
Lansia akan mengalami kemunduran dan penurunan secara fisik dan mental, usia yang dianggap rawan dalam hubungan keluarga.
Oleh. Abdullah M.
(Kontributor Narasiliterasi.id & Ayah ideologis)
NarasiLiterasi.id-Tanggal 29 Mei, senantiasa diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Lansia adalah seorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Jumlah lansia kini mencakup 12 persen dari penduduk Indonesia menurut data BPS 2024, karenanya Indonesia masuk ke dalam negara ageing population (fenomena penduduk usia 60 tahun ke atas naik secara signifikan) sejak tahun 2021.
Lansia akan mengalami kemunduran dan penurunan secara fisik dan mental, usia yang dianggap rawan dalam hubungan keluarga, merupakan masa stres dan tekanan serta mengakibatkan sindrom sarang burung atau kesepian yang mendalam karena ditinggal sendirian, sebagaimana diungkapkan Suratmi, Amd.Keb, (RRI.co.id, 04-01-2025)
“Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat.” adalah tema HLUN tahun ini. Di bidang kesehatan, “Merawat Lansia, Merawat Bangsa,” merupakan subtemanya. Ini menjadi pengingat bahwa negara yang bermartabat adalah negara yang menghormati orang tuanya. (Indonesia.go.id, 28-05-2025)
Namun, dalam kehidupan sekuler-kapitalistik saat ini, alih-alih menghormati orang tua, justru banyak ditemukan kasus penelantaran bahkan pembuangan lansia oleh anak-anaknya dengan dalih menyusahkan dan merepotkan. Kemudian menempatkannya di pantai jompo dengan dalih kesibukan dan tidak punya waktu untuk merawatnya. Miris.
Belum lagi alasan ekonomi yang menjadikan akses pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan yang berbiaya tinggi menjadikan beban kehidupan anak yang tinggal bersama orang tua lansia semakin berat.
Kehidupan sekuler-kapitalistik menjauhkan anak-anak muslim dari ketaatan pada Allah Subhânahu wa ta’âlâ. Bakti pada orang tua, sekadar di lisan saja dan jauh dari pengamalannya. Waktu bercengkerama dan berkumpul bersama sudah tidak ada lagi karena kesibukan dan upaya pemenuhan materi. Sikap individualistis dan materialistis menjadikan bakti pada orang tua sesuatu yang memberatkan.
Air Susu Dibalas Air Tuba
Kedudukan orang tua dalam pandangan Islam sangat istimewa sehingga sewajarnya seorang anak berbakti pada orang tuanya meski telah lansia. Dalam Al-Qur’an Allah mewajibkan seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibunya yang telah mengandungnya.
Rezeki, umur, dan keberkahan hidup. Umur akan didapat oleh anak yang berbakti pada orang tua lansianya. Sebagaimana Rasulullah saw. menyampaikan agar anak berbakti kepada orang tuanya agar dipanjangkan usia dan ditambah rezekinya.
Kemaksiatan yang sangat besar bagi seorang anak yang tidak berbakti pada orang tua. Ibarat air susu dibalas air tuba.
Baca juga: Peran Orang Tua dalam Pola Didik Anak
Islam Solusi Atas Lansia
Berbagai peristiwa penelantaran orang tua lansia oleh anak, ibarat gunung es. Karenanya negara harus hadir untuk menyelesaikan persoalan ini. Pemenuhan atas pangan, sandang, dan papan sebagai kebutuhan pokok masyarakat telah diwajibkan Islam.
Pemenuhan negara ini, menjadikan persoalan penelantaran lansia oleh anak tidak mungkin ada dalam kehidupan Islam. Negara akan memastikan kebutuhan pokok lansia terpenuhi, di samping negara memberikan edukasi terhadap anak-anak kaum muslim berkaitan dengan bakti pada orang tua. Negara pun bisa memberikan sanksi tegas pada anak yang durhaka pada orang tuanya.
Peran Negara
Bagi lansia yang tidak mempunyai anggota keluarga, negara akan merawat dan memberikan pengasuhan terbaik pada lansia. Menghadirkan program yang menggairahkan dan membangkitkan hidup, agar senantiasa taat pada Allah Subhânahu wa Ta’âlâ, dan menjadi lansia yang senantiasa berkontribusi bagi Islam dan kaum muslimin.
Umar r.a., pada saat menjadi Khalifah memperhatikan Ahludz Dzimmah dengan dibebaskannya mereka dari kewajiban membayar pajak, ketika mereka tidak mampu membayarnya.
Abu Ubaid dalam Al Amwal mengatakan, ”Ada seorang laki-laki tua yang buta sedang mengemis. Umar menepuk pundak laki-laki tua itu dan bertanya, ’Dari golongan Ahlul Kitab mana Anda berasal?’ Laki-laki tua itu menjawab, ’Aku adalah seorang Yahudi.’ ’Mengapa Anda mengemis?’ tanya Umar. ’Aku mencari uang untuk bayar pajak dan untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari,’ jawab laki-laki tua itu. Kemudian Khalifah Umar menggandeng tangan dan membawa laki-laki tua itu ke rumahnya. Umar memberikan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya dan menyuruhnya untuk menemui petugas baitulmal.
’Perhatikanlah kebutuhan orang ini dan orang-orang yang seperti dia! Demi Allah, kita tidak pantas memakan hartanya (dari hasil pembayaran pajak) ketika dia masih muda, lalu kita menelantarkan dia ketika dia sudah lanjut usia’ ujar Khalifah Umar r.a.
Khalifah Umar kemudian membebaskan laki-laki tua itu dan orang-orang yang seperti dia dari kewajiban membayar pajak.
Khalifah Umar pun menulis surat agar pembantunya memberlakukan ketentuan ini secara umum.”
Demikianlah Islam memberikan solusi atas lansia, hingga mereka menjadi manusia yang bermartabat. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
