Komunikasi, Jembatan Menuju Rida Ilahi

Komunikasi jalan menuju rida ilahi

Komunikasi yang dibangun dengan landasan cinta kasih, penghormatan, dan ditujukan dalam rangka takwa niscaya akan menyampaikannya menuju rida Ilahi.

Oleh. Yuliyati Sambas
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Komunikasi dengan pasangan. Tema ini menjadi bagian yang cukup penting dibahas karena dengan komunikasi akan didapatkan kehidupan berumah tangga seperti bagaimana yang kita kehendaki ada dalam keluarga kita.

Komunikasi Suami-Istri dengan Bahasa Hati

Hati adalah tempat manusia merasakan cinta, benci, suka, duka, puas, kecewa, senang, kesal, dan berbagai ruahan rasa lainnya. Maka ketika komunikasi senantiasa membawa bahasa hati, tentu akan memperhatikan apa dan bagaimana berkomunikasi dengan pasangan agar didapati suasana hati yang rida dan tenteram pascakomunikasi itu sendiri

Sebutlah sebuah kasus yang kerap terjadi ketika seorang istri telah diberi kesempatan Allah untuk mengecap indahnya suasana kajian Islam lebih dahulu dibanding suaminya. Suatu ketika, saya pernah mendapat beberapa curhatan ummahat yang intinya mereka tidak mendapat dukungan dari suaminya untuk bisa istikamah mengkaji. Apa yang harus dilakukan ketika ini terjadi?

Langkah-Langkah Komunikasi dengan Pasangan

Urgensitas

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menengok urgensitas apa yang ada pada aktivitas mengkaji Islam. Kita tentu memahami betapa mengkaji Islam atau mengaji adalah satu aktivitas yang dalam pandangan syarak terkategori wajib, lebih tepatnya fardu 'ain. Rasulullah saw. bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Muslim)

Makna dari hadis di atas demikian jelas bahwa Allah menjadikan aktivitas menuntut ilmu, khususnya ilmu agama adalah sesuatu yang bersifat wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Baik keberadaan mereka itu masih single atau sudah menikah. Mengaji atau mengkaji Islam adalah wajib.

Konsekuensi

Jika telah dipahami betapa ngaji itu adalah wajib, hal ini butuh kita sadari bahwa kewajiban itu berkonsekuensi pahala apabila dikerjakan dan dosa ketika ditinggalkan.

Tentu sebagai hamba kita perlu mengupayakan yang terbaik agar aktivitas fardu mengkaji dapat terus berjalan dengan mendapat dukungan dan rida dari pasangan. Jadikan setiap rintangan dan hambatan sebagai bagian dari ujian yang secara thabi'i (alamiah) adalah bunga-bunga perjuangan dalam meraih rida Illahi.

Proses Analisis

Mulailah menganalisis di mana letak ketidaksenangan suami mendapati istrinya istikamah mengkaji Islam. Apakah karena khawatir kalau-kalau setelah mengkaji sang istri menjadi super sibuk dengan agenda kajiannya dan akan melalaikan tugasnya sebagai istri dan ibu? Ataukah ada hal lain yang membersamai pelarangan suami pada aktivitas ngaji istrinya?

Proses analisis ini membutuhkan kecermatan dan kepekaan istri dalam menangkap bahasa lisan maupun nonverbal dari suami. Di sinilah letak pentingnya komunikasi. Dengarkan setiap ucapan suami. Perhatikan juga sekecil apapun kode nonverbal yang disampaikan oleh pasangan.

Pahami Peran Diri

Jika telah paham bahwa mengkaji itu wajib, maka pahami dan sadari juga betapa kewajiban sebagai istri dan ibu di rumah pun tidak boleh dilalaikan. Maka, seorang istri dan ibu yang menghendaki istikamah dalam mengkaji wajib sadar bahwa ia akan menjalani peran ganda. Ini tentu membutuhkan pembuktian berupa perjuangan waktu, tenaga, hingga perhatian. Jika sudah waktunya jadwal kajian, pastikan semua tugas di rumah sudah beres. Anak terurus, rumah tertata, dan suami mendapatkan haknya.

Konsekuensinya adalah fisik kita akan lebih capek. Pikiran pun butuh dipacu untuk berstrategi bagaimana semua kewajiban bisa terlaksana dengan baik. Namun, dengan mengingat betapa tiada balasan lain bagi seseorang yang berlelah-lelah untuk meraih lillah kecuali jannah baginya. Cukuplah ini dijadikan motivasi terkuat dalam diri menjalani semuanya.

وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ

Artinya: Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (QS. Al-Baqarah ayat 25)

Bahasa Cinta

Seorang suami yang baik tentu berharap istrinya menjadi sosok yang salihah, menenteramkan, dan taat dalam relasi suami-istri. Dari sini maka istri yang berharap mendapat dukungan dan rida suami sering-seringlah mengkomunikasikan dengan bahasa cinta, semisal seperti ini, "Ayah, doain Bunda ya. Bunda pengen banget jadi istri dan ibu salihah. Bunda butuh paham gimana menjadi istri dan ibu salihah itu. Mohon dukung dan ridai Bunda ngaji, ya, Yah."

Jika ungkapan semisal di atas dilakukan berulang, dengan memperhatikan timing yang tepat, tidak terburu-buru, dan disampaikan dengan bahasa yang lembut, penuh kasih serta penghormatan, niscaya pasangan pun akan meresponsnya dengan baik pula.

Baca juga: Memperluas Cakrawala, Membangun Peradaban Dunia

Mungkin muncul pertanyaan lanjutan, kapan timing yang tepat untuk mengkomunikasikan hal-hal urgen semisal perizinan mengkaji. Ini tentu dikembalikan pada kebiasaan masing-masing keluarga. Intinya timing yang tepat itu adalah ketika suasana tenang dan nyaman. Hindari berkomunikasi di saat suami lelah, sibuk, dan banyak persoalan.

Doa dan Tawakal

Perbanyak doa dan tawakal kepada Allah. Poin ini meski ditempatkan terakhir, memegang peranan penting dan harus dilakukan dari sejak awal dan tak putus dilakukan.

الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

Artinya: “Doa adalah senjata kaum mukminin dan merupakan tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Al-Hakim dalam kitab Shahih-nya, dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu)

Penutup

Komunikasi dapat dijadikan jembatan yang akan menghubungkan antara suami dan istri dalam kehidupan sehari-hari. Jembatan yang dibangun dengan landasan cinta kasih, penghormatan, dan ditujukan dalam rangka takwa niscaya akan menyampaikannya menuju rida Ilahi.

Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Yuliyati Sambas Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Harga Naik Jelang Ramadan: Problem Sistemis!
Next
Efisiensi Anggaran Picu Aksi Indonesia Gelap
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram