Medsos, Akar Masalah Kekerasan Seksual

Medsos akar masalah kekerasan seksual

Medsos masih tetap menjadi sumber terjadinya kekerasan seksual dan perzinaan terhadap perempuan dan anak-anak selama masih diterapkannya sistem sekuler kapitalisme.

Oleh. Tutik Haryanti
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Media sosial (Medsos) kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Platform Instragram, TikTok, YouTube, Facebook dan lainnya bukan sekadar alat komunikasi tetapi juga sebagai saluran informasi, hiburan dan dan sumber norma budaya.

Namun, tayangan visual ini telah menormalisasi eksploitasi, pelecehan seksual, kekerasan verbal maupun fisik, pornografi, dan lainnya. Ini semua membentuk persepsi dan membangkitkan naluri negatif.

Hal yang senada diungkapkan pula oleh Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi bahwa kekerasan seksual saat ini yang makin melonjak, sumber pengaruh terbesar ialah penggunaan media sosial atau gadget pada anak dan usia remaja yang tidak ada kontrol dan pembinaan yang memadai. (Tempo.co, 11-07-2025)

Lantas, apa akar masalah yang sebenarnya medsos demikian besar pengaruhnya terhadap kekerasan seksual? Adakah solusi dari permasalahan kekerasan seksual yang makin menggila?

Keberadaan Medsos

Sejatinya medsos adalah hasil dari perkembangan teknologi yang dapat membantu interaksi manusia lintas ruang dan waktu. Namun, secara praktiknya kini fungsi medsos menjadi wajah pembentukan opini, budaya, gaya hidup hingga identitas individu dan kolektif.

Ada beberapa hal yang berkenaan dengan keberadaan medsos di antaranya:

Pertama, sebagai wasilah (alat). Pada dasarnya medsos itu sebagai alat yang sifatnya netral, artinya dapat dipergunakan untuk hal kebaikan atau keburukan, sesuai dengan maksud dan tujuan pengguna medsos itu sendiri.

Kedua, sebagai cermin kepribadian. Medsos dapat mencerminkan siapa kita sebenarnya, baik secara individu atau masyarakat. Dari tayangan yang muncul bukan hanya karena algoritma tetapi karena selera atau minat pengguna. Misalnya dari konten-konten yang viral, cenderung seksual, kasar, drama, atau edukatif dan ilmiah. Maka ini menunjukkan karakter pengguna baik individu atau masyarakat.

Ketiga, membentuk budaya dan ideologi. Medsos dapat membentuk gaya hidup seseorang, misal dari cara berpakaian, gaya bicara, pergaulan, dan pandangan politik atau agama. Biasanya medsos saat ini cenderung membentuk karakter hedonisme, konsumerisme, dan permisivisme.

Kapitalisme Digital

Seiring dengan keberadaan medsos hari ini banyak terjadi salah dalam penggunaannya. Tujuan utama mereka hanya sekadar mendapatkan profit bukan moral. Akibatnya, sebagian postingan mereka banyak yang lebih mengutamakan like, follow, view, komen dan lainnya, ketimbang edukatif.

Mereka lebih mendukung pula tayangan/ konten yang menghasilkan materi (cuan), meski bersifat destruction (merusak) secara moral. Inilah saat medsos atau sistem digital dikapitalisasi, maka akan menghasilkan kerugian dan kemudaratan bagi masyarakat. Begitu besar dampak yang ditimbulkan bila kita tidak bijak dalam menggunakannya.

Negara Diam Bahaya Mengancam

Sementara itu, negara hanya berperan sebagai regulator tanpa melakukan pengawasan yang ketat terhadap tayangan di media sosial. Negara juga tidak tegas untuk menindak para pelaku yang menyimpang atau melanggar undang-undang penanyangan di media sosial. Alhasil, makin hari kasus kekerasan seksual di tengah masyarakat yang merusak perempuan dan anak makin meningkat.

Sebab, tayangan yang ditampilkan sudah tidak lagi berpegang pada nilai-nilai moral dan agama. Mereka bebas menormalisasi berbagai konten, misalnya dengan menampakkan aurat secara berlebihan, tayangan seksual atau kekerasan seksual yang dapat merangsang nafsu syahwat orang lain. Meskipun terkadang mereka menganggapnya sekadar lelucon saja sehingga dianggap biasa. Padahal, hal ini dapat meruntuhkan moralitas dan membawa mereka dalam arus tren tak beradab.

Akibatnya, pelecehan seksual saat ini terjadi di mana-mana bahkan mereka melakukannya secara terang-terangan tanpa rasa malu. Mirisnya, korban kekerasan seksual terbanyak adalah perempuan dan anak, bahkan ada pula yang sampai meregang nyawa.

Perempuan yang sejatinya sebagai ibu pencetak generasi harus mengalami depresi akibat perlakuan yang tidak manusiawi. Sedangkan, Anak yang menjadi generasi penerus bangsa harus mengalami trauma sepanjang hidupnya.

Sungguh miris, inilah akar masalah yang sebenarnya, diterapkannya kapitalisme sekuler yang telah merusak ruang hidup bagi perempuan dan anak. Agama dipinggirkan, tidak lagi menjadi standar atau tolok ukur dalam setiap aktifitas atau perbuatan. Mereka hanya mengejar profit dan kesenangan sesaat, tanpa memikirkan adanya pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Solusi Islam terhadap Kekerasan Seksual

Islam sangat memuliakan kaum perempuan. Sebab, perempuan dalam Islam memiliki peran yang sangat penting bagi keluarga dan perubahan peradaban bangsa. Perempuan sebagian pendidik pertama dan utama akan menentukan arah pendidikan bagi anak-anaknya. Pun dalam Islam sangat memperhatikan anak-anak. Mereka yang akan menjadi penerus peradaban Islam harus disayangi dan dikasihi serta berhak mendapatkan pengawasan dan perlindungan baik secara fisik, kehormatan, bahkan nyawanya.

Islam sangat menjaga agar perempuan dan anak tidak akan melakukan ataupun mengalami kekerasan seksual sehingga umat Islam terhindar dari perbuatan zina, bahkan sekadar mendekatinya pun Islam sangat melarang.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Isra ayat 32,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا ۝٣٢

"Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk."

Islam memiliki solusi untuk mengatasi kekerasan seksual secara komprehensif di antaranya:

Pertama, pendidikan moral akidah sejak dini.

Pembinaan dari keluarga dan lembaga pendidikan berbasis Islam untuk menumbuhkan adab pergaulan, mengajarkan batas interaksi laki‑laki dan perempuan, menutup aurat, dan menanamkan nilai amar makruf nahi mungkar.

Kedua, kontrol sosial masyarakat untuk saling menasihati.

Dalam Islam, masyarakat wajib saling mengingatkan dalam kebaikan dan menolak keburukan secara moral (amar makruf nahi mungkar). Bila melihat konten bermasalah di medsos, masyarakat khususnya tokoh agama, harus memberi edukasi dan kritik membangun terhadap pengguna dan pihak platform.

Ketiga, penegakan hukum sesuai syariat.

Islam memiliki sistem hukum khusus untuk pelaku kekerasan seksual, seperti hukum zina (rajam atau cambuk) bagi pelaku perkosaan dan tindakan seksual luar nikah berdasarkan status muhshan atau tidak. Prinsip hukuman tegas dan efek jera harus direfleksikan sesuai sistem hukum Islam.

Keempat, regulasi media berbasis nilai agama.

Negara dan masyarakat Islam perlu mendorong regulasi platform digital agar memfilter konten seksual eksploitatif. Konten semacam itu harus ditandai atau diblokir secara sistemik. Edukasi digital berbasis nilai Islam tentang etika penggunaan medsos perlu disebarluaskan.

Kelima, pembuatan konten Islami edukatif

Penggunaan medsos sebagai media positif, influencer Islami dapat membuat konten dakwah yang membahas isu pergaulan, batas interaksi, kekerasan seksual, dan hak korban. Edukasi daring ini bisa meng-counter terhadap arus negatif produksi konten kapitalistik.

Hanya dengan Khilafah

Kelima cara tersebut akan dapat terealisasi hanya dengan satu jalan, yakni melalui tegaknya negara Islam atau Khilafah Islamiah, yang akan menjadi sistem sahih dalam membasmi segala bentuk kerusakan fisik dan moral baik secara dunia nyata maupun dari media sosial. Dengan demikian umat Islam khususnya perempuan dan anak-anak akan selamat dari permasalahan perzinahan dan kekerasan seksual.

Khatimah

Selama masih diterapkannya sistem sekuler kapitalisme, media sosial masih tetap menjadi sumber terjadinya kekerasan seksual dan perzinaan terhadap perempuan dan anak-anak. Oleh karenanya, pergunakan medsos untuk hal-hal positif yang sesuai dengan hukum syarak.

Sebagai umat Islam kita juga wajib berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam agar hidup kita terbebas dari segala kerusakan moral sehingga Allah turunkan keberkahan.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tutik Haryanti Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Program Trisula: Akankah Jadi Harapan Baru?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram