Rumah Impian nan Abadi

rumah impian nan abadi

Rumah yang dahulu kami cita-citakan telah kami wujudkan. Akan tetapi rumah impian kami, sejatinya belum juga bisa kami persiapkan, yakni rumah dengan ukuran sesuai tubuh kita sendiri yang kelak akan kita tempati dengan pasti.

Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

Narasiliterasi.Id-Apa yang ada dalam benak kita tentang rumah? Tentunya berbagai perspektif dari setiap orang akan berbeda mendefinisikan arti rumah bagi mereka masing-masing. Namun, secara harfiah arti dari rumah itu adalah sebuah bangunan beratap yang digunakan oleh kita untuk berlindung. Rumah yang nyaman tentu juga bukan sekadar bangunan sebenarnya, tetapi lebih kepada orang-orang yang tinggal di dalamnya.

Berbagai macam model rumah sangat banyak saat ini, model rumah dari A sampai Z menjadi pilihan bagi orang-orang yang ingin membelinya. Rumah model minimalis modern, model bergaya Eropa, Asia, dan lain sebagainya. Ditambah desain interior yang menawan menambah keindahan dan kenyaman rumah bagi pemiliknya. Ada juga rumah-rumah bergaya sederhana seperti rumah BTN yang tetap menjadi rumah nyaman bagi pemiliknya.

Makin dewasa manusia cara berpikirnya pun akan berubah. Pemahaman dan konsep tentang kehidupan dan segala sesuatunya yang ada di dunia ini, akan selalu dikaitkan dengan akhiratnya. Luasnya ilmu agama yang kita dalami akan makin mengubah tujuan hidup seseorang. Seperti halnya apa yang aku dan suami alami, merasakan proses perubahan cara berpikir.

Pengalaman Awal Pernikahan

Sejak awal pernikahan, kami memulainya dari nol bersama-sama. Kami berdua berasal dari keluarga yang sederhana. Keluarga aku dan suami sama-sama berasal dari keluarga pendidikan. Ayahku seorang ASN pendidik SMA, dan Ayah suamiku pun seorang ASN pendidik SMA. Sehingga, modal kami setelah menikah murni dari hasil kami bekerja saat itu.

Awal menikah, kami tinggal di sebuah kamar kos yang lumayan pas saja untuk 2 orang, karena untuk menghemat pengeluaran dan efisiensi jarak antara tempat tinggal kami dengan kantor. Setelah 1 tahun berlalu, kami pun mencari kontrakan yang lebih layak untuk tempat tinggal sebagai keluarga. Hadirnya anak pertama kami menjadi alasan utama kepindahan kami ke kontrakan yang baru. Tidak besar, tetapi cukup nyaman untuk bisa membesarkan anak kami kala itu.

Sebagai pasangan muda yang masih punya cita-cita masa depan, kami bermimpi bisa memiliki rumah sendiri kelak, agar tak perlu lagi kami pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Hidup di kota Jakarta penuh tantangan. Harga kebutuhan yang serba mahal membuat kami sulit menabung untuk membeli rumah. Setelah diskusi panjang, akhirnya suamiku mencoba peruntungan mencari kerja ke luar negeri. Alhamdulillah, akhirnya kabar itu datang. Info suamiku diterima di sebuah perusahaan komunikasi di Dubai dengan posisi sebagai konsultan.

Proyek yang ditunjuk sebagai penugasan suami saat itu adalah ke negara Pakistan. Bersama bekal notebook baru untuk bekerja, yang kami beli dengan memberanikan diri dengan meminjam uang seseorang yang sangat memercayai kami, maklumlah kami belum punya modal apa pun untuk suami bisa berangkat. Hanya modal tekad dan keberanian demi hidup yang lebih baik bagi keluarga. Maka berangkatlah suamiku untuk bekerja ke negeri orang.

Baca: Bangkit dari Hidup yang Mengimpit

Rezeki dari Allah

Dua tahun berlalu, alhamdulillah rezeki kami makin membaik, utang membeli notebook kepada sahabat saat itu sudah bisa kami lunasi. Suami pulang ke Indonesia setahun 2 kali. Enam bulan sekali beliau diberikan liburan pulang ke negara asalnya selama 3 minggu. Hingga kelahiran anak kedua kami menambah lengkap kebahagiaan ini. Dengan uang yang kami tabung selama ini, akhirnya kami bisa membeli rumah tanpa menyicil dari bank mana pun. Alhamdulillah, kami bisa membeli rumah cash dengan dua kali bayar atas seizin penjual rumah tersebut. Kami memutuskan membeli rumah di kota Bogor.

Rasa syukur selalu aku panjatkan, di saat Allah memberikan kemudahan atas setiap pengorbanan dan kesabaran, ketika kami menjalani proses perjalanan rumah tangga selama ini. Lika-liku masalah rumah tangga baik susah dan senang kami jalani bersama. Berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang kami hadapi dengan kepala dingin, dan selalu mengingatkan diri ini bahwa semua adalah milik Allah.

Rumah Impian Sejati

Aku dan suami tumbuh mendewasa bersama dalam satu keluarga, dalam satu atap rumah, tempat kami tinggal, rumah yang kami cita-citakan sejak muda dahulu. Tempat berlindung bagi aku dan anak-anak. Kami makin dewasa dan cara berpikir kami pun berkembang. Pemikiran kami tidak lagi seperti anak muda dahulu, harus punya ini dan itu agar kehidupan keluarga kami lebih sempurna.

Tidak! Bukan kepada hal itu lagi kami berpikir. Banyak ilmu agama yang telah kami pelajari. Mendalami berbagai kajian tentang akidah, fikih, muamalah, ekonomi, bahkan politik dalam perspektif Islam, membuat kami makin menyadari bahwa apa yang kami kejar selama ini belumlah sempurna jika kami belum memikirkan akhirat.

Rumah yang dahulu kami cita-citakan telah kami wujudkan. Akan tetapi rumah impian kami, sejatinya belum juga bisa kami persiapkan dengan sebaik mungkin. Ternyata inilah rumah impian yang sejatinya harus kami kejar. rumah dengan ukuran sesuai tubuh kita sendiri 2.50m x 1.25m yang kelak akan kita tempati dengan pasti. Masyaallah, kami hampir melupakannya begitu saja, padahal betapa sulitnya mempersiapkan rumah abadi itu untuk dapat nyaman ditempati, jika amalan-amalan kami belum banyak yang kami kumpulkan. Astagfirullahaladziim.

Tepat di awal tahun 2024 kami mulai membeli rumah masa depan kami. Baru 2 lubang kubur yang dibeli untuk persiapan masa depan kami. Ya Allah ... semoga engkau rida dengan apa yang kami lakukan. Kesadaran akan mengingat akhirat membawa kami kepada ayat-ayat-Mu yang telah Engkau turunkan kepada manusia mulia Rasulullah saw., sebagai peringatan bahwa tiada daya dan upaya yang mampu dilakukan, semua atas izin Allah, sebagai Sang Pemilik kehidupan ini. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 255:

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Resolusi Tahun Baru

Waktu berlalu, sampai hari ini sudah masuk tahun baru, tahun 2025 menjadi resolusi kami untuk dapat menjadi pribadi muslim yang lebih baik. Selama itu pula, rumah abadi kami senantiasa kami kunjungi, walau sekadar untuk dibersihkan dari rumput-rumput liar di atasnya. Kami berharap rumah impian ini akan selalu menjadi pengingat kami akan kematian, sehingga untuk menerangi rumah ini perlu dipenuhi dengan banyaknya amalan-amalan yang kami perbuat dengan penuh keberkahan. Mendidik anak yang saleh dan salihah pun akan menjadi tabungan amalan kami, dengan doa-doa tulus mereka yang akan terus mengalir hingga kami tiada kelak. Allahummabariik.

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Desi Wulan Sari Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Waspada Lavender Marriage, Tak Seindah Namanya
Next
Jodohmu adalah Cerminanmu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram