Mendidik Generasi AI

Mendidik Generasi AI

Jika orang tua abai dalam pendidikan, jadilah generasi AI akan hidup dengan konsep bebas. Bebas melakukan apa pun tanpa pengawasan orang tua.

Oleh. Puput Ariantika, S.T. 
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Generasi Artifical Intelleligence (AI) adalah generasi yang lahir pada tahun 2010 ke atas. Generasi ini lahir, tumbuh, dan berkembang di saat teknologi informasi berkembang dengan pesat. Jadi, wajar jika generasi AI ini mengidap kecanduan gadget.

Banyak permasalahan yang terjadi pada generasi AI karena orang tua enggan mengikuti zaman, enggan belajar, dan malah memaksa anak-anaknya masuk ke pola pengasuhan ala pemikiran mereka, seperti yang diajarkan orang tua mereka dahulu. Akibatnya banyak anak-anak yang terjerumus pada hal-hal yang melenakan, kerusakan pribadi, dan menjadi musuh bagi orang tua itu sendiri.

Dampak Teknologi

Kecanggihan teknologi telah mengubah segalanya, seperti pola hidup, pola asuh, sikap, cita-cita, dan bahkan tujuan hidup. Teknologi memiliki dampak positif jika orang tua pandai menggunakannya dan akan berdampak negatif jika orang tua mengabaikannya dan menjadikan teknologi adalah musuh para orang tua. 

Beberapa dampak teknologi terhadap generasi AI, di antaranya:

Pertama, menjadi budak teknologi. Semua orang tahu masalah generasi AI saat ini adalah kecanduan gadget. Mulai dari balita hingga remaja. Bahkan, yang paling parah banyak dari anak-anak pada generasi AI mengidap sindrom pseudo autism.

Sindrom pseudo autism adalah sindrom autisme sekunder. Penyakit ini mirip autisme, tetapi penyebabnya berbeda. Pseudo autism disebabkan faktor dari luar hingga merusak perkembangan otak. Akibatnya anak-anak yang terkena penyakit ini mengalami gangguan pendengaran, keterlambatan komunikasi dan sosial. (Republika.co.id)

Kedua, anggapan bahwa akademik tidak penting. Anggapan ini mendominasi pemikiran generasi AI di kalangan remaja. Mereka lebih suka menjadi konten kreator dibanding harus belajar dengan susah payah. Pemahaman ini sangat bahaya jika dibiarkan karena akan berefek bagi masa depan mereka dan masa depan peradaban manusia.

Ketiga, akhlak dan adab dianggap tidak pentingnya. Akhlak dan adab di kalangan generasi AI sangat memprihatinkan orang tua dan masyarakat. Orang tua mengajarkan A, tetapi dilakukan Z karena banyaknya pengaruh buruk tersebar di masyarakat maupun dari sajian media sosial. Banyak remaja yang terbiasanya melakukan kejahatan, seperti narkoba, pemerkosaan, dan pembunuhan.

Keempat, rentan terkena penyakit mental health issue. Penyakit mental terjadi pada generasi AI yang berusia 5–10 tahun karena aktivitas di media sosial, seperti cyber bullying, game, judi online dan lain-lain.

Semua dampak negatif yang terjadi pada generasi AI karena banyak faktor, salah satunya adalah faktor orang tua tidak mempersiapkan anak-anaknya memasuki dunia teknologi AI, orang tua sibuk sehingga mengabaikan pendidikan anak di rumah. Namun, tidak sepenuhnya salah orang tua karena hidup di zaman sekarang dengan kesulitan ekonomi menambah beban penderitaan bagi orang tua. İtu sebabnya generasi AI lebih banyak terpapar teknologi dibandingkan dengan orang tua sendiri.

Baca: Generasi Rusak Buah Sekularisme Pendidikan

Keberadaan orang tua sebagai pendidik bisa menjadi bekal kehidupan generasi AI demi meminimalkan kerusakan pada diri sendirinya.

Bagaimana Mendidik Generasi AI?

Dalam menghadapi dan mendidik generasi AI butuh kecerdasan dan kesabaran dari orang tua karena orang tua adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Itu sebabnya, orang tua punya peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anaknya. Jika orang tua abai dalam pendidikan, jadilah generasi AI akan hidup dengan konsep bebas. Bebas melakukan apa pun tanpa orang tua yang mengawasi dan memperhatikannya.

Perkembangan teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua dalam mendidik generasi AI. Pasalnya jangan sampai orang tua menjadikan teknologi musuh karena menghancurkan kepribadian anak-anaknya. 

Oleh sebab itu, dibutuhkan langkah khusus dalam mendidik generasi AI, yaitu:

1. Teknologi adalah sahabat

Orang tua harus bisa memanfaatkan teknologi untuk mendidik anak-anaknya. Pendidikan dari orang tua memiliki peran strategis dalam mencetak generasi AI yang siap menghadapi tantangan dan mengoptimalkan potensi positif dengan teknologi. Misal, memanfaatkan teknologi untuk belajar secara online, menonton kisah-kisah teladan para sahabat Rasul saw. Ketika anak-anak mencapai usia remaja, orang tua wajib mengajar anak tentang baik dan buruk dalam menggunakan teknologi sehingga anak mengetahui mana yang benar dan yang salah.

2. Meningkatkan perkembangan sosial dan kecerdasan emosional (EQ)

Meningkatkan perkembangan sosial dan kecerdasan emosional (EQ) pada anak-anak generasi AI dengan memberi perhatian dengan menanyakan keadaan perasaannya setiap hari agar anak bisa mengungkapkan dengan jujur dan terbuka, apa yang sedang dia rasakan. Orang tua juga bisa menunjukkan sikap empati ketika anak sedang sedih, misalnya menghiburnya, menenangkannya, dan lain-lain.

Kecerdasan EQ memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan emosi anak. Jika EQ kurang cerdas, kemahiran akan berkurang, efeknya diri menjadi sangat lemah, tindakan tidak terkontrol, dan anak cenderung membuat keputusan tanpa berfikir. Oleh sebab itu, kemampuan EQ akan membantu remaja gen AI dalam mengontrol emosi, kecemasan, stres, dan tekanan akibat penggunaan teknologi digital dan lingkungannya. Kemampuan dalam mengelola emosi ini juga akan menjauhkan gen AI dari penyakit mental health.

3. Membina personalitas anak generasi AI dengan aktivitas terpuji.

Penting bagi orang tua mengajarkan adab dan akhlak pada anak-anaknya dari kecil. Hal ini akan menjadi bekal mereka ketika memasuki kehidupan remaja di mana paparan akhlak buruk dari media sosial mendominasi.

Penanaman adab pada anak bisa dilakukan orang tua melalui penanaman akidah yang kuat dengan meyakini bahwa Allah Swt. patut diimani dan ditaati, menjelaskan bahwa adab adalah bagian dari perintah Allah Swt. sehingga wajib untuk dilaksanakan. Beri gambaran Rasulullah saw. telah memelihara adab yang baik, seperti dalam berbicara dan bertingkah laku. Orang tua harus memberikan contoh agar mudah ditiru anak-anaknya.

4. Melatih cara berpikir kritis dan kreatif generasi AI.

Cara berpikir kritis akan membuat anak mampu mengambil keputusan dengan penilaian lebih dulu. Konsep berpikir seperti ini akan tampak ketika anak menggunakan teknologi, dia akan berpikir akan kegunaannya dan tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna.

5. Mengondisikan rumah dengan suasana Islami

Mengondisikan rumah dengan suasana Islami penuh kebaikan, seperti salat berjemaah, tilawah Al-Qur’an, puasa sunah, bertutur kata yang baik, saling membantu, bekerja sama, dan lain-lain. İni akan menjadikan anak betah dirumah dan merindukan rumah, bahkan gagdet pun tak mampu mengalihkannya.

Langkah-langkah ini bisa menjadi solusi kepada para orang tua dalam mendidik anaknya yang tergolong generasi AI. Namun, perlu disadari sebelum mendidik anak, maka didiklah diri kita sendiri agar bisa menjadi panutan. Sebelum mendidik anak dengan Islam, maka didiklah diri sendiri dengan Islam.

Khatimah

Anak adalah amanah dari Allah Swt. tidak ada perbedaan antara satu dan yang lainnya dari masa ke masa, yang berbeda hanyalah tahun lahir. Teknologi dan perkembangan zaman mempengaruhi pola berpikir. Oleh sebab itu, penting bagi setiap orang untuk terus belajar dan menjadikan Islam sebagai standar dalam mendidik anak-anak, terkhusus generasi AI. 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, ”Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Wallahu a'lam bishawaab []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Puput Ariantika Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Industri Manufaktur RI Anjlok, Ekonomi Rakyat Merosot
Next
Noktah Tak Bernilai
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram