Bersamamu Mengukir Asa hingga ke Janah-Nya

Masih terasa bagai mimpi bahwa kami bisa menginjakkan kaki di negerinya Doraemon. Masyaallah, aroma Jepang sangatlah khas.

Oleh. Suryani Izzabitah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Coba saja dulu, toh kalau kamu tidak sreg, tidak ada yang memaksa untuk bergabung.”

Kalimat itu terus mengiang-ngiang dalam benakku. “Apa iya ya, aku coba dulu,” kataku sembari meyakinkan diri sendiri.

Sambil menyusuri jalan setapak di antara deretan rumah kost dan kantin-kantin, aku terus memikirkan apa yang dikatakan suami semalam. “Bismillah … ikut seminarnya saja dulu, siapa tahu dari situ bisa kenalan sama akhwat di sana,” kata suami dengan nada pelan, tetapi penuh semangat.

Hari itu akhirnya aku ikut acara seminar pendidikan yang berlangsung di sebuah gedung berlantai satu yang bersebelahan dengan kampus yang kini menjadi tempat aku mengabdikan ilmuku. Ikhtiar ini kujalani setelah berdiskusi dengan suami sebelumnya. Aku berjalan seorang diri menuju ruang registrasi. Sambil mencoba mencari-cari, siapa tahu ada wajah yang kukenali. Alhamdulillah, ada satu orang yang kukenali. Dia adalah kakak sahabatku. Memang, dia berprofesi sebagai seorang guru. Peserta seminar kali ini banyak dari kalangan guru.

Acara pun berlangsung dalam suasana khidmat. Acara demi acara pun berlangsung. Aku sangat menikmati berada dalam ruangan yang dipenuhi wanita berhijab. Aku menyimak pemaparan materi yang luar biasa. Materi yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Sebuah pemaparan dari aspek Islam yang antimainstream, yaitu Islam ideologis atau Islam politik.

Ya, inilah mungkin yang disebut cinta pertama. Pertama kali mendengar pemaparan tentang Islam ideologis dan seketika itu pula aku jatuh cinta. Berita miring yang awalnya kudengar dari orang-orang di sekelilingku, ternyata tidak benar. Inilah pentingnya tabayun. Sebuah aktivitas bagi seorang muslim, jika mendengar sesuatu yang belum jelas kebenarannya, yakni tabayun. Alhamdulillah, Allah Swt. membimbingku untuk memahami materi tersebut dan menancapkan ke dalam kalbuku.

“Orang Palopo, ya?” kataku pada seorang akhwat yang duduk pas di sampingku.
“Benar, saya orang Malili,” jawabnya.
Masyaallah, bertemu dengan satu daerah itu kegembiraan tersendiri. Malili adalah sebuah daerah di Kabupaten Luwu. Palopo sendiri kala itu adalah ibu kota kabupaten. Aku mencoba menebak karena mendengar dialek yang mirip dialek daerah kelahiranku.

Kami pun akhirnya terlibat perbincangan yang cukup seru. Maklum, sama-sama heboh. Akhirnya, dari beliaulah kemudian aku meminta untuk diperkenalkan dengan akhwat yang bisa mengajari aku tentang Islam ideologis ini. Suatu nikmat yang sampai hari ini terus kusyukuri, yakni berada dalam barisan perjuangan penegakan Islam kaffah.

Memulai Menimba Ilmu yang Spesial

Menimba ilmu dalam suatu jemaah, bukanlah hal baru bagiku. Namun, dari sudut pandang Islam ideologis benar-benar baru kutemukan. Sejak SD, aku mulai belajar melalui komunitas-komunitas yang concern membahas tentang Islam. Bergabung dengan beragam komunitas sudah kulalui. Sampai selesai kuliah S1 dan bekerja di sebuah PTS di suatu kabupaten, aku tetap ikut pengajian. Rasanya sangat hampa jika tidak belajar Islam dalam suatu jemaah.

Kabupaten Pinrang adalah sebuah kabupaten yang berjarak sekitar 182 km dari Kota Makassar. Biasa ditempuh dengan kendaraan roda empat selama sekitar 4 jam. Di sinilah aku mengawali karir sebagai seorang dosen. Seperti dosen kebanyakan, jenjang karir dan tuntutan lanjut studi tetap kulakoni. Aku pun akhirnya lanjut studi S2 pada tahun 2006. Sebelumnya pada tahun 2005, suami lebih dahulu lanjut studinya.

Singkat cerita, kami akhirnya bersama-sama di Makassar pada Agustus 2006. Punya anak balita satu orang membuat kami harus pandai-pandai mengatur waktu. Skala prioritas tentu saja harus kami tentukan. Beruntung, putri kami adem ayem ketika diajak ke kampus. Usianya ketika itu sekitar 3 tahun. Bahkan aku sering membawanya ikut kuliah dan seminar-seminar.

Saat inilah babak kehidupan baru dimulai. Memulai memahami hakikat hidup dalam naungan Islam kaffah. Dari acara seminar pendidikan itu kemudian berlanjut komunikasi via telepon. Akhirnya aku pun memiliki kebiasaan baru, yaitu berkumpul bersama anak-anak mahasiswa S1. Ditemani putri kecilku, Izzah, agenda-agenda dakwah berjalan begitu menyenangkan. Terasa muda lagi berinteraksi dengan mahasiswi-mahasiswi S1, he he he …

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa studiku sudah hampir selesai. Sungguh suatu karunia bisa lulus tepat waktu. Nikmat Allah begitu banyak dan tak henti kusyukuri. Berkat karunia Allah, aku bisa menimba ilmu akhirat sembari menimba ilmu dunia di tengah kehidupan berumah tangga. Itu pun masih bolak-balik Pinrang-Makassar untuk mengajar. Alhamdulillah, atas izin-Nya jualah semua bisa kulalui.

Akhirnya studi S2 selesai. Aku harus kembali menekuni rutinitas mengajar. Namun, karena suami masih tinggal di Makassar (karena ada beberapa urusan yang belum kelar), maka kami jadwalkan balik ke Pinrang dalam dua kali sebulan. Kadang juga harus balik ke Pinrang jika ada urusan yang urgen. Beginilah kehidupan kujalani hingga pada tahun 2010 aku memutuskan untuk lanjut studi S3.

Menularkan “Virus” Kebaikan

Ketika balik ke Pinrang, aku berusaha menularkan “virus” kebaikan ini kepada setiap orang-orang yang kutemui. Karena aku lebih banyak berinteraksi dengan mahasiswa dan staf, maka merekalah yang menjadi objek dakwahku. Plus tetangga di kompleks perumahan juga tidak luput aku dakwahi. Aku tipe orang yang tidak bisa diam. Terlebih, pemikiran ideologis ini begitu memukau dan luar biasa. Sayang banget jika tidak ditularkan.

Alhamdulillah, gayung bersambut. Tiga orang staf wanita di kampus akhirnya menerima ide cemerlang ini. Seiring berjalannya waktu, mereka akhirnya intensif mengkaji kitab-kitab merah putih sebagai kitab wajib pekanan. Walaupun pendamping hidup mereka tidak ikut serta, tetapi setidaknya tidak melarang. Itu adalah hal yang patut disyukuri karena suami adalah imam bagi perempuan yang sudah menikah. Menuruti perintah suami adalah wajib, selama tidak menyuruh bermaksiat kepada-Nya.

Pertolongan Allah itu Dekat

Lanjut cerita di fase ketika studi S3. Ini berbeda lagi romantikanya. Saat 2012, Allah memberi kejutan indah dengan hadirnya janin di perutku. Kehamilan yang cukup lama kunanti, akhirnya berbuah manis. Jangan ditanya perjuangan ke kampus dalam kondisi hamil dan bolak-balik konsultasi ke pembimbing karena sudah mulai penelitian. Namun, selalu ada saja pertolongan Allah Swt. Teman-teman di sekitarku, sangat mendukungku, bahkan mereka sangat memahami kondisiku.

Tibalah di suatu malam ketika tanpa sengaja aku menerima telepon dari teman suami. Dia mengabarkan bahwa suami diterima di Ehime University dalam rangka studi program doktoralnya. Bukan tidak bersyukur, tetapi kondisiku saat itu sedang memiliki bayi berusia sekitar 8 bulan. Plus penelitian untuk disertasi di kampus sudah mulai berjalan.https://narasipost.com/family/08/2022/membawa-cinta-sampai-ke-surga/

Tubuhku lunglai, aku menangis di balik pintu kamar. Membayangkan hari-hari ke depan tanpa suami. Mengantar dan menjemput Izzah yang sudah kelas 4 SD, mengerjakan pekerjaan rumah, berdakwah ditemani baby Tsabitah, ke kampus untuk penelitian dan konsultasi, dan segudang kondisi yang terus berkecamuk di benakku.

Namun, Allah Maha Baik. Semua kerepotan itu tidak sebagaimana yang kubayangkan. Ada guru di sekolah Izzah yang siap menjemput dan mengantar pulang. Ada tetangga baik yang siap menemani Tsabitah ketika aku harus ke kampus. Ada mertua yang siap datang ketika aku sangat membutuhkannya. Untuk urusan dakwah tetap membawa Tsabitah kecil, karena insyaallah bisa dikondisikan.

Hadiah Terindah

Tak terasa, Izzah sudah lulus SD. Saat itu, Juni 2015. Aku sendiri selesai S3 di Mei 2015. Suami pulang untuk menjemput kami bertiga. Rencananya, Izzah tidak lanjut ke jenjang SMP, tetapi cuti dulu setahun. Makanya saat di Jepang, kami memasukkan Izzah di SD. Kenapa? Karena sepengetahuan kami, untuk lanjut ke tingkat SMP di Negeri Sakura, belum “aman” untuk Izzah yang belum sempurna pemahaman Islamnya.

Siang hari selepas wisuda SDIT Insantama, kami siap-siap untuk berangkat ke Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar. Perjalanan yang cukup lama membuat kami sudah bersiap dari beberapa hari sebelumnya. Rumah pun kami kondisikan aman untuk ditinggalkan selama setahun lebih. Kami bersyukur ada adik sepupu yang akan menempatinya sepeninggal kami. Alhamdulillah, semua dalam skenario-Nya.

Kami sangat menikmati perjalanan saat itu. Suasana ceria karena kegembiraan berkumpul kembali dengan keluarga tercinta. Saat itu, usia Tsabitah 2 tahun 4 bulan. Usia anak yang sedang lucu-lucunya. Rute perjalanan kali ini adalah rute terpanjang selama hidupku. Transit di Jakarta, kemudian di Kuala Lumpur, Malaysia dan akhirnya mendarat di Bandara Kix, Osaka.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/perjalanan-yang-mengesankan/

Perjalanan ke Matsuyama Prefecture menggunakan moda transportasi bus. Sepanjang perjalanan tidak banyak yang bisa kulihat, walau suami sering kali mengajak untuk menikmati pemandangan Negeri Sakura, karena aku kelelahan dan sangat mengantuk. Namun, karena Tsabitah tipe anak kinestesis yang tidak bisa diam, jadilah aku tetap melek.

Singkat cerita, kami pun tiba di sebuah apato (apartemen) sederhana dua lantai. Kami tinggal di lantai satu, kamar ujung yang berdekatan dengan perempatan jalan. Masih terasa bagai mimpi bahwa kami bisa menginjakkan kaki di negerinya Doraemon. Masyaallah, aroma Jepang sangatlah khas. Pemandangan rumah-rumah bergaya minimalis berderet rapi dan cantik. Plus lingkungan di sekeliling yang sangat bersih, membuat mata tak bosan menatapnya.

Kami tiba menjelang magrib. Besoknya, insyaallah 1 Ramadan. Artinya, malam itu kami harus menyiapkan makanan untuk sahur. Esok harinya, setelah bersih-bersih kamar, kami berkunjung ke apato teman Indonesia yang tidak jauh dari apato kami. Selain mau bertegur sapa, juga ingin membawakan titipan mereka. Sore itu adalah hari pertama puasa, jadi kami bersegera untuk balik ke apato untuk menyiapkan buka puasa. Alhamdulillah, puasa pertama di negeri minoritas muslim punya sensasi tersendiri.

Selama di Jepang, pemikiran ideologis tetap terpatri, walau tidak sempat kajian intensif pekanan karena tidak ada teman di sana. Namun, untuk sesama muslimah, kami tetap mengadakan usrah (pengajian) tiap Sabtu sore. Ini adalah pertemuan yang sangat dinanti karena bisa silah ukhuwah dengan saudara muslim dari berbagai negara plus makan makanan khas masing-masing daerah. Tempat usrah biasanya di apato. Kadang juga di koen (taman) sekalian membawa anak-anak bermain.

Pemateri tiap usrah biasanya bergiliran. Ketika tiba giliranku, materi yang kusampaikan dominan seputar akidah, siyasah (politik), dan solusi sistemis. Hal ini karena pemahaman terkait sistem Islam kaffah sudah mengkristal pada diriku dan wajib disampaikan kepada sesama muslim. Inilah hadiah terindah dari suami, berkunjung ke Negeri Sakura. Hadiah yang tak kalah indahnya adalah menjadi bagian dari perjuangan penegakan Islam kaffah. Allahu Akbar!

Hal ini sebagaimana perintah-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah).”(TQS. Al-Baqarah: 208-210).

Wallahua'lam bi al-shawab.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Suryani Izzabitah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Mendobrak Peradaban Lewat Tulisan
Next
Tanah Sharaya
4.8 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

31 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

MasyaAllah alhamdulillah.. berbagai kenikmatan telah menyapa ibu.. semoga kenikmatan juga akan bersambung di alam setelah dunia ini ya Bu... aamiin

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago
Reply to  R. Bilhaq

Aamiin. Do'a yang sama untuk ibu. Syukron sudah respons

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, Bu Dosen memang luar biasa perjuangannya dalam ilmu. Semoga ilmunya bermanfaat dan berkah. Barakallah ...

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Sartinah

Wa fiiki barokallah. Syukron sudah mampir, Mba

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago

Alhamdulillah akhirnya tayang. Semoga bisa memberi manfaat

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Tenggelam dalam cerita dakwah sangat mengasikkan, masyaAllah .

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Hanimatul Umah

Betul, Mba. Alhamdulillah.
Jazaakillah khoir sudah mampir, Mba

Taufik
Taufik
1 year ago

Alhamdulillah, barokallaahu fiik istriku, semoga tetap istiqomah dan sukses dunia akhirat. Aamiin.

Trinovsyamil
Trinovsyamil
1 year ago
Reply to  Taufik

Aamiin....

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Taufik

AamiinMasyaAllah. Jazaakallah khoir

Adira Jumadi
Adira Jumadi
1 year ago

Masya Allah, barakallah semoga dikumpulkan dengan Bu Doktor shalihh di jannah

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Adira Jumadi

Aamiin yaa mujibassailin
Wa fiiki barokallah. Jazaakillah khoir, Umsay

Maftucha
Maftucha
1 year ago

Setiap manusia memiliki jalan kehidupannya masing2, ada yang senang, ada yang penuh lika liku,, semuanya tetap akan menyenangkan jika kita bersyukur

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Maftucha

Betul banget, Mba. Setiap rumah tangga punya air mata sendiri-sendiri.

Atien
Atien
1 year ago

Masyaallah. Kisahnya sangat menyentuh. Ternyata di mana pun kita berada, pertolongan Allah akan selalu datang. Atas ijin- Nya semua jadi mudah.
Barakallah Bu Dosen

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago
Reply to  Atien

Wa fiiki barokallah, Mba. Syukron sudah mampir

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Janji Allah, jika kita memperjuangkan risalah-Nya maka semua kesulitan akan Allah mudahkan.

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago

Betul banget. Selalu mendapatkan kejutan-kejutan istimewa. Syukron mba sudah mampir

Nurmia
Nurmia
1 year ago

Sangat menginspirasi.. tabarakallah buat bu dosen sekeluarga

Suryani Syahrir Dr.
Suryani Syahrir Dr.
1 year ago
Reply to  Nurmia

Wa fiiki barokallah, Mba. Syukron sudah mampir

Siti komariah
Siti komariah
1 year ago

MasyaAllah, sangat menginspirasi. Semoga kita semua tetap istiqomah di jalan dakwah ideologis. Memang benar, jika kita kian dekat kepada Allah, maka Allah akan dekat kepada kita.

Aku berada dalam sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya bila ia berdoa kepada-Ku. Tidaklah hambaKu mendekat kepada Ku sejengkal melainkan Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Tidaklah hambaKu mendekat kepadaKu sehasta melainkan Aku akan men- dekat kepadanya sedepa. Tidaklah hambaKu mendekat kepadaKu dengan berjalan melainkan Aku akan mendekat kepadanya dengan berlari” (Muttafaqun alaih)

Mimi Muthmainnah
Mimi Muthmainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah. Story yg mengesan bu Suryani. Suka banget bacanya...ditunggu lagi naskah selanjutnya ...Jazakillah khairan

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago

Alhamdulillah. Syukron mba Mimi. Wa iyyaki

Rubiah Lenrang
Rubiah Lenrang
1 year ago

Semoga menginspirasi

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago
Reply to  Rubiah Lenrang

Aamin. Syukron dok. atas kesediaannya mampir

Novianti
Novianti
1 year ago

MaasyaaAllah, mba. Di Jepang, dakwah islam lebih terbuka peluangnya. Pada beberapa kesempatan saat saya ke sana, ada orang-orang agama lain kayak ceramah gitu di pinggir jalan. Saya pikir, mereka berani. Kenapa kita tidak? Semoga yang ibu lskukan akan menjadi membesar di sana. Pahala buat ibu luar biasa

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago
Reply to  Novianti

Alhamdulillah, Mba. Betul banget, dakwah yang kita sampaikan adalah sesuatu yang luar biasa. Semoga banyak yang tercerahkan

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Masya Allah story yang mengesankan. Dimana pun kaki berada, disitulah dakwah Islam terus digaungkan. Dan pertolongan Allah selalu hadir di setiap waktu.

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago

Alhamdulillah, bener banget Mba. Syukron sudah mampir

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

MasyaAllah, sebuah cerita pengalaman yang mengajarkan banyak hal bagi Muslimah.
Barakallah Bu Dosen.

Suryani Um. Izzabitah
Suryani Um. Izzabitah
1 year ago
Reply to  Isty Da'iyah

Wa fiiki barokallah, Mba Isty. Syukron sudah mampir.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram