Si Bungsu Kehilangan Teladan

Si bungsu kehilangan teladan

”Tidak ada seorang pun anak yang lahir kecuali dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh. Aliyah Ummu Najma
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Namanya diambil dari nama salah satu surat dalam Al-Qur'an, An-Najm yang berarti bintang. Ya, Najma sebutannya. Kelahirannya berbeda dari kakak-kakaknya yang semuanya lahir di rumah. Najma lahir di sebuah klinik bersalin di Kota Angin. Sore itu Najma lahir diiringi kumandang azan Magrib dengan persalinan normal.

Alhamdulillah kondisi ibu dan bayinya sehat sehingga malam itu juga Najma dan ibunya pulang dari klinik setelah beristirahat beberapa jam di ruang perawatan. Pada tengah malam menjelang dini hari sampai di rumah, bayi mungil itu disambut nenek dan kakek dari ayahnya. Sementara ketiga kakaknya masih tertidur. Jam masih menunjukkan pukul 1 dini hari.

Pengasuhan dan Teladan Kedua Orang Tua

Bayi mungil itu tumbuh besar dalam pengasuhan ayah ibunya sebagaimana ketiga kakaknya sehingga mereka sangat dekat satu dengan yang lainnya. Ibunya mengasuh anak-anak dengan penuh kasih sayang, begitu pula ayahnya senantiasa turut dalam pengasuhan jika ada di rumah.

Kehangatan dan kedekatan kedua orang tua sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak-anak. Oleh karena itu, setiap orang tua harus memahami bagaimana pengasuhan kepada anak sesuai dengan usianya. Di usia 0-2 tahun misalnya, harus banyak memberikan sentuhan fisik berupa belaian kasih sayang. Seringlah mengajak anak bicara, meskipun belum bisa merespons.

Pengasuhan dan pendidikan Najma beserta ketiga kakaknya sangat diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Merujuk pada ayat 6 surah At-Tahrim : ”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Selain perintah Allah dalam Al-Qur'an, Rasulullah saw. bersabda : ”Tidak ada seorang pun anak yang lahir kecuali dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Najma dan ketiga kakaknya sering diajak ke majelis ilmu. Kedua kakak laki-laki ikut dengan ayahnya, sementara Najma dan kakak perempuannya ikut ibunya. Secara tidak langsung ayah ibunya memberikan banyak pengajaran dan teladan pada keempat putra putrinya. Apa yang dilihat akan diingat dan ditiru oleh anak-anak. Maka ayah ibu harus memperlihatkan sikap dan tutur kata yang baik, terkhusus saat bersama anak-anak.

Sejak kecil ayah menanamkan kedisiplinan pada putra putrinya, kedua putranya senantiasa diajak salat berjemaah di masjid. Setiap waktu salat tiba, mereka sudah bersiap untuk salat berjemaah sesuai kebiasaannya. Di rumah, kedua putrinya dikondisikan ibu untuk melaksanakan salat berjemaah bersama ibu.

Raudlatul Athfal

Kakak laki-laki Najma dua-duanya sudah bersekolah di sekolah dasar, setiap pagi diantar ayah naik motor, setelah itu ayah dan ibu mengantar kakak perempuannya ke Raudlatul Athfal. Najma ikut mengantar bersama ibunya, kadang menunggu sampai pulangnya Kakak Naf.

Di usia lima tahun, Najma masuk Raudlatul Athfal (RA). Kali ini ibunya memilihkan RA yang berbeda dari kakaknya. Menyeberang keluar wilayahnya, tetapi lebih dekat jarak sekolahnya dari rumah dibandingkan sekolah ketiga kakaknya. Pagi diantarkan, kemudian dijemput di jam kepulangannya.

Dengan sabar, ibunya membimbing Najma untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi di RA. Beberapa bulan baru bisa bersosialisasi dengan bermain bersama teman-temannya. Hanya satu tahun Najma di RA, dilanjutkan ke jenjang berikutnya di sekolah dasar negeri di desanya bersama Kakak Naf di kelas 4.

Kedekatan Najma dengan Ayahnya

Pagi itu hari pertama masuk SD. Najma dan Kakak Naf berangkat diantar ayahnya. Ia masih malu-malu berkenalan dengan pengajar kelas dan teman-temannya. Seiring berjalannya waktu, Najma mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik dan mendapatkan nilai tinggi di kelasnya.

Selama di sekolah, Najma dan ketiga kakaknya dibiasakan untuk sarapan dahulu sebelum pergi ke sekolah sehingga di sekolah tidak harus jajan atau sekadar membeli minuman karena sudah dibekali air minum dari rumah. Ayahnya mengajarkan kesederhanaan dan disiplin dalam segala hal.

Najma sering ikut dan diajak ayahnya ke agenda-agenda di luar. Senang sekali Najma jika sudah diajak ayahnya pergi. Pulangnya suka bawa buah tangan dan dibagi-bagi dengan kakak-kakaknya. Saking dekatnya Najma dengan ayahnya, kadang suka menangis jika tidak diajak oleh ayahnya pergi. Begitulah si bungsu sangat dekat dengan ayahnya.

Baca juga: Menjinakkan Monster Malu

Si Bungsu Kehilangan Sosok Ayah Teladan

Najma sekarang sudah kelas 6 sekolah dasar. Namun, ia masih malu-malu dan sedikit agak minder apabila bersama teman-temannya di sekolah. Jika istirahat tiba, Najma memilih tetap duduk menyendiri di ruang kelas ditemani buku dan penanya, sesekali membuka tutup tumblernya untuk minum sekadar melepas dahaga.

Najma diantar ibunya ke sekolah karena ayahnya harus mengantar Kakak Naf yang sekolahnya agak jauh dari rumah. Kadang Najma berangkat sendiri jalan kaki. Beberapa pekan dari awal tahun ajaran baru di kelas 6, ayahnya mengalami sakit yang menyebabkannya tidak bisa pergi jauh sehingga ibunya yang mengantar Kakak Naf, sesekali Najma diantar ayahnya.

Satu hari, ketika ayahnya tidak bisa mengantar ke sekolah karena harus dirawat di rumah sakit, Najma terlihat duduk menyendiri di ruangan kelasnya berurai air mata. Pengajar kelas dan beberapa teman perempuannya menghampiri Najma dan bertanya, "Kenapa Najma, kok menangis?"

Najma diam sesaat, kemudian menjawab perlahan, " Ayah sakit, sekarang dirawat di rumah sakit."
Pengajar dikelas dan teman-temannya berusaha menenangkan dan menghibur Najma.

Kedekatan Najma dengan ayahnya membuat Najma sedih ketika ayahnya sakit dan dirawat di rumah sakit. Di hari pertama ayahnya dirawat, Najma ingin menemaninya di rumah sakit. Tetapi anak seusianya tidak diperbolehkan untuk menginap di rumah sakit, hanya bisa menjenguk saja di jam besuk.

Ayahnya pulang dari rumah sakit, Najma senang sekali. Di rumah Najma selalu memperhatikan kesehatan ayahnya, dan membantu merawat ayahnya bersama ibu dan kakaknya. Menyiapkan kebutuhan dan perlengkapan ayahnya saat harus berangkat ke rumah sakit untuk hemodialisis rutin.

Di saat hemodialisis keempat, Najma ikut ke rumah sakit. Ketika waktu Isya tiba, saat ayahnya mengalami kondisi kritis dan ditangani dokter jaga beserta beberapa perawat, ibunya mengajak Najma untuk mengambil air wudu dan salat Isya. Namun, Najma diam di tempat duduknya tidak mau beranjak, dari sudut matanya ada linangan air mata. Sampai beberapa saat kemudian ibunya menghampiri dan menyampaikan bahwa ayahnya sudah tiada.

Seketika Najma berurai air mata dan memeluk ibunya. Setelah ada kerabat yang datang barulah Najma mau diajak untuk berwudu dan salat Isya bersama ibunya di ruangan hemodialisis. Malam itu Najma pulang bersama ayah dan ibunya dalam mobil jenazah.

Hampir dua purnama Najma ditinggal ayah tercintanya. Kesedihan masih menyelimutinya. Tidak ada sosok ayah yang selalu mengajaknya bermain dan berpetualang. Teladan itu sudah tiada. Kepergian ayahnya menyisakan pilu yang mendalam di hati Najma.

Di saat teringat ayahnya, Najma tiba-tiba menangis meski sudah bersiap ke sekolah, hingga tidak bisa melanjutkan pergi ke sekolah. Hal itu terulang beberapa kali di pagi hari. Ibunya mencoba memberikan pengarahan dan pemahaman pada Najma. "Meski ayah sudah tidak bersama lagi saat ini di dunia, insyaallah kita berkumpul di jannah-Nya kelak." Aamiin Yaa Mujiibasaailiin.

Kota Angin, 4 Jumadil Akhir 1447 H (25 November 2025 M) []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Aliyah Ummu Najma Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Ibu dan Anak Meninggal, Potret Buruk Pelayanan Kesehatan
Next
Islam Mencegah Paparan Medsos pada Anak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
21 days ago

Semoga Allah berikan kekuatan.

Novianti
Novianti
21 days ago

Jadi ingat bagaimana adik bungsu saya saat kehilangan bapak. Ketiga kakaknya sudah kuliah, adik masih SMP dan paling dekat dengan bapak. Kehilangan itu masih dirasakan bertahun-tahun.

Een Aenirahmah
Een Aenirahmah
20 days ago

Semoga de Najma ikhlas terhadap qadha, dan ceria kembali bersemangat menjadi pengalir pahala untuk ayahnya.

Ibunda juga diberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran, keberkahan rizki dalam membersamai anak-anak tercinta.

Linda Ariyanti
Linda Ariyanti
20 days ago

Semoga dek Najma tumbuh menjadi anak salehah meski sudah tidak ada lagi sosok ayah.
Peluk dari jauh ya, dek.
Kehilangan itu memang berat.

Aliyah
Aliyah
20 days ago
Reply to  Linda Ariyanti

Aamiin..

Ummu zay
Ummu zay
20 days ago

Allah sangat menyayangi Najma. Peran ibu sangat menentukan untuk menjadi ayah sekaligus ibu. Mudah-mudahan Najma dan ibu Najma diberi kekuatan oleh Allah serta keberkahan dalam hidup.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram