Marriage is (not) Scary

Marriage is (not) scary

“Munculnya tren marriage is scary saat ini wajar banget terjadi ketika aturan Allah enggak diberlakukan dalam kehidupan manusia”

Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor Narasiliterasi.id dan Penulis Buku “Get Up, Guys!”)

NarasiLiterasi.id-Hai, Guys! Sedang ramai, nih, di media sosial tentang Marriage is scary. Kabarnya, ungkapan ini menjadi fenomena di kalangan anak muda zaman now  khususnya perempuan. Mereka jadi takut untuk menikah dan menganggap kalau pernikahan itu so scary alias menakutkan. Ada apa, ya?

Tren marriage is scary muncul bukan tanpa sebab, ya, Guys. Banyaknya kasus KDRT, perselingkuhan, hingga kondisi rumah tangga nelangsa yang dialami oleh para influencer yang marak diberitakan di media sosial, menjadi salah satu alasan anak muda memilih untuk menunda bahkan enggak mau menikah. 

Takut Menikah, Why?

Guys, agak ngeri juga, ya dengan fenomena anak muda takut menikah ini. Kita harus cari tahu, apa sih, penyebabnya. Sekadar tren atau ada sebab lainnya? Sekadar kekhawatiran biasa atau jangan-jangan propaganda?

Konsultan psikolog Arnold Lukito mengatakan, fenomena marriage is scary bukan lagi dipandang sebagai masalah tren. Kondisi ini adalah cerminan dari perubahan zaman dan nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Ia menganggap fenomena ini bisa jadi menunjukkan bahwa anak muda saat ini sudah lebih mengerti dan sadar tentang apa yang mereka inginkan dalam hidup (cnnindonesia.com, 15-8-2024).

Bahkan terjadi juga pergeseran tentang nilai pernikahan itu sendiri. Jika dulu pernikahan dianggap sebagai tujuan hidup, sekarang ia hanyalah sebagai salah satu pilihan hidup. Duh, miris ‘kan?

Ada beberapa sebab munculnya ketakutan menikah pada anak muda sekarang. 

Pertama, takut gagal. Biasanya seseorang yang trauma dengan kegagalan orang tua atau anak korban perceraian orang tua, akan merasa takut menikah. Ia khawatir akan mengalami hal yang sama kalau nanti menikah. Ketakutan itu menyebabkannya memilih menunda atau menolak menikah. Takut gagal ini bisa juga disebabkan gencarnya kabar kegagalan pernikahan publik figur di media sosial. Tahun 2023, Badan Pusat Statistik mencatat angka perceraian di Indonesia sebanyak 463.654 kasus dan 76% nya adalah gugat cerai dari pihak perempuan (Liputan6.com, 21-8-2024).

Kedua, takut berkomitmen dan merasa belum siap. Pernikahan adalah komitmen jangka panjang dan enggak boleh dianggap main-main. Nah, karena merasa takut enggak bisa bebas seperti masih lajang,  akhirnya memilih lebih baik enggak usah menikah, deh. Ah, ini mah mengada-ada saja.

Ketiga, faktor ekonomi. Ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini menjadikan banyak anak muda yang khawatir. Besarnya biaya hidup, pendidikan, kesehatan, biaya resepsi pernikahan dll membuat generasi muda merasa takut untuk menikah. Belum lagi ada tuntutan harus sukses atau mapan dulu sebelum menikah.  Ketika belum merasa mapan, lebih memilih menunda atau enggak menikah sama sekali.
Baca juga: sihir-kapitalisme-dalam-rumah-tangga-pernikahan-toksik-merajalela/

Marriage is Scary, Bagian dari Propaganda?

Guys, masih ingat ‘kan tren child free yang sempat ramai beberapa tahun lalu? Seruan ini dianggap berbahaya karena dikhawatirkan bisa terjadi lost population pada penduduk. Nah, tren marriage is scary juga sama. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan  adanya penurunan tren pernikahan dalam tiga tahun terakhir. Penurunan paling parah terjadi di tahun 2023 dimana jumlah pasangan yang menikah kurang dari 2 juta pasangan. Pada tahun 2022, tercatat 1.705.348 pernikahan, sedangkan di tahun 2023 menurun menjadi 1.577.255 pernikahan. Penurunan ini terjadi hampir di seluruh kota besar, lo, Guys!

Tren marriage is scary ini juga dikhawatirkan akan menyuburkan kasus perzinahan. Bagaimana enggak, bukankah penyaluran hasrat seksual hanya boleh dilakukan kepada pasangan halal melalui pernikahan? Kalau enggak mau menikah, bagaimana mungkin? Apalagi kalau sampai terjadi kehamilan di luar nikah. Karena enggak mau bertanggung jawab, akhirnya aborsi. Na’udzubillah.

Pakar psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Ghozali Rusyid Affandi, S.Psi MA mengatakan, tren marriage is scary akan memengaruhi pola pikir masyarakat. Jika setuju dengan tren ini, maka akan mendapat informasi terkait menunda atau menghindari pernikahan. Nantinya akan muncul pertanyaan tentang alternatif apa yang bisa diambil untuk menggantikan menikah. Apakah kumpul kebo atau menunggu sampai benar-benar siap.

Dalam Islam, Marriage is Not Scary

Guys, munculnya tren marriage is scary saat ini wajar banget terjadi ketika aturan Allah enggak diberlakukan dalam kehidupan manusia. Kecemasan finansial terjadi karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Distribusi kekayaan tidak merata, dan hanya berputar di antara orang-orang kaya saja. 

Kekayaan alam yang berlimpah di negeri ini hanya dinikmati oleh segelintir orang, sedangkan mayoritas penduduk harus berjibaku berebut remah-remahnya. Bagaimana laki-laki enggak mau ketakutan masalah finansial? Bayangkan, baru kerja satu tahun, sudah dirumahkan atau diberhentikan dengan alasan perusahaan sedang lesu atau habis kontrak. Anak gadis pun enggak kalah takut. Sudah punya angan-angan hidup cukup, ternyata harus menderita. Sedih, ‘kan?

Masalah KDRT juga terjadi akibat ketidakpahaman peran dan kewajiban suami istri. Perselingkuhan terjadi akibat sistem pergaulan yang enggak terjaga. Belum lagi pengaruh media yang selalu memberikan informasi negatif tentang pernikahan tanpa diimbangi informasi yang positif.Wes, komplet deh permasalahannya. 

Islam memandang pernikahan adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia dan menganjurkannya untuk menjaga kesucian diri, terutama untuk para pemuda yang sudah mampu ( fisik, mental, dan finansial) untuk menikah. Rasulullah saw. bersabda:

Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam juga memberikan jalan agar seorang laku-laki atau perempuan merasa tenang dengan pasangannya melalui pernikahan. Allah Swt. menjelaskannya dalam surah Ar-Rum ayat 21 yang artinya:

Dan diantara kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.

Lagi pula, Guys, ketakutan yang muncul tentang pernikahan lebih banyak karena kita terlalu over thingking. Padahal belum tentu, lo pernikahan kita akan mengalami nasib tragis. Iya enggak? Ingat ya, Allah itu bagaimana prasangka hamba-Nya. Kalau prasangkanya baik, akan diberi kebaikan, dan sebaliknya. Rasulullah saw. bersabda:

Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Kalau ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka ia akan mendapat keburukan” (HR. Tabrani dan Ibnu Hibban).

Guys, merasa khawatir atau takut akan sesuatu itu wajar. Tapi, jangan sampai berlebihan juga. Kita enggak tahu dengan kehidupan yang akan kita alami. Kewajiban kita hanya berikhtiar sambil berdoa, mohon kepada Allah diberikan yang terbaik. Kalaupun dalam perjalanan pernikahan mengalami hal yang buruk, maka sikapi saja sebagai bentuk ujian dari Allah dan kita harus sabar menghadapinya.[]

Wallahua’lam bishshawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Irma Sari rahayu Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Bekasi Kota Terbesar Kedua, Banggakah?
Next
Sekularisme Petaka bagi Kehidupan Wanita?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 month ago

Memang sekarang tuh orang-orang kalau memandang pernikahan yang dikedepankan adalah kekhawatiran-kekhawatiran. Padahal, itu semua akibat.
Harusnya, mereka ketahui akar masalahnya apa.
Sehingga bisa menyikapinya dengan tepat.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram