Moderasi Beragama dan Generasi Muda

moderasi beragama dan generasi muda

Rasa takut Barat akan kebangkitan Islam membuat segala macam cara dilakukan, termasuk menggaungkan moderasi beragama terhadap generasi muda.

Oleh. Ni’mah Fadeli
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Anak adalah generasi harapan dan penerus bangsa. Oleh karena itu, sudah semestinya anak tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga menjadi amanah negara. Anak berhak mendapat perhatian penuh agar tumbuh menjadi pribadi dewasa yang siap meneruskan pembangunan negara menjadi lebih baik dan maju.

Dalam diri anak harus ditanamkan pendidikan agama yang kuat sebagai fondasi utama agar tidak mudah goyah ketika mengarungi bahtera kehidupan. Nilai-nilai yang baik dan benar harus diupayakan diberikan sejak usia dini, baik oleh orang tua, masyarakat maupun negara. Salah satu nilai yang menjadi fokus serta dianggap penting bagi negara adalah pemahaman moderasi beragama pada anak usia sekolah.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh istri presiden, Iriana Joko Widodo dan istri wakil presiden, Wury Ma’ruf Amin. Pesan tersebut disampaikan kepada 500 pelajar di Balikpapan dalam kegiatan bertajuk Sosialisasi Moderat Sejak Dini yang mengangkat tema, “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia”. Kegiatan ini turut dihadiri istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM.

Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa ada empat pilar moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada para pelajar, yaitu komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal. (detik.com, 11-09-2024)

Moderasi Beragama, Proyek Barat

Cara pandang yang moderat terhadap agama adalah inti dari moderasi beragama. Hal ini diwujudkan dengan tidak berlebihan dalam memahami dan mengamalkan agama itu sendiri. Beberapa tahun terakhir moderasi beragama memang sangat nyata digaungkan oleh pemerintah hingga masuk ke kurikulum pendidikan dan disosialisasikan di berbagai kegiatan.

Sementara itu, berbagai problematika remaja yang saat ini makin marak terjadi, seperti perundungan, seks bebas, tawuran, pornografi, pinjaman online, judi online, dan seterusnya yang sedemikian serius, membutuhkan penanganan segera. Anehnya, yang menjadi fokus pemerintah justru memahamkan betapa pentingnya moderasi beragama untuk para pelajar.

Jika dicermati lebih dalam, segala problem remaja di atas sumbernya adalah karena jauh dari agama. Dengan pemahaman agama yang benar, maka seorang remaja tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang agama seperti tersebut di atas.

Selain benteng pribadi, tentu harus ada negara yang menjadi perisai. Hal tersebut tentu sangat sulit terjadi jika negara membiarkan konten kekerasan, pornografi, praktik riba juga judi terus berkembang. Sayangnya, inilah yang terjadi sekarang ketika sistem sekuler kapitalisme menguasai dunia.

Sistem sekuler kapitalisme tak mengenal halal haram. Agama hanyalah sebuah ritual antara manusia pribadi dan Tuhan saja. Olehnya itu, tak patut segala urusan membawa aturan dari Sang Pencipta. Kehidupan harus dijauhkan dari agama karena merasa manusia memiliki kemampuan yang luar biasa.

Moderasi Beragama, Membentuk Toleransi Salah

Di sisi lain, keuntungan materi adalah poros hidup. Oleh karena itu, seberapa pun kerusakan yang ditimbulkan, jika itu menguntungkan dan menambah cuan akan terus dilestarikan. Gaya hidup liberal digencarkan sehingga membuat makin jauhnya manusia dari Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta'ala.

Begitulah, Barat dengan sistem kapitalismenya menguasai dunia saat ini. Rasa takut Barat akan kebangkitan Islam membuat segala macam cara dilakukan, termasuk menggaungkan moderasi beragama terhadap generasi muda. Hal ini agar muslim tetap lelap dan tak menyadari bahwa hanya Islam satu-satunya sistem yang benar untuk mengatur kehidupan.

Baca: bahaya-toleransi-kebablasan/

Pemahaman menjadi sosok moderat dalam beragama dan tak usah terlalu fanatik, menjadi sangat urgen ditanamkan sejak dini. Semuanya dilakukan demi dalih toleransi. Padahal memahami dan menjalankan Islam dengan benar, bukan berarti tidak toleransi. Hanya saja, ada batasan dari Allah sebagai Sang Pencipta dunia dan segala isinya. Manusia sebagai hamba tidak bisa melewatinya dengan menuruti hawa nafsunya saja.

Akidah Kuat Problematika Lewat

Islam memberi tuntunan yang benar kepada manusia dalam memaknai dan menjalani kehidupan karena hidup bukan hanya sekali. Akan ada pertanggungjawaban setelah manusia mati. Oleh karena itu, Allah memberi semua aturan untuk keselamatan manusia itu sendiri.

“Sungguh agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Siapa saja yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, sungguh Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19)

Oleh karena itu, Islam menekankan pendidikan akidah bahwa tujuan manusia diciptakan hanya untuk beribadah pada Allah. Setiap perbuatan harus didasarkan pada halal haram yang telah Allah tetapkan.

Selain itu, kebebasan dibatasi oleh syariat, bukan kebebasan tanpa batas yang menuruti hawa nafsu. Tidak menjadikan keuntungan dunia sebagai tujuan, maka negara dengan sistem Islam akan membuat kebijakan sesuai syariat.

Tujuan pendidikan Islam adalah mencetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Anak yang memiliki kepribadian Islam akan terjaga dari hal-hal yang terlarang dalam agama. Olehnya itu, dengan sendirinya berbagai problem yang berasal dari kemerosotan moral pun tidak akan terjadi.

Khatimah

Berislam secara benar artinya melakukan semua syariat Islam dalam setiap embusan napas yang telah Allah anugerahkan. Artinya, setiap perbuatan pribadi, pergaulan di masyarakat juga aturan negara hanya akan didasarkan untuk meraih rida Allah. Dengan demikian, Islam sebagai rahmatan lil-'alamin dapat dirasakan di seluruh penjuru bumi.
Walllahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ni'mah Fadeli Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Kapabilitas Calon Pemimpin dalam Perspektif Islam
Next
Laki-Laki Durjana Menghamili Anaknya, kok Bisa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram