Kemenangan Kandidat Muslim: Antara Peluang atau Tantangan

Kemenangan Kandidat Muslim

Kemenangan kandidat muslim di kontestasi politik demokrasi bukanlah sebuah kemenangan hakiki. Kemenangan yang sahih ketika Islam bisa diterapkan secara menyeluruh dalam bingkai kehidupan.

Oleh. N' Aenirahmah
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id- Kemenangan para kandidat muslim di pemilihan tingkat kota maupun negara bagian Amerika Serikat disambut dengan kegembiraan dan harapan. Kalangan komunitas muslim di AS menilai, hal ini sebagai langkah signifikan menuju inklusivitas, keragaman, dan pengakuan atas masyarakat muslim di negeri Paman Sam.

Dilansir dari CNNIndonesia.com (08-11-2025), The Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah merilis perhitungan terbaru dari hasil pemilu pada 4 November 2025. Hasilnya, tercatat ada 38 kemenangan dari 76 kandidat muslim yang ikut bersaing dalam pertarungan pemilu di AS.

Masyarakat dunia pun menyambut kemenangan ini dengan harapan di masa depan para pemimpin muslim ini bisa memperkuat solidaritas global untuk Palestina, meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu keadilan sosial, dan hak asasi manusia.

Perubahan Sentimen Islam di AS

Dunia adalah perubahan dan perubahan adalah suatu yang alami. Itulah yang terjadi di AS. Amerika Serikat adalah negara yang selalu menyematkan stereotipe negatif dan diskriminasi terhadap Islam dan umatnya. Puncaknya adalah peristiwa 11 September 2001 sebagai isu global terorisme terhadap Islam.

Peristiwa runtuhnya menara kembar menjadi pintu bagi masyarakat AS untuk mencari tahu tentang Islam. Al-Qur'an menjadi bestseller, mereka membacanya dengan tujuan akan menemukan sebuah argumentasi yang melatarbelakangi aksi terorisme. Namun, mereka tidak menemukan Islam sebagai agama teroris sebagaimana yang dituduhkan. Hal itulah yang menjadi titik awal retaknya stigma Islamofobia.

Masyarakat AS mulai berubah pandangannya terhadap Islam. Setidaknya ada dua faktor pendorongnya.

Pertama, keberadaan komunitas muslim yang datang dari mancanegara dengan berbagai etnis dan budaya. Baik untuk tujuan belajar maupun bekerja, serta imigran telah berhasil mempromosikan pemikiran dan budaya Islam.

Kedua, keberadaan media sosial ikut memainkan peran penting dalam memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat. Dinilai berhasil dalam menyajikan informasi seimbang tentang Islam, terutama peristiwa yang terjadi di Palestina.

Hasilnya, bisa dilihat dari berkembangnya tempat ibadah umat Islam (masjid) di AS yang tiap tahunnya terus meningkat. Tercatat ada 2.796 masjid di Amerika Serikat, jumlah ini meningkat 31% dari hitungan tahun 2010.

Membaca Peluang Kebangkitan Islam di AS

Kemenangan kandidat Muslim di Amerika Serikat (AS) merupakan fenomena yang menawarkan peluang historis. Keberhasilan tokoh seperti Ilhan Omar dan Rashida Tlaib telah menginspirasi gelombang baru aktivisme politik di kalangan muslim AS.

Mulai dari peningkatan jumlah kandidat, pemilih, dan organisasi grassroots,
populasi muslim yang terus bertambah, dan dimungkinkan akan menjadi kelompok pemilih kunci. Kini, seorang muslim dapat berpartisipasi dalam politik AS tanpa harus menyembunyikan identitasnya. Mereka bisa diterima sebagai pejabat publik. Padahal, jumlah mereka minoritas tetapi berhasil membangun koalisi yang kuat dengan kelompok minoritas lain, aktivis hak sipil, dan pemilih muda yang mendukung agenda reformis.

Faktor lainnya adalah adanya gelombang kesadaran terhadap isu global. Seperti, kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah dan imigrasi yang dinilai ekstrem dan melanggar hak asasi manusia.

Di masa mendatang, kemungkinan akan terus terjadi gelombang kesadaran untuk mencari sistem yang tepat. Mereka mulai mengindra sistem sekularisme kapitalis adalah sistem rusak. Lebih berpihak kepada para pemilik modal, sementara rakyat terus terpinggirkan.

Tantangan Besar bagi Pemenang Kandidat Muslim

Amerika Serikat tidak berhenti memainkan isu islamofobia dan sentimen antimuslim. Negara adidaya yang terus mengampanyekan sekularisme ke negeri-negeri dan kelompok-kelompok Islam agar berpaham moderat, yakni menerima kehadiran ideologi sekuler kapitalisme, demokrasi, HAM, menerima pluralisme, mengakui kaum LGBT, dan mengakui negara Israel.

Jika ada di antara negeri dan kelompok muslim yang menolak, maka dikategorikan sebagai kelompok radikal yang mengancam kepentingan AS dan dicap sebagai teroris.

Di sisi lain, Amerika Serikat tidak pernah melepaskan dukungannya terhadap Israel. Bahkan, salah satu kebijakan politik AS adalah mendukung eksistensi Israel di Palestina. AS terus berusaha untuk menormalisasi Israel dengan mengizinkannya mencaplok sebagian besar Tepi Barat dan Yerusalem untuk dijadikan Ibu Kota Israel Raya. Apalagi ketika Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump yang getol menyuarakan Islam sebagai ancaman. 

Maka, bisakah para pemenang kandidat muslim ini membawa perubahan terhadap kebijakan luar negeri AS, terutama bagi dunia Islam dan khususnya bagi Palestina?

Baca: mempersiapkan kemenangan palestina dengan dakwah

Jejak rekam AS terhadap dunia Islam terbukti sangat buruk dan kelam. Maka, kaum muslim tidak boleh menggantungkan harapan kepada AS yang telah nyata memusuhi Islam dan membunuh umatnya.

Terjebak Pragmatisme

Bukan perkara mudah menjadi pemimpin (muslim) di AS. Sebab, harus berjuang di tengah sistem sekuler dan di bawah kendali penguasa (presiden) yang jelas-jelas memusuhi Islam.

Amerika Serikat adalah negara kampiunnya sekularisme kapitalis. Dari sisi akidah dan peraturan bertolak belakang dengan Islam. Kebijakan penguasa negeri sekuler sering kali bertentangan dengan nilai-nilai syariat.

Tidak layak berbangga diri ikut dalam partisipasi pemilihan umum dalam sistem demokrasi. Bukan prestasi dan bukan sebuah kemajuan, melainkan sudah masuk perangkap dan terjebak pragmatisme. Yang harus dilakukan adalah berjuang untuk mengganti sistem sekularisme dengan sistem Islam.

Kemenangan Hakiki

Politik dalam pandangan Islam bukanlah meraih kekuasaan atau menjadi penguasa. Politik Islam adalah perjuangan mengembalikan Islam sebagai satu-satunya sumber hukum dan aturan. Politik Islam sejati meniscayakan penerapan hukum Allah secara menyeluruh, bukan hanya representasi simbolik.

Seorang penguasa dalam pandangan Islam adalah pelindung bagi rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya. Ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat dan amanah kepemimpinannya.  Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,

“Imam adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Muslim)

Kepemimpinan dalam pandangan Islam merupakan tanggung jawab dunia dan akhirat. Artinya, seorang pemimpin di dunia memiliki tanggung jawab untuk menjaga rakyatnya. Baik, menjaga agama rakyatnya agar senantiasa berada dalam ketauhidan, ketakwaan kepada Allah Swt. Pemimpin juga wajib memelihara urusan rakyat dalam hal sandang, pangan, dan papan. Menjaga ketersediaan, kestabilan harganya bagi rakyat. Selain itu, pemimpin juga wajib menyediakan kebutuhan kolektif rakyat, seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Alhasil, rakyat memiliki pelindung dan pengayom dalam menjalani kehidupan.

Dengan demikian, jelas bahwa seluruh kekuasaan dalam Islam ditujukan untuk menegakkan hukum Allah Swt. dan melakukan amar makruf nahi mungkar.

Dalam sistem Islam, rakyat maupun penguasa tidak diberi hak untuk membuat hukum seperti yang terjadi pada sistem demokrasi sekuler. Hukum yang diterapkan bersumber dari Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Kaum muslim pernah memiliki dan hidup dalam sistem pemerintahan Islam. Sejarah telah mencatatnya dengan tinta emas. Sistem pemerintahan Islam pernah tegak selama hampir 14 abad. Wilayahnya membentang melintasi tiga benua, yakni Eropa, Afrika, dan Asia. Negara Khilafah Islamiah sebagai negara adidaya dunia yang membawa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Khatimah

Umat Islam di dunia harus mulai membangun kesadaran tentang Islam kaffah. Memahami Islam dari sumbernya dan menelusuri sejarahnya. Di sana akan ditemukan bahwa Islam sebagai agama sekaligus pandangan hidup yang mengatur seluruh sendi kehidupan, termasuk mengatur sistem pemerintahan.

Oleh karena itu, menjadi pemimpin dalam pandangan Islam adalah sebagai pelaksana hukum syariah, penjaga persatuan dan kesatuan, serta penyebar dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Dengan demikian, kemenangan kandidat muslim di kontestasi politik demokrasi bukanlah sebuah kemenangan hakiki. Kemenangan yang sahih ketika Islam bisa diterapkan secara menyeluruh dalam bingkai kehidupan. Merealisasikannya membutuhkan kepemimpinan yang khas, Khilafah Islamiah.

Wallahu a'lam bisshawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
N' Aenirahmah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Prancis, Negeri Pusat Mode Terancam Mati Suri
Next
Hidup Bukan Hanya Mencari Kesenangan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yeni
Yeni
23 days ago

Barakallahu fiik ibu, antara lrestasi dan masuk perangkap demokrasi. Semoga bisa mengembalikan fungsi pemimpin yang sebenarnya yakni pelakasana hukum syariah.

Novianti
Novianti
22 days ago

Rakyat Amerika juga lelah. Seharusnya mereka sadar akan kebutuhan terhadap agama. Sayangnya ekspetasi akan agama masih sebatas simbol, berharap pemimpin muslim bisa mengubah keadaa . Bukan pada sistemnya.

Ummu zay
Ummu zay
22 days ago

Kemenangan semu dalam bingkai sistem kapitalisme. Musuh-musuh Islam tidak akan memberikan ruang sedikitpun untuk kaum muslim dalam mengatur perpolitikan dunia. Kaum muslim hanya dijadikan boneka untuk menguatkan eksistensi kaum penjajah.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram