
Bencana banjir akan sulit diselesaikan hingga ke akar masalahnya selama peraturan kehidupan dikendalikan sistem sekuler kapitalisme
Oleh. Dewi Jafar Sidik
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Bencana alam terjadi di mana-mana seiring datangnya musim penghujan. Bencana banjir bandang, tanah longsor, dan bencana alam lainnya terjadi di beberapa daerah di negeri ini.
Dikabarkan Kota Sukabumi porak-poranda diterjang banjir. Banjir yang terjadi itu merupakan dampak dari hujan deras yang mengguyur kota tersebut sejak Senin (2-12-2024) selama dua hari berturut-turut. Bencana ini menjadikan Sungai Cimandiri meluap dan merendam puluhan rumah di Kampung Mariuk, RT 01, RW 01, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. (Detik.com, 8-12-2024)
Sampai saat ini, masalah banjir memang masih menjadi PR bersama. Hampir setiap memasuki musim hujan, bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan sebagainya selalu mengancam berbagai daerah di Indonesia. Curah hujan tinggi menjadi pemicu banjir, ditambah dengan kondisi saluran air, sampah, dan alih fungsi lahan yang juga turut berpengaruh terjadinya bencana ini.
Faktor Terjadinya Bencana Banjir
Kita tentu tidak boleh lupa bahwa terjadinya bencana alam bisa disebabkan karena faktor alam dan lainnya yang datang dari kelalaian manusia. Bukan hanya budaya nyampah, tetapi banyak perbuatan manusia lainnya yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, baik di daerah dataran tinggi, dataran rendah, maupun di daerah pantai.
Alih fungsi lahan akibat pembangunan, hutan dibabat menjadi perkebunan, persawahan lantas berubah menjadi perumahan atau dijadikan kawasan industri. Kondisi ini jika terjadi, apalagi di kawasan penyangga air, pada akhirnya akan berdampak pada bencana yang berulang dan terus meluas.
Melihat penyebabnya, banjir adalah bencana yang sebagian faktor risikonya bisa dikendalikan oleh manusia. Dalam hal ini, perilaku masyarakat dan kebijakan penguasa terkait pemanfaatan lahan dan perencanaan pembangunan yang dipengaruhi oleh sistem kehidupan yang dijalankannya.
Baca juga: Solusi Preventif Islam Menangani Bencana
Selama peraturan kehidupan dikendalikan oleh sistem sekuler kapitalisme, maka akan sulit menyelesaikan bencana banjir hingga ke akar masalahnya. Hal ini dikarenakan dalam pengaturan sistem sekuler kapitalisme semua kebijakan yang diambil hanya akan berorientasi pada keuntungan semata, baik bagi penguasa ataupun pengusaha. Keadaan ini tentu sangat bertentangan dengan sistem Islam.
Menjaga dari Terjadinya Bencana Banjir
Islam memandang alam, manusia, dan kehidupan sebagai satu kesatuan yang satu sama lain saling terikat, tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian, wajar jika Islam memerintahkan manusia untuk menjaga dan mengelola alam ini dengan sebaik-baiknya.
Bahkan Islam menjadikan penjagaan dan pengelolaan alam ini sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Artinya, perintah menjaga alam ini merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan individu sebagai hamba Allah Swt. yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Tentang hal ini Allah Swt. berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)
Dalam hal ini Islam memerintahkan untuk mengelola bumi dengan baik sekaligus melarang untuk merusaknya dan memberikan tata cara untuk menjaganya. Tidak lain berupa seperangkat peraturan untuk dilaksanakan oleh manusia sebagai individu, masyarakat, bahkan dalam konteks pengaturan negara.
Peran Individu, Masyarakat, dan Negara
Sebagai individu dan masyarakat, Islam mengajarkan hukum terkait adab kepada alam dan lingkungan. Di samping itu, terdapat peran penting lainnya bagi individu dan masyarakat, yakni berupa adanya kewajiban menjaga amar makruf nahi mungkar di tengah kehidupan bermasyarakat.
Sementara bagi penguasa atau negara, Islam memberi tugas yang lebih besar dalam penjagaan alam semesta. Dimulai ketika Islam menetapkan fungsi negara sebagai pengatur dan penjaga dengan mewajibkan pemimpinnya menegakkan aturan Islam secara sempurna.
Penerapan Islam inilah yang akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, termasuk menjaga lingkungan. Hal ini diperkuat dengan aturan kepemimpinan atau sistem pemerintahan dalam Islam. Penguasa menurut Islam tidak hanya bertanggung jawab pada rakyatnya, tetapi pada Allah Swt.
Seorang pemimpin dalam Islam akan menerapkan semua kebijakan sesuai dengan peraturan Islam. Dalam sistem ekonominya, Islam telah mengatur terkait kepemilikan harta, mana yang boleh dimiliki individu, masyarakat, dan negara. Oleh karena itu, Islam tidak akan membiarkan para kapitalis serta penguasa mengambil lahan milik umum demi keuntungannya.
Sistem Islam juga memiliki sanksi yang tegas dan menjerakan untuk menjaga agar pelanggaran tidak terjadi. Penguasa dalam sistem Islam akan melakukan pencegahan dengan mengerahkan para ahli untuk meminimalisasi kemungkinan bencana berulang kembali.
Khatimah
Dengan demikian, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bermuhasabah dan kembali pada pengaturan kehidupan yang sahih, yaitu pada sistem Islam. Sungguh hanya sistem Islam yang telah memberi aturan menyeluruh agar segala bencana tidak berulang terjadi.
Penerapan aturan Islam secara kaffah oleh negara didorong oleh ketakwaan individu dan masyarakat dapat dipastikan akan mendatangkan kehidupan yang penuh berkah. Rakyat sejahtera bersama penguasa yang mengatur semua urusannya dengan baik. Hal ini pernah terjadi dalam sebuah peradaban kehidupan Islam di bawah naungan pemerintahan Islam belasan abad lamanya. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

[…] Baca juga: Bencana Banjir Melanda, Saatnya Bermuhasabah […]
[…] Baca juga: Bencana Banjir Melanda, Saatnya Bermuhasabah […]