Belajar Bahasa Surga

belajar bahasa surga

Belajar itu harus diniatkan untuk mencari rida Allah. Bukan belajar untuk mendapat nilai dan ijazah. Para Nabi, para sahabat dan ulama senantiasa belajar terus-menerus tanpa mengharapkan ijazah atau gelar

Oleh. Ratty S Leman
(Kontributor Narasilirerasi.id)

Narasiliterasi.id-Siang hari yang panas, aku sedang menyetrika baju di lantai dua. Si bungsu menyeletuk, "Ibu sedang menyanyi lagu apa sih?" Aku spontan menjawab, "Lagu rumus bahasa Arab yang harus dihafal."

Kakaknya nomor dua ikut-ikutan bertanya, "Memang Ibu kuliah lagi? Kok belajar bahasa Arab?" Aku pun tersenyum dan menjawabnya, "Enggak sekolah, enggak kuliah, cuma kursus bahasa Arab aja." Si sulung menimpali, "Lo, memang kenapa Ibu belajar bahasa Arab. Buat apa?”

Long Life Education

Aku pun terkesima dengan perhatian anak-anak ini kepadaku. Aku pun menyuruh anak-anak mendekatiku yang sedang sibuk menyetrika baju, "Sini kumpul nanti Ibu beri penjelasan." Setelah mereka mendekat semua, baru aku sampaikan alasanku mengapa belajar bahasa Arab lagi.

"Ibu merasa perlu belajar karena ada hadis yang mengatakan bahwa 'Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.' Jadi kita harus terus belajar sejak dari bayi sampai kita mau meninggal nanti. Artinya kita belajar itu sepanjang hayat masih dikandung badan. Belajar itu kewajiban yang terus-menerus, tidak boleh berhenti. Kita harus menjadi manusia pembelajar yang suka belajar di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun. Kata pepatah bahasa Inggris 'Long Life Education', belajar seumur hidup."

Aku pun masih meneruskan penjelasan lagi, "Kita tidak hanya pas sekolah saja belajarnya. Setelah lulus sekolah tidak mau belajar lagi. Itu sikap yang salah. Belajar terus-menerus sepanjang masa. Tidak boleh malas dan bosan. Apalagi di zaman sekarang. Kalau tidak mau terus belajar bisa-bisa ketinggalan zaman."

"Belajar itu harus diniatkan untuk mencari rida Allah. Bukan belajar untuk mendapat nilai dan ijazah. Para Nabi, para sahabat, para tabiin, para tabiut tabi'in, para ulama, dan para dai senantiasa belajar terus-menerus tanpa mengharapkan ijazah atau gelar. Tetapi bagaimana mereka mau terus-menerus belajar agar menjadi manusia yang berguna bagi seluruh alam semesta, manusia, dan kehidupan ini."

"Ada hadis lagi yang menyatakan bahwa 'Menuntut ilmu itu wajib bagi laki-laki dan perempuan'. Nah, artinya menuntut ilmu itu wajib bagi semuanya. Tidak hanya laki-laki saja yang boleh belajar atau perempuan saja yang boleh belajar. Semua harus belajar karena semua orang akan beramal atau melakukan sesuatu selama hidupnya. Nah, harus berilmu sebelum beramal karena amal tanpa ilmu akan tertolak."

Belajar Bahasa Arab

Si sulung langsung menyeletuk, "Kalau kerja, kerja, kerja tapi tidak berilmu nanti kerjanya ngawur, ya? Jadi ditolak amalnya, deh. Capek, deh!" Alhamdulillah mereka sudah paham pentingnya berilmu. Saya lanjutkan nasihatnya, "Makanya Mas, kalau bekerja jangan hanya rajin atau bekerja keras, tetapi harus bekerja cerdas, ya."

"Sudah paham ya, kewajiban mencari ilmu? Dari buaian hingga liang lahat, baik laki-laki maupun perempuan? Makanya Ibu kursus Bahasa Arab dalam rangka mematuhi hadis itu. Ngomong-ngomong di tempat kursus Ibu ada yang usianya 58 tahun lo dan tetap semangat belajar. Ibu jadi ikut semangat, gak mau kalah."

Aku lanjutkan diskusinya, "Nah sekarang, Ibu lanjutkan. Ibu mau menjawab pertanyaan, ‘Mengapa Ibu belajar bahasa Arab? Buat apa? Ibu sudah tidak sekolah, tidak kuliah. Buat apa coba? Buat cari nilai? Atau cari ijazah?’"

Anak-anak menjawab, "’Kan untuk mencari rida Allah. Tadi Ibu sudah bilang begitu." Aku tersipu, "Oh, iya. Ibu lupa."

Baca: Mengenal Diri Setelah Mengelola Rasa Takut dan Cemas

"Maksud Ibu alasan khususnya. Kalau alasan umumnya adalah untuk mencari rida Allah. Alasan khususnya Ibu kasi tahu, ya. Yakni Ibu ingin bisa membaca kitab-kitab berbahasa Arab. Mengapa ingin? Alasannya karena yang pertama, Al-Qur'an ditulis dalam bahasa Arab. Kedua, Kita salat harus dengan melafazkan bahasa Arab. Ketiga, hadis-hadis ditulis dengan bahasa Arab. Keempat, kitab-kitab karya ulama-ulama besar ditulis dalam bahasa Arab. Kelima, bahasa Arab adalah bahasa penduduk surga. Jika tidak belajar bahasa Arab, nanti di surga bisa-bisa kita diam saja karena tidak bisa bahasa Arab", candaku.

Memahami Al-Qur'an

"Kita ‘kan inginnya paham Al-Qur'an dengan bahasa aslinya. Kita membaca Al-Qur'an dengan bahasa aslinya akan sangat berbeda rasanya dibandingkan dengan hanya membaca terjemahannya."

"Pedoman kita kan Al-Qur'an dan hadis. Nah, kalau kita paham benar apa yang dimaksud oleh Al-Qur'an, maka kita akan benar melaksanakan maunya Allah. Kalau sekadar membaca terjemahannya saja kadang-kadang masih belum paham. Harus belajar tafsirnya, tadaburnya, dan ulumul Qur'an. Nah, bahasa Arab adalah ilmu alat (tsaqofah) untuk mempelajari Al-Qur'an."

"Begitu juga dengan salat. Kita ‘kan inginnya salat dengan khusyuk. Salat kita makin hari makin baik dan sempurna. Kita juga ingin mengetahui artinya supaya yang kita baca saat salat paham maksudnya."

"Kitab-kitab karya ulama-ulama besar untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban Islam yang mulia juga banyak ditulis dalam bahasa Arab. Saat ini, Barat yang menerjemahkan ilmu-ilmu dari bahasa Arab itu sehingga mereka maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan kaum muslimin sendiri bodoh dan terbelakang karena tidak mau menggali khazanah ilmu yang diwariskan oleh para ulama terdahulu."

"Nah, sekarang saatnya kita bangkit. Ayo kita belajar bahasa Arab lagi sampai pintar. Nanti kita pelajari kitab-kitab karya ulama-ulama besar sehingga kita bisa menjadi 'orang besar' yang siap menyongsong dan mengisi masa kebangkitan dan kejayaan Islam, yakni masa Khilafah ‘ala Minhaji Nubuwah yang kedua."

"Aku suka pelajaran bahasa Arab," kata si bungsu. "Alhamdulillah nilai bahasa Arabku bagus. Nanti kalau sudah gede aku mau jadi panglima perang kayak Muhammad Al Fatih."

"Aamiin," sahut saya. "Hebat, semoga cita-citanya tercapai ya, Mas."

Bahasa Pilihan Allah

"Bahasa Arab. Apa itu bahasa Arab. Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Allah juga menciptakan bahasa yang beraneka ragam. Mengapa bahasa Arab yang dipilih sebagai bahasa Al-Qur'an?"

"Supaya apa? Supaya saling bertengkar? Biar bisa berbangga-bangga? Bukan! Allah menciptakan semua itu untuk saling mengenal dan untuk mengagungkan Allah."

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat ayat 13)

Wasilah

"Allah yang telah menciptakan dan mengajarkan berbagai macam bahasa. Allah pilih bahasa Arab untuk wasilah manusia mengenal aturan-aturan-Nya di dalam Al-Qur'an dan hadis. Hak Allah sepenuhnya mengapa dipilih bahasa Arab. Ternyata bahasa Arab adalah bahasa yang paling komplet tata bahasanya dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini. Allah memilih bahasa Arab untuk menyampaikan firman-Nya. Tetapi bahasa Allah di Al-Qur'an tidak bisa dicontoh oleh siapa pun, di mana pun, dan sepanjang masa pun. Bahkan chat GPT sebagai teknologi terbaru tidak bisa meniru bahasa Al-Qur'an yang mulia. Kamu tidak akan bisa mengubah Al-Qur'an, tetapi Al-Qur'an akan mampu mengubah hidupmu."

Tantangan dari Al-Qur'an :
"Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al Baqarah ayat 23)

Diskusi pun akhirnya berakhir dengan selesainya tumpukan setrikaan. Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Nikmat mana lagi yang hendak kamu dustakan. Sambil menyetrika sambil ngobrol bermanfaat dengan anak. Gara-gara menghafal lagu bahasa Arab, jadilah obrolan bermutu. Alhamdulillah tsumma alhamdulilillah. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ratty S Leman Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Program Quick Win, Akankah Berhasil?
Next
Terbanglah, Wahai Anakku!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram