Gedung Ponpes Ambruk, Cermin Buruk Fasilitas Pendidikan

Gedung ponpes ambruk

Negara berlepas tangan dan membiarkan lembaga pendidikan mengupayakan pemenuhan fasilitas pendidikannya secara mandiri.

Oleh. Khusnul Khotimah, SP
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id--Kejadian ambruknya gedung musala Ponpes Al-Khoziny beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban maupun dunia pendidikan Islam. Di tengah semangat membangun fasilitas pendidikan, gedung musala yang masih dalam proses pembangunan tingkat 3 dan 4 tersebut ternyata tetap digunakan untuk aktivitas ibadah para santri di lantai 2. Dan pada akhirnya terjadi kejadian ambruknya gedung dengan memakan banyak korban yang sedang malaksanakan salat asar berjamaah.

Data terakhir menyebutkan bahwa jumlah total korban sebanyak 104 yang selamat dan 67 korban meninggal termasuk potongan-potongan tubuh.

Para pakar konstruksi menilai bahwa ambruknya gedung tersebut disebabkan karena kondisi gedung yang gagal kontruksi dan lemahnya pengawasan. Bangunan tidak mampu menyangga bangunan di tingkat atasnya, sehingga menyebabkan ambruk. Kondisi ini dinilai terjadi karena keterbatasan dana dan sarana prasarana pendidikan di pesantren. Sehingga bangunan tersebut tetap digunakan untuk ibadah walaupun sedang dalam proses pembangunan. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi santri karena resiko yang sangat besar dan terbukti dengan kejadian ambruknya gedung tersebut. (detikjatim.com, 29-9-2025)

Abainya Peran Negara

Minimnya fasilitas pendidikan sebenarnya banyak terjadi tidak hanya di lembaga pesantren. Namun, juga di sekolah-sekolah lainnya, baik negeri maupun swasta. Kejadian ambruknya bangunan sekolah ataupun fasilitas pendidikan lainnya sudah sering terjadi dan umumnya memakan korban, baik korban luka maupun korban jiwa.

Hal ini mencerminkan buruknya perhatian pemerintah terhadap pemenuhan fasilitas pendidikan di negeri ini. Seringkali negara berlepas tangan dan membiarkan lembaga pendidikan mengupayakan pemenuhan fasilitas pendidikannya secara mandiri. Sehingga orang tua yang dibebani dengan iuran pembangunan. Bahkan lembaga pendidikan harus bersusah payah mencari donatur untuk menggalang dana pembangunan fasilitas pendidikan.

Penerapan sistem kapitalis sekular menjadi faktor utama tidak terpenuhinya kebutuhan dasar rakyat. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang seharusnya dipenuhi oleh pemerintah.

Dalam sistem kapitalisme, negara hanya berfungsi sebagai regulator, buka pemeran utama dalam melayani kebutuhan rakyat. Sehingga wajar jika hanya sebagian saja masalah pendidikan yang diperhatikan oleh pemerintah, selebihnya masyarakat dibiarkan memenuhi sendiri kebutuhan pendidikan.

Biaya Pendidikan

Besarnya biaya pembangunan fasilitas pendidikan yang seharusnya dibiayai oleh negara, menjadi beralih ke lembaga dan masyarakat. Hal ini menyebabkan ironi di tengah-tengah masyarakat. Dengan segala keterbatasan, lembaga berupaya memenuhi fasilitas yang pada akhirnya kurang memperhatikan keselamatan dan keamanan.

Dengan kejadian ini, seharusnya menjadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan lagi masalah fasilitas pendidikan terutama pemenuhan fasilitas gedung agar mencukupi kebutuhan dan aman bagi peserta didik. Saat ini sudah ada pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh pemerintah. Mulai saat ini pemerintah akan mendata bangunan-bangunan pesantren yang sudah tua dan yang dianggap rawan. Negara akan berupaya membantu membangun kembali gedung- gedung tersebut dari dana APBN dengan melibatkan kementrian Agama dan kementrian PU.

Wacana ini tentu disambut dengan baik oleh masyarakat. Namun, buru-buru ada koreksi bahwa pembangunan dengan biaya APBN masih akan dikaji lagi belum menjadi keputusan final.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut, menunjukkan bahwa memang pemerintah belum sepenuh hati menganggarkan APBN untuk kebutuhan pendidikan terutama di pesantren. Seperti yang sudah terjadi selama ini, dunia pendidikan Islam terutama pesantren masih terpinggirkan dari perhatian serius pemerintah.

Baca juga: Komersialisasi Pendidikan

Islam Menjamin Bidang Pendidikan

Islam mengatur semua bidang kehidupan manusia secara sempurna dan menyeluruh (kaffah).

Dalam bidang pendidikan, Islam berpandangan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara. Untuk itu negara berkewajiban untuk memenuhi semua sarana prasarana dan segala hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Negara akan mengalokasikan dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat. Tidak ada perbedaan antara sekolah negeri atau swasta, sekolah umum maupun sekolah berbasis agama. Semua menjadi tanggung jawab negara. Tidak ada yang satu lebih diprioritaskan dan yang lain dinomorduakan. Semua mendapatkan perhatian penuh karena menjadi tanggung jawab pemerintah, yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya, "Imam (penguasa) adalah pengurus rakyat. Dia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhori)

Negara dalam Islam mempunyai pendapatan/pemasukan dana dari banyak sumber. Negara tidak mengandalkan pemasukan dari pajak, seperti yang terjadi pada negara yang menganut sistem kapitalisme.

Pemasukan negara ini dari pengelolaan sumber daya alam yang merupakan hak milik rakyat dan wajib dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat. Negara juga mendapatkan pemasukan dari harta ghanimah, fa'i, jizyah, khoroj dan zakat. Semua sumber pemasukan itu akan dikumpulkan di baitulmal dan akan didistribusikan untuk semua kebutuhan rakyat secara sentralisasi.

Dengan sistem pengelolaan dana terpusat, maka seluruh kebutuhan rakyat akan terpantau oleh negara, sehingga negara akan mampu membuat skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan rakyat di segala bidang yang menjadi tanggung jawab negara.

Khatimah

Penerapan Islam secara kaffah di bawah pimpinan seorang khalifah akan mampu mengurus urusan umat dengan optimal. Semua ini akan bisa terwujud karena pemimpin dalam Islam akan menjalankan perannya sebagai pengurus urusan rakyat. Baginya jabatan adalah amanah yang merupakan tanggung jawab yang besar dihadapan Allah Swt.

Dengan sistem aturan Islam yang sempurna dan diridai oleh Allah Swt., insya Allah kehidupan umat Islam akan dipenuhi dengan kebaikan dan keberkahan.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Khusnul Khotimah Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Gaza: Matinya Hukum Internasional
Next
Pemuda Pemegang Kompas Peradaban
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram