Aktivitas hacking yang dilakukan seorang hacker pada hakikatnya adalah menemukan fitur kerentanan atau kelemahan dari sebuah sistem, jaringan, dan aplikasi.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hacker atau peretas merupakan seseorang yang memiliki kemampuan khusus dalam dunia pemrograman dan juga dalam teknologi informasi yang tinggi sehingga mampu mengatasi masalah jaringan serta mampu membobol sistem keamanan jaringan komputer. Hacker biasanya melakukan peretasan pada sejumlah keamanan jaringan, salah satunya pada kata sandi akun seseorang. Ia menggunakan berbagai metode, seperti algoritma sederhana untuk menciptakan kombinasi-kombinasi angka, huruf, dan simbol untuk mengatasi masalah pemrograman dan peretasan.
Banyak nama hacker terkenal di dunia serangan siber, bahkan mereka sampai mendapatkan julukan “Raja Hacker Dunia" karena kemampuan teknologi yang luar biasa dalam meretas keamanan jaringan. Beberapa nama mereka membuat sejumlah negara besar, seperti Amerika Serikat, ketar-ketir karena para hacker ini bisa menimbulkan kerugian besar baginya. Siapakah yang mendapatkan julukan raja hacker dunia dan bagaimana sepak terjangnya?
Raja Hacker Dunia dan Sepak Terjangnya
Dilansir dari cnbcindonesia.com, ada lima nama hacker yang terkenal di dunia, di antaranya adalah:
Pertama, LockBit. Ia merupakan geng penjahat siber yang paling aktif beberapa tahun terakhir ini dan sangat berbahaya di dunia siber. Menurut Badan Kejahatan Nasional Inggris, nama peretas tersebut adalah Dmitry Yuryevich Khoroshev. Dia mendapatkan julukan LockBotSuup dan kini telah diseret ke meja hijau oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS).
Hacker ini melakukan aksinya dengan menggunakan virus ransomware bernama LockBit untuk melancarkan aksinya. Ransomware ini bekerja dengan mengunci data korban dan membuatnya tidak dapat diakses. Hacker ini kemudian meminta tebusan kepada korban agar data itu bisa dibuka kembali. Apabila korban tidak membayar tebusan, data akan disebarkan atau dijual ke pihak lain. Hacker ini telah meretas perusahaan besar di Asia Pasifik dan meraup uang dalam jumlah besar dari berbagai korbannya di seluruh dunia (biztechacademi.id, 26-08-2024).
Kedua, Brain Cipher. Ia merupakan kelompok penjahat siber yang juga menggunakan ransomware untuk melancarkan aksinya. Kelompok ini baru beroperasi pada awal Juni 2024. Kelompok ini menargetkan organisasi-organisasi dan perusahaan besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Modus mereka pun sama seperti hacker lainnya, yakni membobol data korban dan meminta tebusan. Apabila korban tidak membayar, data akan disebarluaskan secara lateral ke perangkat lain.
Ketiga, Lazarus. Ia merupakan geng penjahat siber kawakan yang terafiliasi dengan Korea Utara (Korut). Geng ini melancarkan aksinya dengan menggunakan modus phising, yaitu mengelabui korban dengan iming-iming atau urgensi tertentu. Geng ini menjadikan startup di bidang mata uang kripto sebagai sasaran utama aksinya. Misalnya, mereka pernah melakukan pencucian uang dengan memanfaatkan firma pembayaran Huione Pay, di Kamboja. Selain itu, mereka juga melancarkan aksinya dengan berpura-pura tertarik menjadi investor untuk perusahaan startup yang bergerak di industri kripto.
Keempat, APT42. Ia merupakan kelompok peretas asal Iran yang membobol kampanye dan data-data dari calon presiden Amerika Serikat, baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Kelompok ini menargetkan peretasan pada data-data militer, pemerintah, dan organisasi diplomasi Israel, serta orang-orang yang terafiliasi dengan Donald Trump dan Joe Biden sebab Iran memiliki kepentingan politik dengan Amerika Serikat.
Kelima, Radar/Dispossessor. Ia adalah penjahat dunia siber yang dipimpin oleh moniker (nama panggilan) online "Brain". Kelompok hacker ini menargetkan perusahaan kecil dan menengah di seluruh dunia, salah satunya adalah rumah sakit. Setidaknya ada 43 perusahaan dari berbagai negara menjadi korban dari kelompok hacker ini seperti AS, Argentina, Australia, Belgia, Brazil, dan negara lainnya (cnbcindonesia.com, 25-08-2024).
Sepak terjang para raja hacker di atas cukup luar biasa dan sudah merugikan banyak korban di seluruh dunia. Wajar hal ini membuat masyarakat berpikir bahwa para peretas adalah penjahat dalam dunia siber, padahal semua merupakan kesalahpahaman dalam mendefinisikan hacker tersebut.
Sisi Gelap Hacker
Sejatinya aktivitas penyusupan atau peretasan pada sistem keamanan jaringan memiliki dua jenis pelaku, yaitu hacker dan cracker. Kedua jenis tersebut memiliki definisi yang hampir sama, yakni seseorang yang memiliki kemampuan dalam dunia pemrograman.
Hanya saja, ada perbedaan antara hacker dan cracker dalam penyebutannya. Hacker disematkan pada seseorang yang membobol sistem jaringan untuk memperbaiki masalah, sedangkan cracker disematkan pada seseorang yang membobol jaringan untuk meraih uang atau keuntungan lainnya. Dengan kata lain, cracker merupakan sisi gelap dari hacker. Seharusnya, yang bermakna negatif adalah cracker, bukan hacker, tetapi karena kesalahan pengucapan dalam masyarakat membuat kedua kata tersebut dianggap sama.
Di sisi lain, konotasi negatif tentang hacker juga berasal dari negara kelahiran hacker itu sendiri, yakni Amerika Serikat. Istilah hacker berasal dari awal tahun 1960-an di kalangan anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club, di sebuah Laboratorium Kecerdasan Buatan di Massachusetts Institute of Technology, yang juga dikenal sebagai MIT. Mereka merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer. Hacker awalnya digunakan untuk menyebut seorang anggota yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik daripada yang telah dirancang bersama sebelumnya.
Namun, pada 1983, makna ini berubah menjadi negatif karena ada kelompok kriminal komputer The 414s yang ditangkap oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) dan ditetapkan sebagai tersangka atas pembobolan 60 perangkat komputer. Alhasil, sampai sekarang anggapan negatif tentang hacker terus bergulir akibat para hacker yang telah menyalahgunakan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan personal ataupun kelompok mereka. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh para raja hacker, seperti LockBrit yang mengunci data-data para korban dan meminta tebusan kepada mereka.
Hal ini wajar sebab standar perbuatan mereka adalah materi atau keuntungan pribadi. Mereka tidak berpikir imbas dari perbuatannya, apakah merugikan orang lain ataukah tidak? Apakah menabrak norma agama ataukah tidak? Yang mereka kejar hanyalah kesenangan dan keuntungan. Kemampuan yang mereka miliki bukan untuk membantu orang lain, tetapi justru merugikan orang lain.
Sebagaimana dipahami di atas bahwa aktivitas hacking yang dilakukan seorang hacker pada hakikatnya adalah menemukan fitur kerentanan atau kelemahan dari sebuah sistem, jaringan, dan aplikasi. Bahkan sebutan hacker ditujukan untuk seseorang yang memiliki kemampuan khusus dalam dunia pemrograman, bukan untuk mencuri data. Merujuk dari pengertian tersebut maka aktivitas hacking bisa berdampak positif.
Aktivitas hacking bisa bernilai positif manakala digunakan untuk suatu kebaikan seperti memperkuat sistem keamanan organisasi agar tidak dicuri oleh orang lain, menyerang musuh-musuh yang membahayakan negara, dan lainnya. Dengan tujuan tersebut maka akan memberikan manfaat bagi stakeholder dan juga negara. Apalagi dari awal kelahirannya kata hacker sudah bermakna positif.
Hacker yang menggunakan kemampuannya untuk kebaikan sebagaimana dilakukan oleh hacker Anonymous. Dia menggertak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera menghentikan genosida di Gaza. Peretas ini meluncurkan serangan DDoS terhadap aplikasi Red Alert milik Israel. Aplikasi ini telah menyediakan informasi peringatan secara real time kepada warganya. Peretas ini juga melakukan peretasan berbagai web dan situs lainnya yang dimiliki Israel, seperti Pusat Biro Statistik, Pelayanan Pos Israel, dan lainnya.
Dengan demikian, aktivitas peretasan bisa bermanfaat ketika semuanya bersandar pada syariat Islam sebab dalam Islam, hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syarak. Kaum muslim diperintahkan untuk melakukan perbuatan semata-mata hanya meraih rida Allah.
Peran Hacker dalam Islam
Dalam Islam, orang yang memiliki ketinggian ilmu teknologi sangat dihargai. Bahkan mereka akan dibimbing dan difasilitasi untuk mengembangkan kemampuannya untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat dan menjaga sistem keamanan Daulah Islam. Apalagi menjaga kedaulatan dan keamanan negara dari musuh-musuh Islam merupakan suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslim, terutama bagi negara. Dengan demikian, para hacker yang memiliki ketinggian ilmu pemrograman akan sangat diperhatikan oleh negara.
Tidak dimungkiri bahwa dengan kecanggihan teknologi saat ini, serangan musuh-musuh Islam bukan hanya dari pemikiran dan fisik. Akan tetapi, serangan tersebut juga berasal dari dunia siber, yakni mencuri berbagai data penting Daulah dan membobol sistem keamanan strategi pertahanan negara. Dengan demikian, para peretas memiliki peran penting dalam hal tersebut, yakni melawan dan menjaga keamanan negara dari serangan musuh Islam.
Begitu juga pada aktivitas jihad. Ketika kaum Yahudi Israel membunuh dan menzalimi kaum muslim maka diharuskan untuk memerangi mereka dan melenyapkannya. Hal ini sebagaimana firman Allah, “Telah dibolehkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dianiaya, dan sesungguhnya Allah Swt. Maha Kuasa menolong mereka.” (QS. Al-Hajj: 39).
Dengan kecanggihan teknologi, perang saat ini bukan sekadar membunuh musuh-musuh Islam, tetapi juga merusak dan mengacaukan pertahanan lawan. Di sinilan peran para hacker. Mereka akan membobol sistem keamanan musuh-musuh Islam dan memasukkan virus ke dalam sistem komputer mereka yang menyebabkan sistem keamanan terganggu, bahkan mogok. Hal ini akan melemahkan pertahanan lawan dan membuat kaum muslim akan mudah mengetahui strategi pertahanannya dan mempersiapkan strategi terbaik untuk mengalahkan mereka.
Khatimah
Hacker sejatinya sangat bermanfaat ketika mereka menyandarkan segala perbuatannya hanya kepada Allah. Mereka diberikan kelebihan kemampuan untuk menguasai hal-hal yang orang lain belum tentu menguasainya. Hanya saja, sistem kapitalisme membuat manusia saat ini hanya fokus untuk meraih kenikmatan dunia yang fana. Alhasil, kemampuan luar biasa tersebut justru digunakan untuk mencari keuntungan yang merugikan banyak orang. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca: Hacker dan Urgensinya Bagi Umat […]