Tren #KaburAjaDulu, Antara Kekecewaan dan Cita-cita

tren kabur aja dulu antara kekecewaan dan cita-cita

Tren #KaburAjaDulu merupakan cerminan kegagalan negara yang mengemban kapitalisme dalam menyejahterakan rakyatnya.

Oleh Sri Yana, S.Pd.I
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

Narasiliterasi.Id-Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kabur dapat bermakna melarikan diri atau menghilang. Makna ini seolah mewakili kegelisahan warganet baru-baru ini lewat tagar KaburAjaDulu. Ya, cuitan kekesalan akan keadaan karut marut di dalam negeri lewat tren #KaburAjaDulu banyak diperbincangkan di media sosial seperti X atau Twitter sebagai luapan emosi masyarakat akan kesulitan-kesulitan yang terjadi di negeri ini. Padahal kata tersebut dapat diganti dengan kata pergi atau pun pindah.

Tren #KaburAjaDulu seolah menunjukkan bahwa masyarakat kini sudah paham dengan kerusakan-kerusakan sistem yang ada. Sehingga muncul cuitan-cuitan warganet yang saling membagikan informasi terkait event-event seputar pergi ke luar negeri sebagai solusi untuk kabur dari segunung problematika akibat kebijakan pemerintah belakangan ini.

Antusiasme publik untuk kabur ini tampak dari banyaknya orang yang ikut serta dalam ajang pencarian info seputar beasiswa ke luar negeri. Kompas.id, (4-12-2024) melaporkan sebanyak 100.000 orang terdaftar mengikuti kegiatan Study and Work Abroad Festival Juli-Agustus yang memberikan info terkait beasiswa ke luar negeri. Selain itu, data Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham memberitakan bahwa sekitar 3.912 WNI usia 25-35 tahun memilih menjadi warga negara Singapura pada 2019 hingga 2022.

Alasan Tren #KaburAjaDulu

Data tersebut membuktikan bahwa realitas yang terjadi di dalam negeri saat ini mendorong masyarakat berpikir bagaimana caranya untuk hidup yang lebih baik. Keadaan hidup di negeri sendiri tidak dianggap baik dan serba sulit. Kesulitan-kesulitan ini antara lain (1) sulit mendapatkan pekerjaan; (2) harga kebutuhan hidup yang makin naik, tetapi penghasil tak kunjung membaik; serta (3) tingkat kriminalitas makin hari makin meningkat.

Ketidaksejahteraan akibat makin sulitnya kehidupan rakyat menumpuk kekecewaan terhadap pemerintah. Sehingga generasi muda bangsa pun berpikir untuk kabur dari negeri ini.

Kabur ke Negara Kapitalis Lainnya

Padahal pergi ke mana pun, kabur, atau pindahnya masyarakat ke negara mana pun akan mengalami hal yang tak jauh berbeda apabila sistem yang digunakan masih kapitalisme. Hanya saja terlihat menjanjikan jika membayangkan tinggal di negeri orang. Padahal, tentu saja setiap negara pastinya ada kelebihan dan kekurangannya.

Sebutlah Australia sebagai salah satu negara yang menjadi tujuan warganet untuk kabur. Sebagaimana pengalaman kerja Audy Dwi Putra asal Indonesia yang berkerja di Perth, Australia, bahwa bekerja di Australia lebih mudah dan umur tidak dipermasalahkan. Hanya saja pengalaman kerja, sertifikat, dan keahlian yang diutamakan. Begitu juga jam kerja di sana lebih pendek jika ditotal perminggunya hanya 38 jam sehingga akhir pekan dapat digunakan untuk waktu pribadi.

Negatifnya, di Australia cost living atau biaya hidup mahal dan cara kerja di sana lebih keras. Sehingga jika tidak kuat bisa jatuh sakit. Di sana juga diwajibkan berbahasa Inggris untuk berkomunikasi. Harus bisa beradaptasi dengan keadaan di sana baik dengan masyarakatnya maupun cuaca yang pasti berbeda dengan di Indonesia. Jadi setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Di mana pun setiap individu tinggal bilamana sistem yang diterapkan rusak akan menjadikan masyarakatnya tidak terjamin kehidupannya. Sebab, tren #KaburAjaDulu merupakan cerminan kegagalan negara yang mengemban kapitalisme dalam menyejahterakan rakyatnya. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan menciptakan pendidikan yang layak dan berkualitas, serta lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Sehingga mendorong rakyat untuk berniat pergi jauh ke negara tetangga untuk mengadu nasib demi sejahtera.

Baca juga: #KaburAjaDulu: Realita Pahit Kapitalisme

Sudut Pandang Islam

Ini tentu saja tidak akan terjadi andai berada dalam naungan sistem Islam. Sebab, Islam memandang menjadi kewajiban negara menjamin kebutuhan asasi rakyat, termasuk dalam mendapatkan pendidikan dan pekerjaan.

Pendidikan sebagai kebutuhan asasi publik harus diselenggarakan dengan layak dan berkualitas. Menjadi hak rakyat untuk mengakses pendidikan secara mudah dan murah bahkan cuma-cuma. Di sisi lain, lapangan pekerjaan pun dijamin ketersediaannya secara luas dengan membangun sektor ekonomi riil di tengah rakyat. Apalagi menjadi kewajiban bagi setiap laki-laki muslim yang telah balig untuk mencari nafkah. Dan negaralah yang wajib menjamin hal ini.

Khatimah

Tujuan pendidikan untuk melahirkan generasi bangsa yang berkepribadian islami, yakni generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap berlandaskan Islam. Pendidikan dalam Islam niscaya mencetak generasi yang cerdik pandai dan berbakat yang mampu menjadi fondasi untuk membangun negara dan menjadi garda depan dalam mengatasi problematika utama rakyat.

Inilah generasi yang tidak akan kabur, karena dijamin kesejahteraannya oleh negara. Generasi terbaik sebagaimana tercantum dalam ayat Al-Qur'an, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.โ€ (TQS Ali Imron: 110) Generasi yang siap menjadi solusi segala problematika bangsa. Insyaallah. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Sri Yana, S.Pd.I Kontributor Narasiliterasi.Id
Previous
Dejavu, Harga Pangan Naik Jelang Ramadan
Next
Kabur Aja Dulu? Back to Islam Aja, deh!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest


1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[โ€ฆ] Baca juga: Tren #KaburAjaDulu, Antara Kekecewaan dan Cita-cita [โ€ฆ]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram