Perguruan Tinggi Terbaik Versi The WUR, Bagaimana Indonesia?

Perguruan Tinggi Terbaik Versi THE WUR

Realitas ini sangat miris, mengingat begitu banyak kampus bonafide dengan harga selangit yang harusnya juga menjadi kandidat perguruan tinggi yang lolos.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Hanya Universitas Indonesia satu-satunya kampus di Indonesia yang masuk ke dalam kategori 1000 perguruan tinggi terbaik di dunia versi The WUR 2025. Realitas ini sangat miris, mengingat begitu banyak kampus bonafide dengan harga selangit di Indonesia yang harusnya juga menjadi kandidat perguruan tinggi yang lolos.

Inilah fakta rendahnya ranking perguruan tinggi di Indonesia di tingkat dunia. Hanya UI yang masuk 1000 terbaik. Hal ini menjadi pertanyaan, mengapa begitu banyak perguruan tinggi yang tidak memenuhi kualitas standar dunia? Apa pula yang harus dilakukan ke depannya agar semua perguruan tinggi bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa bersaing secara global?

Dikutip dari laman kompas.com, pada tahun ini sekitar 2.092 universitas dari 115 negara dan wilayah di dunia, ternyata UI berhasil meraih peringkat yang cukup membanggakan. Ya, UI kini menduduki peringkat pertama perguruan tinggi di Indonesia dan peringkat kedelapan se-Asia Tenggara.

Hebatnya, peningkatan prestasi PT UI di THE WUR 2025, tidak hanya terlihat dalam jumlah skor, tetapi juga peringkat dalam tiga bidang utama, yaitu pengajaran, keterlibatan industri, dan pandangan internasional. Terkait pengajaran, UI mengalami kenaikan peringkat dari 198 menjadi 194. Selanjutnya adalah keterlibatan industri yang naik dari 773 menjadi 172. Berikutnya tentang pandangan internasional pun mengalami kenaikan dari peringkat 576 menjadi 527.

Hal ini patut diacungi jempol dan menjadi bukti peningkatan kualitas dalam berbagai aspek yang diraih oleh UI. Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. mengungkapkan, besar harapannya bahwa pencapaian UI ini menjadi motivasi bagi seluruh civitas akademika UI untuk terus berinovasi dan makin memperkuat posisi UI di tingkat dunia pada masa yang akan datang. “UI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat sehingga bisa bersaing di panggung internasional dan berkontribusi bagi bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Motivasi untuk Perguruan Tinggi dalam Berinovasi di Masa Depan

Lima tahun secara berturut-turut UI meraih peringkat pertama di Indonesia. Dengan pencapaian tersebut, pihak UI makin optimis akan membawa perubahan positif dan berkontribusi dalam pendidikan tinggi. Bahkan, kontribusi dan perubahan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi secara global.

Keberhasilan UI dalam pencapaian ini menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi di seluruh Indonesia agar terus semangat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, bisa berkompetisi secara sehat di kancah internasional. Tidak menutup kemungkinan peguruan tinggi lain di Indonesia pun dapat tampil dengan baik di kancah internasional.

Saat ini, UI masuk ke dalam 1000 perguruan tinggi terbaik, tetapi bisa jadi merangkak naik menjadi 10 perguruan tinggi terbaik. Sayangnya, 10 kampus terbaik di dunia masih didominasi oleh negara Barat, yaitu Amerika dan Inggris. Namun, tidak menutup kemungkinan suatu saat UI juga mampu bersaing secara global menjadi perguruan tinggi terbaik. Dengan demikian, nantinya bisa membawa nama baik bangsa Indonesia lebih harum di dunia.

Baca juga: pendidikan-bernasib-tragis-di-bawah-kapitalisme/

Sayangnya, saat ini kondisi perguruan tinggi di Indonesia terbelit berbagai persoalan, yaitu rasio rendah, UKT mahal, kurikulum MBKM yang hanya mencetak calon buruh, minimnya dana riset, kualitas pengajar jurnal, predator pendidik abal-abal, dan sebagainya. Itu semua berdampak pada rendahnya kualitas perguruan tinggi di Indonesia.

Oleh karena itu, wajar saja apabila banyak perguruan tinggi di Indonesia yang kalah bersaing dengan perguruan tinggi asing di luar negeri. Mengingat sistem pendidikan dan dukungan dari pemerintah juga memengaruhi hal tersebut.

Akar Masalah Perguruan Tinggi, Komersialisasi Pendidikan

Akar masalah dalam perguruan tinggi adalah komersialisasi pendidikan di bawah sistem kapitalisme. Negara hanya memandang pendidikan sebagai alat reproduksi ala kapitalisme sehingga visinya hanya untuk menggenjot ekonomi. Di sisi lain, negara saat ini lepas tangan dengan realitas yang terjadi.

Ya, apabila kita hanya mengambil keuntungan tanpa memperhatikan nilai karena berorientasi pada uang, tujuan pendidikan yang diharapkan tidak mungkin tercapai. Ditambah lagi dengan banyaknya perguruan tinggi yang bersaing ketat di dunia internasional.

Amerika dan Inggris yang memiliki perguruan tinggi terbaik, mampu menjadi pelopor bagi lahirnya generasi gemilang yang menjadi sumber daya manusia dengan kualitas terbaik. Lantas, mengapa kita masih saja seperti ini? Tidakkah kita malu, apalagi mayoritas di negeri kita adalah muslim? Bagaimana cara agar kita bisa meraih kejayaan dalam dunia pendidikan sehingga di mata dunia kita patut diperhitungkan dan tidak dipandang sebelah mata?

Mekanisme Khilafah untuk mewujudkan perguruan tinggi menjadi kampus top dunia pada zamannya, menjadi harapan di masa yang akan datang. Hal ini agar perguruan tinggi bisa bangkit untuk menjadi yang terbaik. Tentu saja dengan visi misi yang sesuai kurikulum, pendanaan, kualitas pengajar, fasilitas kampus, iklim, dan riset. Sayangnya hal ini masih sulit dilakukan.

Namun, kita masih punya kesempatan untuk mendidik generasi selanjutnya agar harapan dapat terwujud. Oleh karenanya, sudah saatnya kita keluar dari kapitalisme dan kembali pada sistem Islam. Selain itu, kita harus mengembalikan pendidikan dengan cara Islam agar lahir generasi gemilang. Menurut laman pwmjateng.com, tiga pilar kecerdasan manusia, yaitu spiritual, salat, dan berdoa. Inilah yang menjadi tantangan bagi orang tua dalam mendidik anak.

Mendidik Generasi Cemerlang dengan Sistem Islam

Apakah kita mampu mendidik generasi kekinian, baik generasi Y, Z, dan Alpha? Jika tidak, solusinya adalah dengan keteladanan. Dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah [2] ayat 44 berbunyi, “Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?”

Ayat ini menjelaskan tentang rasa optimis dalam mendidik generasi gemilang di masa depan dengan memberikan contoh teladan yang baik. Sementara itu, dalam Al-Qur'an surah As-Saff ayat 2—3 berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

Kedua ayat tersebut mengandung makna yang sama, yaitu keutamaan untuk mendidik dengan menjadi suri teladan yang baik bagi anak-anak. Sejatinya anak-anak kita adalah peniru ulung. Bagaimana contoh dalam kehidupan nyata apakah kita sebagai orang tua sudah memberikan teladan yang baik? Bagaimana mungkin anak-anak kita suka baca tulis, jika kita tidak kenalkan dengan dunia literasi? Tentu saja pendidikan anak-anak tergantung oleh orang tua dalam mendidiknya.

Dengan demikian, kita harus mendidik generasi emas Indonesia dengan mengenalkan agamanya. Kemudian mendidik dengan memberikan pengetahuan agar mereka bisa berpacu dalam dunia pendidikan. Selain itu, mereka bisa bersaing di masa depan sehingga suatu saat bisa memberikan angin segar dan menjadi kebanggaan bangsa, terutama dalam kancah internasional. Semoga tulisan ini mencerahkan bagi kita semua, aamiin.
Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Mahyra Senja Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kepemimpinan, Beban Berat di Akhirat
Next
Membuang Kemalasan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram