutip dari laman cnnindonesia.com (6-9-2024), sejumlah anggota DPRD Kota Serang yang baru saja dilantik berbondong-bondong menggadaikan surat keputusan (SK) mengingatkan mereka. SK tersebut digunakan sebagai jaminan pengajuan pinjaman ke bank.

Pengajuan pinjaman dengan gadai SK dilakukan lantaran sejumlah bank disebut menawarkan pinjaman kepada anggota DPRD Kota Serang dengan nilai bervariasi. Sekretaris DPRD Kota Serang Ahmad Nuri menyebut, pinjaman yang ditawarkan pihak bank mulai dari Rp500 juta hingga Rp1 miliar. Ahmad juga mengatakan, ia tidak bisa melarang gadai SK sebagai jaminan pinjaman ke bank, lantaran hal itu merupakan hak bagi setiap anggota dewan.

Sementara itu, Ketua Sementara DPRD Kota Serang Muji Rohman mengatakan, digadaikannya SK sejumlah anggota DPRD tersebut bertujuan untuk mengembalikan dana kampanye selama gelaran Pemilu 2024. Hal serupa juga dilakukan oleh wakil rakyat di Bali. Sebanyak 55 anggota DPRD Bali ramai-ramai menggalang SK penggalangannya untuk mengajukan pinjaman ke bank. Menurut Sekretaris DPRD Bali I Gede Indra Dewa Putra, pinjaman tersebut bukan digunakan untuk membayar ongkos kampanye Pemilu 2024, melainkan untuk merenovasi rumah, bisnis, dll. (kumparan.com , 9-7-2024)

Penyebab Maraknya Gadai SK

Fenomena gadai SK tak hanya dilakukan oleh anggota DPRD, tetapi juga ditemukan pada pegawai negeri lainnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar pegawai negeri menjadikan bank sebagai solusi untuk mendapatkan pinjaman besar dalam waktu singkat. Mirisnya, utang di bank sering kali digunakan untuk membeli kebutuhan sekunder atau tersier, bukan kebutuhan primer. Misalnya, untuk membeli mobil, membangun rumah, dll. Fenomena ini pun sudah lama terjadi dan membudaya di tengah masyarakat.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat termasuk abdi negara terjebak pada utang bank hingga rela menggadaikan SK-nya. Pertama, gaya hidup elite, tetapi kemampuan ekonomi masih sulit. Di kalangan masyarakat, status anggota dewan atau ASN masih identik dengan golongan yang mapan.

Oleh karena itu, saat mereka memiliki rumah, ponsel, dan kendaraan yang biasa saja akan dianggap aneh oleh sebagian masyarakat. Pandangan tersebut membuat banyak abdi negara ingin terlihat berkelas meski ekonomi di bawah standar. Pada titik inilah, gadai SK di bank dianggap sebagai solusi untuk menutup pengeluaran yang terlalu tinggi.

Kedua, buruknya pengelolaan keuangan sebagian abdi negara. Mereka berasumsi bahwa kredit konsumsi merupakan hal yang biasa, bahkan sebagian lainnya menganggap sebagai pilihan utama. Mereka lupa bahwa kredit konsumsi pasti berbunga tinggi dan tidak bisa dijadikan sandaran untuk menambah pendapatan dalam jangka panjang.

Ketiga, maraknya promo yang diberikan pihak bank kepada pegawai yang baru dilantik. Promo tersebut terbilang sangat masif sehingga banyak pegawai yang akhirnya tergoda untuk mengambil pinjaman di bank. Perlu diketahui, bank memang menjadikan para pegawai sebagai salah satu pangsa pasarnya. Hal itu karena pegawai negeri memiliki penghasilan tetap dan potensi gagal bayar yang relatif kecil.

Gadai SK Lazim, Realitas Hidup di Era Kapitalisme

Faktor-faktor di atas makin lengkap karena dipengaruhi oleh lingkungan kerja yang ikut mendorong para pegawai terjerumus ke dalam jeratan utang. Lingkungan kerja seperti ini bisa menyebabkan sebagian pegawai yang "antiutang" bank, jadi ikut meminjam uang di bank. Saking berakarnya budaya tersebut, mereka yang tidak meminjam uang bank bahkan dianggap aneh. Inilah realitas hidup di era sistem kapitalisme saat ini.

Salah satu budaya masyarakat yang mengakar di era kapitalisme adalah konsumerisme, yakni gaya hidup yang menganggap kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya diukur dari barang-barang mewah. Paradigma ini nyaris merata di sebagian besar masyarakat, termasuk ASN, anggota dewan, dan kader partai politik. Namun, tingginya budaya konsumtif yang menjangkiti sebagian masyarakat sering kali tidak dibarengi dengan kemampuan ekonomi yang memadai. Pada titik ini, utang menjadi pilihan tercepat untuk memenuhi segala keinginan.

Budaya konsumerisme tersebut telah menyebabkan banyak orang tidak lagi berpikir panjang dan cenderung melakukan segala yang diinginkan. Pada akhirnya mereka tidak lagi peka terhadap halal dan haram. Contohnya adalah aktivitas gadai SK demi mendapatkan pinjaman dari bank, padahal pinjaman yang mereka ambil tersebut mengandung riba. Aktivitas tersebut bahkan dianggap wajar, apalagi aturan perundang-undangan saat ini memang tidak melarangnya.

Pandangan Islam

Merebaknya aktivitas gadai SK demi mendapatkan utang dari bank merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme di negeri ini. Di bawah naungan kapitalisme, masyarakat termasuk abdi negara mengalami krisis keimanan sehingga utang yang mengandung riba pun dianggap tidak masalah. Paradigma ini jelas bertentangan dengan Islam.

Islam memandang bahwa mengambil pinjaman di bank dengan menggadaikan SK adalah riba, sedangkan riba telah jelas keharamannya menurut syariat Islam. Haramnya riba bukan terletak pada banyak atau sedikitnya jumlah uang yang dipinjam, tetapi pada akad-akad batil di dalamnya. Artinya, meski hanya meminjam sedikit, tetaplah haram.

Terkait hal ini, Jabir r.a. pernah berkata, sebagaimana tertuang dalam hadis riwayat Muslim:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.

Artinya: "Rasulullah saw. melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris), dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba." Kata beliau, "Semuanya sama dalam dosa."

Sudah menjadi keniscayaan bahwa Islam mampu memberi solusi terhadap seluruh permasalahan manusia. Sebut saja terkait ketergantungan sebagian masyarakat terhadap utang bank yang mengandung riba. Banyak orang dengan terpaksa maupun bersedia meminjam uang di bank dengan dalih untuk memenuhi kebutuhan ataupun dalam rangka mengembangkan bisnis. Terkait hal ini, Islam tentu memiliki solusinya.

Baca: utang-imf-lunas-tumbalnya-tak-kalah-mengerikan/

Jika persoalannya terkait pinjaman untuk kebutuhan hidup, negara telah menjamin kebutuhan hidup setiap individu masyarakat, baik sandang, pangan, dan papan. Sementara itu, terkait pinjaman untuk suatu usaha, Islam telah menganjurkan peminjaman utang tanpa unsur riba. Seorang muslim yang terdidik dengan akidah Islam tentu tidak akan mengambil jalan yang haram hanya untuk memenuhi kebutuhan. Jika hal ini diterapkan, masyarakat tidak akan bergantung dengan pinjaman yang mengandung riba.

Abdi Negara dalam Khilafah

Di sisi lain, sistem Islam dalam bingkai Khilafah benar-benar memberikan kesejahteraan bagi abdi negara dengan gaji dan tunjangan yang layak. Dengan begitu, mereka tidak akan berutang yang mengandung riba, apalagi hanya untuk memenuhi tuntutan gaya hidup. Keimanan yang dimiliki abdi negara Khilafah juga menjadikan mereka benar-benar bekerja sepenuh hati karena dorongan ibadah kepada Allah Swt. semata.

Kesejahteraan para pegawai negara pernah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau menggaji para pegawai negara dengan jumlah fantastis, yakni sebesar 300 dinar. Saat Khalifah Umar ditanya tentang pemberian gaji tersebut, beliau mengatakan ingin membuat para pegawainya kaya sehingga mereka terhindar dari pengkhianatan. Selain itu, negara juga akan memberi pemahaman tentang gaya hidup yang berkah, bukan bermewah-mewah sebagaimana banyak terjadi saat ini.

Khatimah

Gadai SK untuk menarik pinjaman di lembaga keuangan yang mengandung riba sulit diputus selama sistem kapitalisme masih diemban. Selain itu, segala bentuk muamalah dengan lembaga keuangan yang mempraktikkan riba di dalamnya adalah haram meskipun terdapat sedikit kemaslahatan di dalamnya. Lingkaran setan utang riba ini hanya bisa diputus dengan memberikan pemahaman yang tuntas terhadap masyarakat dengan penerapan syariat Islam secara kaffah.
Wallahualam bissawab.[]

Pergaulan Anak Rusak karena Sistem Rusak

Aturan Islam kaffah tidak hanya mampu menjaga pergaulan generasi muda, tetapi akan menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.

Oleh. Mardiyah
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Berita tentang perkosaan anak yang berlanjut pembunuhan seolah tak ada habisnya. Hal ini menunjukkan betapa tidak aman dan tidak ramahnya negeri yang kita huni saat ini. Salah satu penyebabnya adalah remaja yang kecanduan pornografi. Pergaulan anak-anak yang tanpa filter membuat mereka makin rusak.

Kecanduan Pornografi, Pergaulan Anak Makin Brutal

Pergaulan anak-anak yang rusak pun sudah mengarah pada tindak kriminal. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut Anwar Reksowidjojo telah menetapkan empat orang pelaku perkosaan dan pembunuhan seorang remaja putri AA (13 tahun) sebagai tersangka. Keempat remaja tersebut IS (16), MZ (13), MA (12), dan AS. Tersangka yang bertindak sebagai dalang kejahatan tersebut adalah IS (16). (cnnindonesia.com, 6-9-2024)

Kehidupan anak-anak kita makin mengkhawatirkan. Pergaulan mereka pun kian bebas. Di sisi lain, rasa aman menjadi sangat mahal harganya karena tidak dijamin oleh negara. Tayangan pornografi yang seharusnya tidak dikonsumsi anak, remaja, maupun dewasa kini menjadi sangat mudah diakses melalui layar gadget kita.

Betapa banyak fakta tentang rusaknya pergaulan anak-anak yang mengarah pada tindak kriminal. Contohnya kejadian di Palembang yang sungguh membuat miris, anak-anak belia tak disangka bisa berbuat nista. Tindakan tersebut mereka lakukan karena sebelumnya telah terbiasa menonton video porno. Tak heran jika mereka tidak hanya memerkosa, tetapi juga membunuh korbannya.

Penjagaan Berbagai Pihak Hilang, Pergaulan Anak Memprihatinkan

Rusaknya pergaulan anak menunjukkan bahwa peran penjagaan dari berbagai pihak tidak berjalan, baik orang tua, masyarakat, dan negara. Di mana peran negara untuk memblokir situs-situs porno? Kalau pemerintah mau anak-anak kita tidak melihat pornografi, sebetulnya sangat bisa untuk memblokir situs-situs porno tersebut.

Di mana pula ayah dan ibu dari anak-anak belia itu? Apa yang sudah diajarkan pada mereka tentang akhlak, akidah, bahaya pacaran maupun pergaulan bebas? Mungkin orang tua mereka sibuk mencari nafkah sehingga tak sempat memperhatikan pendidikan anak-anaknya.

Anak-anak belia itu hanya berpikir untuk mendapatkan kesenangan jasadiyah semata tanpa memedulikan norma yang ada, baik norma agama, norma sosial, dan lain-lain. Cara berpikir seperti ini dipengaruhi oleh proses pendidikan sekuler, baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan pergaulan.

Anak-anak sudah kehilangan kebahagiaan masa kecilnya. Gadget dan internet mampu mengalahkan permainan tradisional yang biasa dimainkan anak-anak. Namun, perubahan ini juga menghasilkan perubahan akhlak dan moral anak-anak.

Anak-anak sangat mudah mengakses hal yang haram yang merusak akhlak dan moral mereka. Hal ini karena negara memang membebaskan siapa pun untuk mengakses pornografi. Di sisi lain, media hiburan anak-anak pun tak luput dari sasaran pornografi.

Sistem pendidikan sekuler menjadi salah satu penyebab merosotnya akhlak dan moral anak-anak. Pasalnya, sistem pendidikan tidak menjadikan anak-anak terikat pada aturan agama, bahkan tidak mau aturan agama dipakai untuk kehidupan sehari-hari.

Circle pertemanan yang buruk turut menyumbangkan buruknya pergaulan anak-anak dan remaja. Tayangan hiburan dan game online yang merusak berseliweran di layar kaca dalam genggaman tangan anak-anak. (kuninganmass.com, 15/8/2024)

Peran Negara Menjaga Generasi

Menjaga masyarakat termasuk generasi muda dari pergaulan yang merusak menjadi tanggung jawab negara. Islam mewajibkan negara agar mencegah terjadinya kerusakan masyarakat dan generasi melalui penerapan berbagai aspek kehidupan. Tentu saja dengan kebijakan yang sesuai aturan Islam, di antaranya pendidikan Islam, media islami hingga sistem sanksi yang menjerakan.

Sistem pendidikan Islam mencetak generasi muslim berkepribadian Islam. Artinya, mereka memiliki cara berpikir islami (aqliyah islamiah) dan pola sikap islami (nafsiyah islamiah). Selain itu, negara Islam akan mengarahkan media agar hanya menayangkan tontonan yang mendidik sehingga dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan. Negara tidak akan mengizinkan penayangan pornografi dan pornoaksi.

Baca: pornografi-merusak-generasi/

Di sisi lain, sistem sanksi dalam Islam betul-betul akan membuat jera. Hukuman untuk pelaku zina dicambuk atau dirajam dan harus disaksikan orang banyak. Hukuman cambuk atau rajam bersifat jawabir dan zawajir. Artinya, sebagai tebusan dosa bagi pelaku dan menimbulkan efek jera bagi yang berniat melakukannya.

Negara seharusnya mengambil aturan Islam untuk mengatasi berbagai persoalan manusia. Pasalnya, mengambil aturan sekuler seperti saat ini telah mengakibatkan kerusakan yang sudah tampak hasilnya, di antaranya adalah anak remaja kecanduan pornografi. Rasulullah bersabda: "Ketika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri." (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ath-Thabrani)

Negara Islam akan mengambil aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan agar syariat Islam kaffah bisa ditegakkan. Fakta ini terbukti pernah terjadi di masa lalu, di mana Khilafah Islam eksis selama hampir 14 abad dan dinobatkan sebagai peradaban terbaik atau golden age of Islam.

Sudah saatnya umat Islam kembali pada aturan Allah yang penuh berkah. Aturan Islam kaffah tidak hanya mampu menjaga pergaulan generasi muda, tetapi akan menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Hebatnya lagi, aturan Islam kaffah tidak menzalimi nonmuslim.
Wallahualam bissawab.[]

Mahasiswa Mengakhiri Hidup, Harapan Bangsa Kian Redup

Fenomena maraknya kasus bunuh diri pada mahasiswa disebabkan tidak adanya pedoman untuk membentengi diri agar tidak merusak mental.

Oleh. Ica Mujahidillah
(Kontributor Narasiliterasi.id & Pegiat Literasi Sabulakoa)

Narasiliterasi.id-Beberapa waktu belakangan ini, Jawapos.com, melansir tentang maraknya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa. Kejadian bunuh diri ini terjadi di UGM, UNDIP, dan UDINUS. Penyebab bunuh dirinya pun beragam, mulai dari perundungan, persoalan asmara, utang pinjol hingga tekanan dalam proses belajar di kampus. (17/8/2024)

Mahasiswa Bunuh Diri, Kecacatan Sistem Pendidikan

Lantaran bukan hanya sekali terjadi, tampaknya ada yang cacat pada sistem pendidikan hari ini. Banyaknya penyebab yang ada juga menandakan bahwa rumit atau kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa.

Semua itu bermuara dari sistem pendidikan sekuler yang memisahkan nilai-nilai agama dari sistem pendidikan. Sistem pendidikan hari ini gagal melahirkan generasi yang tangguh, baik dari segi spiritual maupun mental yang kuat. Tentu problem ini tidak hanya persoalan akademis, tetapi juga mencakup banyak hal dalam sistem kehidupan. Di mana, sistem kehidupan hari ini gagal mengatasi berbagai problem.

Pendidikan hari ini hanya fokus pada pencapaian nilai akademis semata, tetapi abai dalam pembentukan karakter dan moral. Nilai-nilai agama yang dapat memberikan solusi kehidupan, justru dikesampingkan.

Mahasiswa Rapuh, Penerus Bangsa Lumpuh

Fenomena maraknya kasus bunuh diri pada mahasiswa disebabkan tidak adanya pedoman untuk membentengi diri agar tidak merusak mental. Hal ini didukung pula adanya sistem kehidupan di mana banyaknya tuntutan kehidupan yang terlalu tinggi. Tentunya hal ini bukan hanya masalah pribadi, tetapi sistem pendidikan hari ini menggambarkan rusaknya sistem pendidikan sekuler.

Mahasiswa yang seyogianya menjadi generasi penerus bangsa yang tenggelam dalam lautan ilmu dan takwa, justru mengalami depresi, mudah putus asa, dan menderita kesehatan mental. Demikianlah sistem pendidikan sekuler yang memandang bahwa tujuan dari kehidupan hanya untuk mengejar materi dan status sosial, di mana agama tidak lagi menjadi standar kehidupan.

Islam Membentuk Generasi Tangguh

Berbeda dengan sistem Islam yang memiliki pendidikan akidah yang kokoh karena berbasis akidah Islam. Di mana, Islam tidak hanya sekadar mendidik otak, tetapi juga menenangkan hati dan jiwa. Dengan begitu, Islam mampu mencetak generasi muda yang tangguh, berkepribadian Islam, dan mencetak generasi para pejuang.

Contohnya saja, Muhammad al-Fatih yang masih berusia 21 tahun mampu menaklukkan Konstantinopel yang merupakan ibu kota Bizantium pada saat para jenderal agung merasa putus asa. Ada pula Muhammad bin Qasim yang saat itu ditunjuk menjadi panglima perang saat umurnya baru 17 tahun. Beliau memimpin 20.000 pasukan menuju India dan mendudukinya.

Baca: bunuh-diripotret-kegagalan-sistem-pendidikan-sekuler/

Inilah pemuda yang berpengaruh dalam kebangkitan Islam. Tidak hanya itu, masih banyak lagi pemuda-pemuda yang berpengaruh dalam kejayaan Islam. Inilah pentingnya menginstal Islam di dalam diri generasi muda. Mereka memiliki ilmu dan takwa lalu berhasil menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi rakyat dan negara.

Dalam sistem pendidikan Islam, negara bertanggung jawab menyediakan lingkungan dengan memberikan akses pendidikan yang memberikan pola pengembangan akidah dan moral yang sesuai dengan tuntutan Islam. Negara juga bertanggung jawab memberikan jaminan setiap rakyatnya memperoleh pendidikan ilmu dunia dan akhirat dengan seimbang. Dengan demikian, akan terbentuklah generasi yang tangguh, baik dari segi spiritual, intektual, maupun emosional. Semua itu pun diberikan secara gratis.

Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Bukhari : "Imam adalah raa'in atau penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya."

Sistem pendidikan Islam juga mengarahkan pola pikir mahasiswa sesuai arahan Islam sehingga mempunyai kepribadian Islam. Pendidikan tersebut menanamkan ketakwaan kepada setiap individu dan juga mendidik generasi bahwa tujuan hidup bukan sekadar mengejar materi dan status. Dengan demikian, generasi mampu menghadapi setiap tantangan. Negara akan mendukung penuh ketakwaan melalui kurikulum yang menanamkan akidah yang kokoh, nilai-nilai agama, dan moral.

Selanjutnya, adanya peran besar masyarakat yang mendukung penuh kesehatan mental dan spiritual. Setiap individu masyarakat dianggap bagian dari masyarakat dengan saling menjaga dan memotivasi. Dengan adanya dukungan dan lingkungan yang kondusif, maka masyarakat hingga mahasiswa akan terjaga kesehatan mentalnya.

Khatimah

Kasus bunuh diri pada pelajar dan mahasiswa adalah masalah yang serius karena menyangkut masa depan agama dan bangsa. Problem ini tidak hanya masalah pribadi saja. Faktanya, pendidikan sekuler yang diterapkan hari ini gagal mencetak generasi. Meski pemerintah telah menawarkan berbagai solusi, tetapi sampai saat ini kasus bunuh diri masih terus berlanjut.

Oleh karena itu, Islam hadir menawarkan solusi yang sistematis melalui sistem pendidikan. Islam tidak hanya mendidik intelektual, tetapi juga membentuk kepribadian kuat sesuai arahan Islam. Jadi, penting mengembalikan pendidikan nilai-nilai Islam sehingga mampu mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi memiliki moral, integritas, dan spiritual yang kuat.
Wallahualam bissawab.[]

Sumber Air Jauh, Negara Jangan Abai

Air merupakan sumber kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan, tidak hanya berperan untuk kesehatan melainkan juga untuk menyokong kehidupan.

Oleh. Mutiara
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Permasalahan sumber air bersih yang langka menjadi problem klasik di negeri ini. Hal ini pula yang disebut sebagai penyebab masyarakat kelas menengah turun kasta. Sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah turun kasta ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin.

Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), jumlah kelas menengah pada tahun 2019 sebanyak 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Pada tahun 2024 ini, jumlah tersebut menurun menjadi 47,85 juta orang atau setara 17,13%. (cnbcindonesia.com , 31-08-2024)

Masyarakat kelas menengah saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan ketahanan ekonomi mereka. Apalagi peran kelas menengah terutama di Indonesia sendiri cukup penting dalam stabilitas ekonomi negara dari belanja rumah tangga mereka.

Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal terutama setelah masa kritis pandemi Covid-19. Kondisi tersebut tentu menghantam perekonomian negara, termasuk banyaknya jumlah PHK. Selain itu, ada juga sebab lain menurut ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Bambang menyebut, menurunnya tingkat ekonomi kelas menengah bukan hanya disebabkan oleh Covid-19 dan tingginya angka PHK, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari mengonsumsi udara kemasan, seperti air galon. (cnbcindonesia.com, 31-08-2024)

Meski begitu, menurutnya ada banyak faktor yang saling berkaitan. Namun, pernyataan soal penurunan tingkat sosial akibat konsumsi udara kemasan perlu ditinjau apakah murni pilihan gaya hidup ataukah ada sebab yang memaksa mereka mengonsumsi udara kemasan.

Berbeda dengan pernyataan Bambang, Anthony Budiawan, Managing Director Political Economic and Policy Studies (PEPS) menilai argumen bahwa konsumsi udara kemasan menyebabkan kelas menengah turun tidak masuk akal. Menurutnya, masyarakat tidak punya banyak pilihan untuk mendapatkan air bersih selain dari galon, karena PDAM tidak mampu menyediakan air bersih. ( suarasurabaya.net , 09-04-2024).

Dikapitalisasi, Sumber Air Krisis!

Air merupakan sumber kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan, tidak hanya berperan untuk kesehatan melainkan juga untuk menyokong kehidupan. Sayangnya, krisis air kini mengancam, bahkan Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2040. Jika udara sulit dijangkau karena sumber air kering atau udara yang tersedia tercemar mikroorganisme berbahaya, memang tidak ada pilihan selain mengonsumsi udara kemasan yang harganya tidak murah.

Kalaupun konsumsi air kemasan ini menyebabkan pembengkakan belanja rumah tangga yang berdampak pada penurunan kelas sosial, perlu diuraikan sebab utama krisis air ini. Menurut BMKG, meningkatnya emisi gas rumah kaca menjadi salah satu penyebab krisis udara menyebabkan perubahan pola iklim dan meningkatkan panas bumi.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa wilayah. Salah satu sektor yang berpengaruh besar terhadap emisi gas rumah kaca adalah industri energi, salah satunya listrik. Saat ini, listrik masih ditopang oleh tenaga uap dari batu bara, sebagaimana diketahui energi ini memberi sumbangsih besar atas emisi gas rumah kaca.

Eksploitasi besar-besaran atas sumber daya alam berupa tambang tidak dapat dielakkan di era ini dan menjadi hal yang pasti terjadi. Hal ini karena konsep hidup yang diterapkan adalah kapitalisme. Kapitalisme menghalalkan penguasaan tambang oleh segelintir orang karena sistem ini memfasilitasi kebebasan kepemilikan.

Tujuan tertinggi yang dikejar dari sistem ini adalah materi. Karena itu, kerusakan lingkungan yang berdampak pada krisis air adalah konsekuensi yang pasti terjadi. Terlihat juga dari ambisi pengadaan kendaraan listrik yang menurut beberapa artikel ilmiah tidaklah mampu mengurangi emisi listrik karena masih dipasok oleh batu bara.

Begitu pula eksploitasi tambang nikel sebagai bahan baterai, ternyata juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Contohnya, deforestasi dan cemaran terhadap sumber air warga sekitar penambangan seperti yang terjadi di Morowali dan Maluku. Sudah jelas arah ambisi ini bukan untuk rakyat, tetapi demi pemilik modal. Sumber air bukan semakin dekat, namun semakin jauh akibat SDA yang dikapitalisasi.

Perlunya Mitigasi Menjaga Sumber Air

Di sisi lain, realitas yang sungguh pahit ini juga memerlukan penanganan dan antisipasi khusus agar masyarakat tidak kekurangan air bersih. Beberapa pakar telah menguraikan mitigasi terhadap permasalahan ini. Namun, sungguh menciptakan solusi akademis dari para pakar belum mendapat tanggapan serius dari pemerintah. Alasannya, karena usulan tersebut membutuhkan biaya yang tinggi. Justru langkah yang diserukan adalah penghematan air dan tidak membuang sampah ke sungai.

Meskipun ini tidak salah, tetapi solusi ini sangat minimalis dan tidak menyentuh akar permasalahan. Sejatinya, menurunnya tingkat sosial kelas menengah disebabkan oleh tekanan yang besar dari segala sisi termasuk beban pengeluaran rumah tangga yang besar. Di sisi lain, pendapatan masyarakat tetap, bahkan cenderung menurun. Ditambah beban air yang harus dibeli akibat kapitalisasi air dan SDA.

Sebagai seorang muslim, haruslah kita menyadari bahwa Islam adalah sistem hidup terbaik yang Allah sediakan. Meringankan kehidupan dan kerusakan lingkungan yang menyebabkan krisis udara terjadi karena ajaran Islam ditinggalkan dan digantikan dengan sistem buatan manusia, yakni sekularisme kapitalisme. Sistem ini terbukti rusak dan gagal dalam mengurusi manusia.

Peran Negara Menjaga Sumber Kehidupan

Penjagaan dan pemanfaatan alam termasuk air dalam Islam merupakan tanggung jawab bersama, yakni kolaborasi antara individu, masyarakat, dan negara. Setiap orang akan terbentuk menjadi individu peduli lingkungan yang tecermin dari hadis Rasulullah saw.:

"Janganlah salah seorang dari kalian kencing dalam air yang diam, yaitu air yang tidak mengalir kemudian kalian mandi di dalamnya." (HR. Bukhari)

Masyarakat juga akan berperan menjalankan fungsinya sebagai kontrol apabila terdapat individu yang merusak lingkungan. Terpenting memastikan peran negara yang bertanggung jawab atas ketersediaan udara dan kemudahan untuk mengaksesnya.

Baca: kelas-menengah-turun-kasta-air-kemasan-jadi-kambing-hitam/

Dalam Islam, negara adalah raa'in yang bertanggung jawab mengurusi urusan rakyatnya. Begitu pula dengan pengelolaan SDA yang merupakan milik umum. Sistem Islam tidak memberikan pengelolaannya kepada individu, melainkan yang bertugas mengelolanya adalah negara untuk kemaslahatan umum sehingga aspek lingkungan tetap diperhatikan. Begitu pula mitigasi penanganan krisis air dari para pakar tentu bisa diadopsi oleh negara tanpa alasan biaya yang tinggi.

Pasalnya, sumber pemasukan untuk fasilitas umum bersumber dari kepemilikan umum, yaitu dari hasil SDA yang berlimpah. Di sisi lain, negara juga akan memastikan kesejahteraan bagi setiap individu masyarakat, memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup mereka. Dengan demikian, membengkaknya belanja rumah tangga dan rendahnya pendapatan hingga ancaman kemiskinan akan terminimalkan.

Khatimah

Impitan hidup yang kini dirasakan hanya bisa diselesaikan dengan mengambil Islam sebagai sistem hidup dan mengamalkan seluruh ajarannya termasuk bagaimana pemimpin melayani rakyatnya.
Wallahualam bissawab.[]

Penuaan Manusia Menurut Sains dan Al-Qur'an

Penuaan manusia merupakan sebuah keniscayaan. Fakta-fakta tersebut telah dijelaskan oleh para peneliti melalui sains dan dinyatakan dalam Al-Qur'an yang mulia.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku)

Narasiliterasi.id-Banyak orang merasa takut menjadi tua. Demi terlihat tetap muda, banyak orang yang akhirnya memoles wajah dan tubuh mereka dengan berbagai produk kecantikan, bahkan sampai menggunakan bantuan teknologi canggih hanya untuk "menolak" tua. Namun, tampaknya banyak orang tidak menyadari bahwa cantik atau setampan apa pun seseorang, ia tetap akan menua suatu hari nanti.

Tak dimungkiri, manusia memang mengalami perubahan secara bertahap pada fisiknya, mulai dari bayi, anak-anak, dewasa hingga usia lanjut. Saat mulai menua atau berumur sekitar 40-an tahun, seseorang sering kali merasakan gejala-gejala yang tidak nyaman di tubuhnya, seperti mudah lelah, mudah sakit, munculnya kerutan di wajah, dll. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa tubuh manusia tidak mengalami penuaan pada tingkat yang tetap hingga dewasa. Peningkatan penuaan secara drastis justru terjadi saat seseorang berusia 44 dan 60 tahun.

https://narasiliterasi.id/opini/01/2024/menelisik-otak-mini-dari-janin-manusia/

Hal itu diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa peneliti dari Stanford University School of Medicine yang diterbitkan oleh jurnal Nature Aging pada 14 Agustus 2024. Penelitian baru tersebut melibatkan pengukuran terhadap lebih dari 11.000 molekul yang ada dalam tubuh orang dewasa dari waktu ke waktu dan melibatkan 108 relawan yang berusia 25—75 tahun. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa 81 persen di antaranya mengalami perubahan secara dramatis pada usia 44 dan 60 tahun. tempo.co, 29-8-2024

Pelacakan Usia Biologis

Riset yang dilakukan para peneliti tersebut terfokus pada pelacakan usia biologis (perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis seseorang). Maksudnya, penelitian yang dilakukan Merujuk pada perubahan yang terjadi di dalam tubuh manusia selama hidup yang berpengaruh terhadap metabolit, protein, dan aktivitas gen. Jadi, penelitian tersebut bukanlah menghitung usia kronologis (perhitungan usia yang dimulai dari waktu kelahiran sampai saat perhitungan usia).

Berdasarkan penelitian terhadap molekul yang berbeda-beda sebagaimana disebutkan sebelumnya, ditemukan fakta bahwa sebagian besar molekul tersebut tidak berubah secara bertahap dan kronologis. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan terhadap kelompok molekul dengan perubahan terbesar, para peneliti menemukan adanya transformasi yang cenderung terjadi pada orang yang berusia pertengahan 40-an dan awal 60-an tahun. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh ahli genetika dan Direktur Pusat Genomik dan Pengobatan Michael Snyder dari Stanford University. ( alinea.id ,19-8-2024 )

Penyebab Penuaan Menurut Sains

Penuaan drastis menurut para ilmuwan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Pada awalnya, para peneliti menduga bahwa penuaan di pertengahan usia 40-an terjadi akibat dari perubahan perimenopause (periode transisi saat akan mengalami masa menopause) yang terjadi pada perempuan. Namun, data para peneliti ternyata mengungkap perubahan yang sama juga terjadi pada laki-laki di pertengahan usia 40-an tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa menopause atau perimenopause bukanlah satu-satunya faktor penyebab perubahan pada perempuan dan laki-laki di pertengahan usia 40-an. Menurut seorang peneliti lainnya, Xiaotao Shen, ada kemungkinan faktor lain yang lebih signifikan yang memengaruhi perubahan tersebut. Beberapa faktor lainnya yang diprediksi oleh para peneliti, di antaranya terkait dengan kesehatan jantung. Contohnya, adanya protein yang terkait dengan aterosklerosis (penumpukan plak di arteri) yang mengalami peningkatan di dalam darah selama usia 40-an dan 60-an tahun.

Faktor selanjutnya, pada usia tersebut seseorang juga menunjukkan penurunan kemampuan untuk memetabolisme kafeina. Penurunan kemampuan tubuh dalam membuat asam lemak tak jenuh (yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol) juga terjadi pada kedua usia tersebut. Ditambah lagi dengan kondisi kadar gula darah yang mencapai puncaknya pada kedua usia tersebut (kemungkinan dikaitkan dengan diabetes tipe 2) menjadi faktor penyebab lainnya yang ditemukan para ilmuwan.

Meski beberapa penyebab telah dikemukakan, para ilmuwan masih belum mengetahui mengapa kimia dalam tubuh dapat berubah secara signifikan pada usia sekitar 40-an dan 60-an. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan kali ini tidak memperhitungkan faktor gaya hidup, seperti olahraga atau pola makan. Namun, seorang peneliti penuaan di Institut Geriatri Nasional Meksiko Juan Carlos Verján menyebut bahwa titik perubahan 60 tahun bisa jadi disebabkan oleh peradangan.

Demikianlah, meski para ilmuwan telah maksimal bekerja dalam meneliti penyebab penuaan drastis di usia 44 dan 60 tahun, masih saja ada hal-hal yang belum terjangkau karena keterbatasan ilmu mereka. Oleh karena itu, penelitian segala sesuatu dari kacamata sains tak bisa serta-merta dilepaskan dari Islam dan Al-Qur'an.

Penuaan Menurut Al-Qur'an

Dalam kacamata Islam, penuaan merupakan sunatullah yang tidak mampu ditolak oleh siapa pun. Pada kondisi ini, setiap orang akan menjalani fase pertumbuhan dalam kehidupannya, mulai dari lahir hingga dewasa, bahkan sampai meninggal dunia. Dalam fase perkembangan tersebut, manusia mengikuti pola fase pertumbuhan secara alami dengan keistimewaannya masing-masing.

Contohnya, saat masih anak-anak pemikiran mereka belum matang, fisiknya pun masih akan berkembang. Saat beranjak dewasa, kondisi kematangan seseorang berada pada puncaknya, baik kekuatan maupun organ-organ tubuhnya. Namun, setelah melewati masa paruh baya, kekuatan fisiknya lambat laun menurun. Selain penurunan kekuatan fisik, tanda-tanda lain yang mudah dikenali juga akan muncul. Namun, tanda-tanda penuaan tersebut akan bervariasi dan berbeda pada setiap orang tergantung bagaimana pola hidup yang dijalaninya.

Fase kehidupan manusia sejak bayi, anak-anak, dewasa hingga lansia juga telah Allah abadikan dalam surah Ghafir ayat 67:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ ع َلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًاۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰ ى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوْٓا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ۝٦٧

Artinya: “Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari darah yang menggumpal, kemudian Dia lahirkan kamu sebagai seorang anak kecil, kemudian (Dia membiarkan) kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. (Akan tetapi), di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Dia pun membiarkan) agar kamu sampai pada kurun waktu yang ditentukan dan agar kamu mengerti."

Khatimah

Penuaan manusia merupakan sebuah keniscayaan. Fakta-fakta tersebut telah dijelaskan oleh para peneliti melalui sains dan dinyatakan dalam Al-Qur'an yang mulia. Bagi seorang muslim, mengalami penuaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Namun, berubahnya fisik hingga usia lanjut seharusnya semakin mempersiapkan diri karena fase kehidupannya akan segera berakhir. Meski begitu, bagi yang masih muda bukan berarti kematian masih jauh. Mati adalah rahasia Allah Swt. Oleh karena itu, bukan menua yang harus ditakuti, tetapi apakah saat menua kita dekat dengan Allah atau justru jauh dari-Nya?
Wallahualam bissawab.[]