Sang Adidaya Harus Muhasabah

sang Adidaya harus muhasabah

Sang Adidaya harus menyadari bahwa sudah sunnatullah jika kekuasaan itu dipergilirkan. Begitupula dengan pemimpin peradaban atas manusia di dunia ini juga dipergantikan.

Oleh. Ummu Rahmat
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Kebakaran hebat melanda negara bagian California pada 10 Januari lalu. Amukan si jago merah yang datang bersama hembusan angin melahap habis kawasan elit kebesaran kaum borjuis di Negeri Paman Sam.

Hembusan angin yang datang tiba-tiba itu seolah tidak memberi ampun pada apa yang dilewatinya. Kondisi ini makin mencekam ketika ia membawa serta bola api yang panas. Tak ayal, wilayah yang dahulu menjadi pusat bisnis dan hiburan itu harus luluh lantak dalam sekejap mata. Sungguh mengerikan!

Fenomena Alam?

Amerika sebagai sebuah negara pusat kapitalisme dunia ternyata membawa sebuah ketetapan dari Sang Penguasa alam semesta. Negara itu akan lekat dengan sebuah fenomena alam yang dibilang cukup mengerikan. Betapa tidak, negara yang menjadi ikon kapitalisme itu ternyata lahir dengan membawa sunnatullah dari Tuhan bahwa ia akan kerap disambangi oleh sebuah fenomena alam yang bernama angin setan.

Angin setan adalah sebutan angin yang kalau datang bisa meluluhlantakkan bangunan yang dilaluinya. Di mana dalam hitungan jam seisi kota dapat binasa. Dialah yang kemudian disebut dengan angin Santa Ana yang pada 10 Januari lalu telah menyulap kota elit di kawasan Pasific Palisades menjadi kota mati.

Ya, kawasan mewah dan elit itu dalam hitungan jam berubah menjadi puing-puing yang menghitam karena habis dilumat si Jago Merah. Hal ini dikarenakan angin yang datang membawa serta bola api atau yang biasa dikenal dengan istilah Fire whirl atau fire tornado. Di mana sebuah peristiwa karena bertemunya tiga komponen utama yakni api, angin, dan kondisi atmosfer tertentu.

Angin Santa Ana atau yang biasa juga disebut dengan angin setan adalah sebuah peristiwa alam yang juga terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi geografis di wilayah bagian barat AS. Disebut Santa Ana karena pusatnya terjadi di daerah Santa Ana di Orange Country. Angin ini biasanya terjadi pada periode September hingga Mei terutama pada bulan-bulan yang lebih dingin.

Kebakaran

Dilansir dari (cncbindonesia.com, 10/01/2025), angin ini memang bergantung pada kondisi geografis suatu wilayah karena saat udara bergerak ia terjepit di antara bukit dan celah gunung. Hal ini makin menambah kecepatan angin dan menjadikannya lebih panas dan kering di sepanjang jalan. Apalagi bila dilihat posisi kawasan yang terdampak, berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Kondisi ini pun makin parah kala terjadi di musim kemarau ekstrim karena saat itu kadar air pada vegetasi cenderung rendah. Maka inilah yang memicu kebakaran sebagaimana yang menimpa kawasan Pasifik Palisades pada awal Januari lalu.

Buntut dari kebakaran ini lahan seluas 29.000 hektar hangus terbakar. Mulai dari rumah warga, hingga gedung-gedung tinggi tempat para kapitalis dunia menghitung laba. Semua hancur tak tersisa kecuali puing-puing bangunananya saja. Alhasil, kebakaran hebat di Negara bagian California itu berpotensi membawa negara super power dunia itu terjun ke lembah kerugian hingga 130–150 miliar dollar atau senilai 2.121–2.448 triliun rupiah (cnnindonesia.com, 10/01/2025).

Bahkan seorang kapitalis dunia Elon Musk mengatakan bahwa kebakaran hebat yang terjadi tahun ini berpotensi mengantar Negara Gedung Putih itu ke arah kebangkrutan. Apakah sang Adidaya sedang menuju kehancurannya? Iya atau tidak tapi masa kejayaan itu dipergantikan. Di mana setiap peradaban akan ada penguasanya. Dan itu dipergilirkan!

Baca juga: Gaza Diancam Neraka, Los Angeles Kena Karma

Alam Tunduk pada Pencipta

Setiap makhluk dan objek apapun di bumi ini tunduk pada Sang Pemilik Alam semesta, yakni Allah Swt. Mereka bahkan senantiasa berzikir kepadanya dengan caranya masing-masing. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Isra ayat 44.

"Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh Allah Maha Penyantun dan Maha Pengampun.

Maka begitu pula dengan fenomena alam seperti hujan, petir, angin, hingga api yang bergejolak juga tunduk pada Sang Penciptanya, Allah Swt. Kita dapat melihat ini dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa tentang air laut yang mana dalam sehari bertanya hingga tiga kali kepada Allah Swt. agar ia dapat naik ke daratan untuk menegur (menenggelamkan) manusia yang kerap bermaksiat kepadaNya. Namun, Allah Swt. sendiri yang menahannya. Ini menunjukan bahwa ada komunikasi intens antara Allah Swt. dengan ciptaannya di bumi.

Bijak pada Alam

Maka kita sebagai manusia harus bijak dalam berinteraksi dengan alam. Walau secara kasat mata mereka benda mati tak dapat berteriak bila dieksploitasi, tetapi ketahuilah mereka berkomunikasi dengan pencipta dengan bahasanya masing-masing. Maka tak patut pula kita di bumi mengumbar maksiat dan kerusakan sebab Allah Swt. memiliki tentara-tentara yang sangat mudah ia gerakkan untuk menegur manusia itu sendiri.

Maka sebagaimana bait sebuah lagu bahwa bisa jadi musibah itu datang, karena kita manusia sudah terlalu jauh melenceng dari perintah dan larangan Allah Swt. Apalagi mohon maaf, sampai berani memosisikan diri setara dengan-Nya. Sungguh, mau sampai kapanpun juga tak akan ada satu manusia di bumi yang bisa membuat surga ataupun menciptakan neraka.

Jangankan untuk membuat, membayangkan bagaimana gambaran surga ataupun neraka saja tak mampu. Sebab keterbatasan yang memang lekat dengan diri kita sebagai manusia yang sama-sama zat yang diciptakan. Bagaimana mungkin kita bisa mempunyai sifat sebagaimana sang pencipta?

Makhluk Lemah

Maka sungguh sangat sombong dan tidak tahu dirinya manusia hari ini berani memosisikan diri layaknya Pencipta hanya karena ia mempunyai segalanya. Sungguh, ketahuilah oleh kita bahwa sederet kemajuan dan kecanggihan yang ada, tak ada arti bila Allah Swt. telah berkehendak.

Oleh karena itu, sang Adidaya harus membuka mata, saat alam sudah bekerja, kecanggihan teknologi pun tak berarti apa-apa. Lihatlah api yang terus berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Ia melahap apa yang dilewatinya. Siapa yang menggerakan? Adakah ia bergerak sendiri?

Begitu pula dengan angin yang terus mengalir tiada henti. Sungguh, mereka bergerak karena atas perintah Allah Swt. Maka, bermuhasabalah wahai sang Adidaya. Belajarlah dari kisah para pemimpin zalim terdahulu. Mereka memang cukup kuat dalam singgasananya. Menjadi penguasa yang mengendalikan banyak hal. Memiliki pengikut yang banyak. Punya tentara yang kuat. Namun, karena kesombongan, keserakahan, serta kesewenang-wenangan mereka dengan mudah Allah Swt. Menumbangkan kekuasaan mereka.

Bahkan mereka dibinasakan oleh makhluk kecil yang tadinya tak berarti apa-apa. Bahkan, sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiran bahwa mereka bisa menghilangkan nyawa seseorang. Namun, semua bisa terjadi atas izin. Makhluk kecil sekalipun bisa berubah menjadi pencabut nyawa bagi manusia.

Jangan Jumawa sang Adidaya

Lihatlah, bagaimana Raja Namrud yang kuat tetapi dibinasakan oleh seekor nyamuk. Juga Raja Firaun yang Allah binasakan dengan menengelamkannya di dasar lautan. Hanya saja Allah Swt. menyelamatkan jasadnya. Bukan kerena keberuntungan, tetapi Allah Swt. jadikan itu pelajaran bagi manusia agar jangan sombong dan serakah ketika menjadi penguasa. Jangan melawan dan menantang-Nya.

Sang Adidaya harus menyadari bahwa sudah sunnatullah jika kekuasaan itu dipergilirkan. Begitupula dengan pemimpin peradaban atas manusia di dunia ini juga dipergantikan. Semua tinggal menunggu waktunya saja.

Itulah mengapa, yang jaya jangan jumawa. Karena singgasana tak lama adanya. Bisa saja musibah datang, untuk merubah segalanya, hingga kuasa pun tinggallah nama. Wahai sang Adidaya, bermuhasabalah. Kau telah banyak menumpahkan darah. Hingga bayi di Gaza tumbuh merana, sejak masa bayi bermula. Sungguh, doanya menembus angkasa, murka Tuhan pastilah tiba. Hingga balasnya akan kau terima.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Logo NaLi website-
Ummu Rahmat Kontributor Narasiliterasi.Id
Previous
Pergub Baru: Kontroversi Poligami
Next
Ijazah Bermasalah Sinyal Buruk Dunia Pendidikan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
5 months ago

Kun fayakn. Jika Allah berkehendak, tidak ada yang mustahil.

trackback

[…] Baca juga: Sang Adidaya Harus Muhasabah […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram