Bonus demografi yang menerpa Indonesia sebagai negara mayoritas muslim adalah hal besar. Karena Barat tahu potensi bonus demografi jika 'duet maut' dengan semakin derasnya arus opini penegakan syariat dan Khilafah ke seantero jagat raya akan mengancam hegemoninya.
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)
NarasiPost.Com-Bonus demografi akan menerpa Indonesia, bagi pemerintah apakah ini sebuah berkah atau musibah? Namun, bagi para kesatria dakwah, bonus demografi harus dijadikan sebagai peluang dan harapan membumikan opini penegakan syariat yang membawa rahmat ke seluruh penjuru dunia. Bagi Barat, apabila bonus demografi 'duet maut' dengan semakin derasnya arus opini penegakan syariat apakah menjadi ancaman hegemoni mereka?
Di tahun 2030, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Sebanyak 68,3 persen penduduk Indonesia berusia produktif. Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa ini bisa menjadi peluang dan beban bahkan bisa menjadi sebuah bencana apabila tidak bisa mengelolanya dengan baik. (CNBCIndonesia.com, 03-08-2023)
Bonus demografi yaitu kondisi jumlah usia produktif berusia 15-64 tahun lebih besar dibandingkan usia nonproduktif (0-14 tahun dan di atas 64 tahun). Untuk menghadapi ini, BKKBN membuat empat program prioritas yaitu percepatan penurunan stunting, percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, optimalisasi kampung Keluarga Berencana (Kampung KB), dan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana). https://narasipost.com/opini/03/2023/membangun-indonesia-emas-dalam-perspektif-islam/
Bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia diproyeksikan mencapai puncaknya pada 2025. Dalam program sensus penduduk 2020, BPS menghitung jumlah usia produktif sebanyak 186,77 juta orang. Diprediksi akan ada penambahan jumlah penduduk produktif hampir 10 juta orang pada 2025, hingga mencapai 196,13 juta. Di tahun 2050 usia produktif sebanyak 213,41 juta orang. Secara umum jumlah penduduk Indonesia diperkirakan berjumlah 324,05 juta orang.
Sebuah Analisis
Berbicara suatu negara tak akan pernah lepas dari dunia internasional. Dalam konstelasi internasional, negara-negara besar tengah bersaing memperebutkan posisinya menjadi negara pertama di dunia. Bonus demografi yang menerpa Indonesia sebagai negara mayoritas muslim adalah hal besar. Karena Barat tahu potensi bonus demografi jika 'duet maut' dengan semakin derasnya arus opini penegakan syariat dan Khilafah ke seantero jagat raya akan mengancam hegemoninya. Sejak lama, Barat tahu akan hal ini dan terus berupaya mengadang potensi-potensi itu. Setidaknya ada dua hal yang harus dicermati, yaitu:
Pertama, Barat membendung penambahan kuantitas muslim terutama bonus demografi yang akan melanda Indonesia, salah satunya dengan program KB yang kini makin marak digencarkan oleh pemerintah dengan dalih penurunan stunting, kemiskinan, dan lainnya. Lalu, tren childfree dan LGBT yang merasuk ke tubuh generasi muda dan menjadi gaya hidup serta memiliki 'pelindung' dari orang-orang hebat (banyak cuan). Kita lihat, waktu dan fakta yang berbicara, program tersebut blunder bagi mereka terutama negara yang mengalami depopulasi parah. Seperti Jepang, Cina, dan Korea.
Kedua, Barat mengadang dengan garang potensi tersebarnya opini syariat dan Khilafah dengan racun deradikalisasi. Tak heran, dana yang digelontorkan untuk deradikalisasi sangat fantastis miliaran rupiah. Berbagai program dirancang untuk menghalau pergerakan dan aktivitas dakwah syariat dan Khilafah. Barat menggambarkan para pejuang Khilafah sebagai monster yang menakutkan yang akan memecah belah NKRI maka harus diperangi.
Padahal, segala kerusakan yang ada di Indonesia seperti karut-marutnya lingkaran korupsi, maraknya free seks, aborsi, LGBT, dan narkoba bukan dari para pejuang Khilafah melainkan dari penerapan sistem yang rusak yaitu kapitalisme. Akan tetapi, rezim selalu mencari kambing hitam permasalahan yang muncul akibat dari orang-orang radikal versi rezim yaitu yang ingin menerapkan syariat Islam.
Barat paham, jika opini Khilafah terus berkembang akan mampu membangkitkan gairah kebangkitan umat Islam dalam skala global bersatu di bawah naungan Khilafah. Jika ini terjadi, bukan hanya penyatuan kuantitas tetapi lebih dari itu. Semua kekayaan alam dan yang dimiliki oleh negeri-negeri kaum muslim akan dipersatukan sehingga menjadi potensi yang luar biasa dalam menghadapi kekuatan global negara pertama saat ini. Ditambah janji Allah dan bisyarah Baginda Nabi saw. yang menjadi spirit dahsyat umat Islam dalam berdakwah menancapkan opini Khilafah di benak umat.
Maka, bonus demografi negeri-negeri kaum muslim terutama Indonesia di tengah konstelasi internasional sangat diwaspadai oleh pemegang hegemoni global yaitu AS sebagai negara pertama di dunia saat ini. Meminjam istilah dari Syekh Taqiyuddin an-Nabhani di dalam bukunya, "Konsepsi Politik Hizbut Tahrir", di dalam konstelasi internasional terdapat negara pertama dan negara-negara lain yang ada di sekitarnya. Istilah negara dibagi menjadi, negara pertama, negara pengikut, negara satelit, dan negara independen. Negara pertama ialah negara yang sedang menguasai dunia, yaitu AS. Negara pengikut ialah negara yang terikat dengan negara lain dalam politik luar negerinya dan sebagian masalah negerinya. Misalnya, Mesir terhadap AS.
Adapun negara satelit yaitu negara yang politik luar negerinya dalam ikatan kepentingan dengan negara lain, akan tetapi bukan ikatan sebagai pengikut. Misalnya, Jepang terhadap AS. Sedangkan negara independen yaitu negara yang mengelola politik dalam dan luar negerinya sesuai kehendaknya sendiri atas dasar kepentingannya sendiri. Misalnya, Prancis, Cina, dan Rusia. Dalam istilah ini, negeri-negeri kaum muslim masuk kategori negara pengikut. Namun, bukan hal yang mustahil jika suatu saat nanti negeri-negeri kaum muslim sedunia dipersatukan menjadi negara pertama.
Pergulatan Hegemoni dalam Konstelasi Internasional
Predikat posisi negara pertama di dunia sebenarnya bukan hal baru, bahkan sudah ada sejak zaman dahulu. Mesir dalam sejarah kuno adalah negara pertama, dan Asyur di Irak bersaing dengannya untuk mendapatkan posisi ini. Kekaisaran Romawi dahulu negara pertama, Persia bersaing untuk mendapatkan posisi ini. Negara Islam, dari khulafaurasyidin hingga Perang Salib, menyandang predikat negara pertama dan tak ada pesaing saat itu.
Khilafah Utsmani negara pertama saat itu selama hampir tiga abad, tak ada pesaing hingga pertengahan abad ke-18. Sebelum Perang Dunia I, Jerman negara pertama, Inggris dan Prancis menjadi pesaingnya untuk posisi ini. Setelah Perang Dunia I, Inggris negara pertama, Prancis dan Jerman menjadi pesaing untuk posisi ini. Saat itu Jerman hampir menjadi negara pertama sampai Perang Dunia II, Amerika pada saat itu terlibat dalam perang yang akhirnya Amerika menjadi negara pertama.
Lalu, Amerika merancang politik internasional dan konstelasi internasional yang membuatnya menjadi negara paling maju untuk membuat kebijakan internasional dan terus mengontrol konstelasi internasional. Negara lain seperti Uni Soviet, Inggris dan Prancis pada waktu itu terus mencoba bersaing dengannya.
Melihat potensi bonus demografi yang akan menerpa Indonesia dan jika bersatu seluruh umat Islam di dunia akan menjadi kekuatan besar. Saat ini jumlah penduduk muslim di dunia mencapai 2 miliar, posisi kedua setelah umat Kristen yang jumlahnya 2,4 miliar. Namun, diprediksi oleh beberapa peneliti, muslim akan melebihi jumlah umat Kristen di tahun 2050. (CNBCIndonesia.com, 28-03-2023)
Sebuah Isyarat
Isyarat bahwa Islam dan umat Islam akan bangkit kembali memimpin dunia dan dimulai dari Asia Tenggara terutama Indonesia bisa dilihat dari riwayat Tsauban r.a., dia berkata, telah bersabda Rasulullah saw., "Akan datang panji-panji hitam dari sebelah Timur (Nusantara), seolah-olah hati mereka kepingan-kepingan besi. Siapa saja mendengar tentang mereka hendaklah datang kepada mereka dan berbaiatlah kepada mereka sekalipun merangkak di atas salju." (Dikeluarkan oleh Al-Hasan bin Sofyan dari Al-Hafiz Abu Nuaim, dari kitab Al-Hawi lil Fatawa oleh Imam Sayuti)
Dikenal di dunia Islam terdapat dua Timur, yaitu Timur Tengah dan Timur Jauh (Asia Tenggara). Jika diukur dari segi peluang dan lainnya, besar kemungkinan Timur yang dimaksud dalam hadis di atas adalah Timur Jauh (Asia Tenggara). Potensi kuantitas umat Islam dan geliat kebangkitannya, Timur Jauh lebih menonjol dari Timur Tengah. Kawasan strategis Asia Tenggara semakin menarik perhatian dunia, dilihat dari aspek politik, ekonomi, kebudayaan, agama, dan akademis. Para pengamat mengakui dan meneliti di tahun 1990-an, bahwa Asia Tenggara sebuah kawasan di mana gejolak Islamnya menunjukkan dinamika yang sangat menarik. Moeflich Hasbullah mengatakan, "Asia Tenggara memiliki kesempatan menjadi konsentrasi peradaban Islam di masa depan."
Para penulis seperti, Malik bin Nabi (penulis Prancis), Dr. Abdus Sallam Harras (Univ. Qarawiyyun Maroko), Judith Nagata (penulis Amerika), Mahmud Bajahji (mantan PM Irak) yakin bahwa kebangkitan Islam akan bermula dari Asia Tenggara, dengan tulang punggungnya Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Barat risau melihat peningkatan pengamalan Islam khususnya di kalangan pemuda dan intelektual Indonesia dan Malaysia. https://narasipost.com/opini/12/2020/mengelola-potensi-bonus-demografi-dengan-sistem-ilahi/
Dalam sebuah laporan (27-05-1998) senior Prancis yang saat itu berkunjung ke Indonesia, menulis, "Betapa risaunya Barat melihat peningkatan pengamalan Islam terutama oleh kalangan pemuda, mahasiswa, dan intelektual. Meningkatnya muslimah Indonesia yang berjilbab pun menjadi sorotan, dan meningkatnya jumlah orang pergi haji sehingga harus diberi kuota. Barat mengkhawatirkan dua hal yaitu Indonesia akan menjadi Republik Islam atau menjadi salah satu pusat fundamentalis dunia."
Potensi Timur Jauh
Di antara potensi Timur Jauh (Asia Tenggara) menjadi tonggak kebangkitan Islam di dunia yaitu:
Pertama, adanya kelompok dakwah atau jemaah Islam yang memiliki cita-cita besar bahkan ada yang berskala internasional dan pejuang Islam yang gigih serta berakidah Islam yang kokoh. Dakwah global dan universal tersebut terus bergerak ke seluruh dunia tanpa mengenal batas politik, geografi, bangsa dan negara serta memiliki wawasan yang luas. Cita-cita besarnya ialah menerapkan syariat di muka bumi, menjemput janji Allah, dan bisyarah Baginda Nabi saw. agar tersebar rahmat ke seluruh alam.
Kedua, sumber alam yang kaya baik di permukaan bumi berupa tanah yang subur, hutan, flora dan fauna yang beraneka ragam. Maupun yang berada di dalam bumi seperti tambang-tambang minyak, gas bumi, emas, dan berbagai jenis mineral lainnya. Kekayaan lautnya pun luar biasa, baik berupa potensi perikanan dan pertambangan bawah laut.
Ketiga, jumlah penduduk muslim yang banyak lebih dari 200 juta orang dan berdasarkan prediksi bonus demografi akan terus bertambah. Apalagi jika menggabungkan seluruh potensi negeri-negeri kaum muslim sedunia.
Keempat, isyarat dari hadis di atas bahwa kebangkitan umat Islam dimulai dari Timur (Timur Jauh). Ibarat rumah, Timur Jauh yang menjadi pondasinya untuk membangun rumah yang kokoh, yaitu Khilafah.
Khatimah
Fokus umat Islam, di Indonesia khususnya yaitu terus bergerak, berdakwah, dan berupaya di wilayah yang dikuasai. Memancarkan opini syariat dan Khilafah ke seantero negeri hingga pertolongan Allah datang. Tak mengenal lelah, karena istirahat yang abadi di surga-Nya. Tak pernah menunda amanah dan agenda dakwah, karena waktu sangat berharga dan tak akan pernah kembali. Tak pernah berhenti belajar untuk memberikan yang terbaik bagi umat.
Fokus mencetak dan mempersiapkan generasi penakluk Roma menyongsong peradaban mulia, generasi tangguh nan cemerlang yang akan memimpin dunia suatu saat nanti. Generasi yang menggentarkan musuh Islam karena dalam pandangan mereka ialah hanya satu di antara dua pilihan yaitu hidup mulia atau mati syahid. Wahai umat Islam, mari bersegera menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya serta menjemput janji Allah dan bisyarah Rasulullah saw. Mari kita sambut kemenangan Islam. Takbir!
Allahu a'lam bishawab.
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Barakallah Mba, suka naskahnya, analisisnya tajam..
Wa fiik barakallah ❤️
Jazakillah Khair ❤️❤️❤️
MaasyaaAllah, analisis yang mencerdaskan.
Jazakillah Khair, bunda ❤️
Kemenangan Islam pasti terwujud karena sudah janji Allah. Ngerinya barat melihat para pengembang dakwah, mestinya ini harus menjadikan kita untuk lebih bersemangat lagi dalam berkiprah demi kejayaan Islam.
Keren nih penulis hebatku. Semoga daku tertular ya, mohon doa dari semuanya
Kita saling mendoakan, bunda
Jazaakillah khair sudah mampir ❤️❤️
Jazaakunnallah Khair tim NP ❤️❤️❤️❤️
Semoga bermanfaat ❤️
Hayuk, kita sebarkan opini Islam ke seantero dunia.
Barakallah teh Sher, demografi menjadi kelebihan negara kita, memang kalo saja dimanfaatkan untuk kemaslahatan dengan islam kaffah MasyaAllah pasti akan membesarkan islam yang semakin cemerlang
Wa fiik barakallah ❤️❤️❤️
Masyaallah. Semoga kemenangan Islam bisa segera terwujud dengan perjuangan sungguh - sungguh tentunya.
Barakallah mba @Sherly.
Amin ❤️
Semoga saja, bonus demografi di Timur Jauh yaitu Indonesia menjadi cikal bakal tegaknya Khilafah aamiin.
Amin ❤️
Jazaakillah Khair sudah mampir ❤️
Selalu sedih membaca fakta yang terjadi, tapi menemukan harapan kembali ketika membaca opini Islam yang tak henti-henti dihadirkan oleh pejuang tangguh di penjuru bumi.
Semoga langkahmu menyadarkan umat lewat opini ini menjadi wasilah tegaknya Islam di bumi Ilahi.
Amin❤️
Jazaakillah Khair sudah mampir ❤️
Membaca Konstelasi selalu bertambah kerinduan akan hadirnya Khilafah Islamiyah.
Barokallah, Teh. Tulisannya keren
Cikguuuu
Jazaakillah Khair sudah mampir ❤️❤️
Semoga umat Islam bisa mengambil peluang emas bonus demografi demi kebangkitan Islam.
Amin ❤️❤️❤️
Barakallah Teh Serly. Tulisan yang sangat apik. Merinding bacanya. Para pengemban dakwah memang harus bisa memanfaatkan bonus demografi sebagai peluang dakwah menuju tegaknya Islam kaffah.
Semoga para pejuang dakwah tetap berada pada barisan keistiqomahan hingga menjemput Nasrullah dengan tegaknya kembali Islam kaffah di muka bumi ini. Aamiin.
Wa fiik barakallah
Aamiin ❤️
AllahuAkbar
Allahu Akbar ❤️
Teh, MaasyaaAllah tulisannya keren banget, insyallah semangat memenuhi ajakannya untuk bersegera menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya serta menjemput janji Allah dan bisyarah Rasulullah saw tentang kemenangan Islam
Semangaats
Jazakillah Khair ❤️❤️❤️
[…] Bonus demografi adalah peluang (window of opportunity) yang dimiliki suatu negara, karena besarnya proporsi penduduk produktif, yaitu rentang usia 16-64 tahun. Bonus demografi terjadi karena evolusi kependudukan yang dialami semenjak puluhan tahun sebelumnya. Puncak masa bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi di tahun 2030-2040. Karunia ini, tentu harus dimanfaatkan seoptimal mungkin agar mampu mengantarkan menjadi bangsa yang maju, juga terangkat harkat dan martabat setiap individu bangsa.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/bonus-demografi-di-tengah-konstelasi-internasional-ancam… […]
Bonus demografi peluang untuk tegaknya hukum Allah. Sambut janji Allah dengan terus eksis dibarisan dakwah melalui karya literasi.
Jazakillah Teh tulisan selalu menarik
Jazaakillah Khair, bunda ❤️
[…] Namun, investasi itu sebenarnya hanya memberikan keuntungan bagi negara investor. Mereka akan mengeruk kekayaan alam negara. Negara pemilik kekayaan hanya akan mendapatkan keuntungan yang sangat kecil. Seperti yang didapatkan Indonesia dari eksplorasi tembaga dan emas di Papua. Indonesia hanya mendapatkan royalti sebesar 1%, kemudian naik menjadi 3,75%. Padahal, laba yang diperoleh dari eksplorasi tersebut memberi sumbangan yang besar sehingga Freeport-McMoRan menjadi perusahaan terkaya nomor enam di dunia. https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/bonus-demografi-di-tengah-konstelasi-internasional-ancam… […]
[…] https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/bonus-demografi-di-tengah-konstelasi-internasional-ancam… […]