Kenikmatan Berhaji

Bagi yang telah berkesempatan berhaji hendaknya selalu introspeksi diri. Apakah akan cukup puas hanya pada rasa damai menikmati Ka'bah? Apakah hanya sampai pada rasa haru dan merasakan bahwa Allah begitu dekat? Apakah hanya sampai pada rasa syukur dapat berziarah ke makam Rasulullah?

Oleh. Ratty S Leman
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS Al Hajj 32).

Saya ingin berbagi cerita bahwa berhaji merupakan ibadah yang sangat indah dan bisa jadi merupakan penyempurna nikmat Allah pada hamba-hamba-Nya. Banyak kenikmatan yang bisa dirasakan baik sebelum berangkat, saat menunaikan ibadah, maupun setelah selesai ibadah itu dilakukan.

Persiapan di Tanah Air

Sebelum berangkat kita berusaha mempersiapkan keperluan administrasi, kesehatan fisik dan suasana hati kita dengan sebaik-baiknya.

Niat sudah dilakukan baik di dalam hati maupun diungkapkan, dipertegas lagi niat itu dengan mendaftar haji, Ongkos Naik Haji (ONH) sudah dibayarkan. Selanjutnya kita menunggu kapan kita akan mendapat panggilan bersiap-siap untuk diberangkatkan.

Jika jadwal keberangkatan sudah keluar, maka kita mulai menjaga kesehatan lebih baik dibandingkan hari-hari biasa. Hal ini tentu sangat baik bagi tubuh kita. Kita menjaga asupan makanan, kita jaga pola makan, makan yang bergizi dan seimbang, kita hindari makanan pencetus alergi dan kita jaga kualitas makanan demi kesehatan tubuh. 

Hati juga kita jaga dengan baik, tazkiyatunnafs, membersihkan hati dari kotoran dan penyakit hati. Iri, dengki, sombong, dendam, marah, sedih, takut, was-was, pesimis atau putus asa harus dibersihkan dan dibuang jauh-jauh.  Rasanya harus semakin mendekatkan diri kepada Allah. Subhanallah, alangkah nikmatnya suasana hati. Tenang dan tentram menyelimuti diri. https://narasipost.com/syiar/05/2022/pentingnya-menata-hati-saat-beribadah-haji/

Sejak niat berhaji kita kaji kembali apa yang rutin kita kerjakan. Mengevaluasi kembali salat kita, memperbaiki lagi bacaan Al-Qur'an kita, banyak mengkaji masalah agama terutama ilmu manasik haji, dan mulai rajin menambah hafalan-hafalan doa manasik. 

Berangkat berhaji seperti hendak berangkat berjuang. Membutuhkan persiapan fisik dan mental yang prima. Jasmani dan ruhani harus dipersiapkan semua agar ibadah bisa dilakukan dengan lancar, baik dan mabrur. 

Seperti doa-doa yang dipanjatkan bila kita mendoakan orang yang hendak berhaji, semoga disehatkan badannya, dilancarkan perjalanannya, dikabulkan doa-doanya, dan mabrur hajinya.

Saat Beribadah

Ketika beribadah di Tanah Suci Makkah dan Madinah setiap orang akan merasakan getaran-getaran iman yang sangat nikmat yang diberikan Allah secara khusus bagi para tamu-Nya. 

Di Makkah bisa kita rasakan berbagai kenikmatan. Nikmatnya tawaf, nikmatnya sai, nikmatnya tahalul, nikmatnya tarwiyah, nikmatnya wukuf, nikmatnya bermalam di Muzdalifah, nikmatnya berkemah di Mina, nikmatnya melempar jumrah, nikmatnya salat di Masjidil Haram, nikmatnya berdoa di depan multazam, nikmatnya salat di makam Ibrahim, nikmatnya salat di hijr Ismail, nikmatnya bisa menyentuh dan merapatkan badan ke Ka'bah, nikmatnya mencium hajar Aswad, nikmatnya memandang Ka'bah, nikmatnya minum air zamzam, nikmatnya khatam Al-Qur'an, nikmatnya iktikaf di Masjidil Haram, nikmatnya ziarah di tempat bersejarah di sekitar Makkah, dan masih banyak lagi kenikmatan yang lainnya.

Barangkali ada lebih dari 100 ribu macam kenikmatan bila dihitung secara rinci dan mendetail, sesuai janji Allah bahwa pahala kebajikan terutama pahala salat di Masjidil Haram dilipatgandakan 100 ribu kali lebih banyak dibandingkan di tempat lain. Subhanallah, Alhamdulillah, Laa illaha illallah, Allahu Akbar.

Sedangkan di Madinah bisa kita rasakan nikmatnya salat arbain di Masjid Nabawi, nikmatnya salat dan berdoa di Raudah, nikmatnya bisa berziarah ke makam Rasulullah. Ketika di Masjid Nabawi terasa Rasulullah sangat dekat, ikut menemani kita yang sedang beribadah setiap saat di dalamnya. Mengunjungi makam Rasul seperti mengunjungi beliau saat hidup. 

Ketika berdoa di makam Rasulullah dan sahabat Abu Bakar serta Umar, berdoa di Raudah, berziarah ke Masjid Quba, Masjid Qiblatain, ke Jabal Uhud dan tempat-tempat bersejarah lainnya semakin menyadarkan diri bahwa kita belum berbuat apa-apa bila dibandingkan dengan jasa perjuangan para Rasul dan para sahabat. 

Kenikmatan-kenikmatan di Tanah Suci akan menjadi pengalaman seumur hidup. Seperti yang saya rasakan. Pergi hajinya cuma sekali, tetapi kenikmatan yang dirasakan masih terasa walau sudah lama berlalu beribadah hajinya. Bayangkan, berangkat tahun 1996 dan sekarang tahun 2023. Sekitar 27 tahun sudah berlalu. Namun, kenangan indah dan kenikmatan itu masih terasa di dalam pikiran dan hati.

Meski badan capek kelelahan, sakit flu, hidung pilek, dan batuk. Tapi kenikmatan-kenikmatan yang didapat mengalahkan keluhan-keluhan yang ada.https://narasipost.com/opini/01/2023/biaya-haji-melonjak-ibadah-dijadikan-ladang-bisnis/

Islam mengajarkan bahwa jihad itu rekreasinya seorang mukmin. Tentu sebagian orang akan mengerutkan kening. Jihad kok rekreasi. Jihad itu kan perang. Sedang rekreasi identik dengan perjalanan piknik dan bersenang-senang. Ternyata, hampir semua jemaah haji membuktikan kebenaran pernyataan itu. Haji termasuk salah satu jihadnya wanita. Berat memang ibadah ini, tetapi kebahagiaan yang dirasakan jauh lebih besar daripada kewajiban yang harus dilaksanakan. 

Setelah Berhaji

Setelah pulang dari Tanah Suci, kebahagiaan yang kita dapatkan di sana kita bawa pulang dan kita ceritakan kepada saudara-saudara kita. Kedamaian di anah Suci kita bawa pulang, sehingga kita tidak lagi harus merasa sedih dan gundah gulana. Selain itu kontrol sosial juga semakin baik dan meluas. Orang-orang di sekitar kita akan selalu menegur jika kita berbicara atau bertingkah laku yang tidak mencerminkan sikap yang patut diteladani. Tentu saja hal ini bukan beban. Namun justru pemacu motivasi untuk senantiasa memperbaiki diri dan berbuat baik.

Bagi yang telah berkesempatan berhaji hendaknya selalu introspeksi diri. Apakah akan cukup puas hanya pada rasa damai menikmati Ka'bah? Apakah hanya sampai pada rasa haru dan merasakan bahwa Allah begitu dekat? Apakah hanya sampai pada rasa syukur dapat berziarah ke makam Rasulullah? 

Tentu saja tidak cukup. Rasa syukur itu harus diamalkan, dinyatakan, diwujudkan dalam karya kita sehari-hari. Insyaallah kenikmatan-kenikmatan rohani yang kita dapatkan selama di Tanah Suci akan muncul di mana pun kita berada. Masyarakat luas sangat menunggu realisasi kemabruran bapak-bapak dan ibu-ibu haji.

Tawaf kita harus berefek. Jika saat haji kita tawaf di Ka'bah, sepulang berhaji tawaf kita lanjutkan dari masjid ke masjid untuk salat berjemaah, menghadiri majelis-majelis ilmu dan bersedekah. Tawaf juga harus kita lakukan di sekitar kita dengan mengunjungi yang sakit, yang lapar, yang miskin, yang butuh bantuan baik material maupun spiritual. Tawaf harus terus berlanjut. 

Demikian juga dengan sai. Kita harus terus sai, terus berusaha. Karena Ibunda Hajar tidak hanya berdoa, tetapi juga berikhtiar lari ke sana kemari sampai tujuh kali demi mendapatkan air untuk melanjutkan kehidupan. Kita pun harus semangat dan optimis seperti Ibunda Hajar. Sai terus, berikhtiar terus sampai Allah memberikan kepantasan kepada kita untuk menerima semua karunia-Nya. 

Tarwiyah sebagai perenungan dan wukuf sebagai tempat berdiam diri untuk berpikir juga harus kita lakukan. Banyak-banyak merenung, berdoa, berzikir, bertadabur, bertafakur, memikirkan persoalan umat, dan mengembalikan muruah (kehormatan) agama Islam. Kewajiban berdakwah harus tetap dilaksanakan karena kita ingin melanjutkan risalah Rasulullah.

Inilah beberapa motivasi yang bisa kita dapatkan sebelum, saat beribadah, dan setelah berhaji. Semoga Allah menerima amal kita semua. 

Mari kita berdoa, 

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(TQS. Al-Baqarah: 127-128)

Wallahu a'lam bishawab. 

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ratty S Leman Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Menjaga Fitrah Anak
Next
Semua Titipan Allah
2.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sherly
Sherly
1 year ago

Masyallah, barakallah ❤️

Semoga suatu saat saya bisa ke Makkah.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, hanya bisa membayangkan, senangnya ada di tanah suci untuk berhaji. Barakallah ...

trackback

[…] Baca: kenikmatan-berhaji/ […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram