"Misykat. Suatu istilah yang berasal dari Al-Qur'an. Misykat dalam tafsir Fath al-Qadir adalah lubang kecil dalam rumah seperti jendela kecil yang memantulkan cahaya. Dapat juga diartikan tempat lampu. Misykat adalah tempat berkumpulnya cahaya yang di dalamnya terdapat lampu atau lainnya yang bercahaya”
Judul: Misykat
Penulis: Hamid Fahmy Zarkasyi
Penerbit: INSISTS – MIUMI
Halaman: xxix + 302 hlm
Tahun Terbit: Oktober 2018 (cet. 4)
Genre: Pemikiran Islam
Peresensi: Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dunia secara kutub, selain terbagi menjadi Kutub Utara dan Kutub Selatan, juga tidak menafikan terbagi lagi menjadi Kutub “Barat” dan Kutub “Timur”. Dua kutub yang dalam banyak hal memiliki perbedaan yang tak dapat ditemukan dari keduanya. Tetapi dua kutub ini juga tak ayal berusaha saling memengaruhi satu sama lain, berusaha mendominasi satu sama lain.
Buku yang ditulis oleh Hamid Fahmy Zarkasyi atau kerap disapa “Ustaz/Gus Hamid” ini adalah satu di antara karyanya yang lain yang memang menekankan pada aspek pemikiran Islam. Latar belakang akademis dan pengalamannya hidup di Kutub Barat menjadi legitimasi bagi umat Islam yang haus akan fikrul Islam, namun tetap kritis pada zaman berikut dinamikanya di Barat. Buku ini tak memiliki banyak bab, hanya dua bab besar saja, dengan bab pertamanya berjudul “De-westernisasi” terdiri dari 14 sub-bab; sedangkan bab keduanya “De-liberalisasi” mempunyai 22 sub-bab.
Sesuai judul babnya, jelaslah buku ini menitikberatkan bahasannya pada masalah westernisasi dan liberalisasi, serta sangkut pautnya dengan Islam. Westernisasi dan liberalisasi memang adalah dua hal yang tak terelakkan terjadi di era globalisasi seperti hari ini, begitu ungkap kebanyakan orang. Pandangan tersebut berimplikasi pada taklidnya sebagian kaum muslimin terhadap agenda tersebut, yang sayangnya berdampak pada terkikisnya identitas keislaman.
Bab pertamanya dimulai dengan mendefinisikan apa itu ‘Barat’, ‘Timur’, ‘Tuhan’, ‘Agama’, hingga membahas hal-hal derivatnya seperti ‘Humanisme’, ‘Orientalisme’, ‘Dualisme’ dll. Topik-topik tersebut dapat dikatakan sebagai “starter kit” saat kita membahas masalah westernisasi atau dengan kata lain baratisasi. Kaum muslimin pada faktanya memang tersebar dan hidup di dua kutub ini, tetapi mereka yang masih bertahan di Kutub Timur, sangatlah perlu untuk memahami tabiat kutub di seberangnya.
Dari bab De-westernisasi, pembaca akan mendapatkan maklumat yang luas sekali mengenai sudut pandang Barat terhadap kehidupan, serta hal-hal yang sifatnya prinsipiel seperti Tuhan dan agama. Konon Barat yang sangat dekat dengan ateisme, tentu saja harus diberikan “lampu kuning” kepada kaum muslimin yang melancong ke sana, baik untuk menetap ataupun rihlah ilmiah dalam rangka studi agar tidak tercemplung pada paham-paham yang berkembang di sana.
Selain itu, bab pertama ini juga memberikan pemahaman kepada pembaca, bahwa meskipun Barat lekat dengan ateisme ataupun paham yang menyampingkan –bahkan memangkas- peran agama, tidak semuanya yang berbau Barat harus ditinggalkan dan dibenci oleh umat Islam, seperti misalnya dalam hal sains, yang dalam beberapa kondisi menunjukkan kelemahan di bidang sains dan teknologi, maka tak ada salahnya jika harus belajar dari Barat. Semangat riset dan keilmuan yang dibangun oleh Barat pun patut menjadi contoh bagi kaum muslimin yang rasanya hari ini sedikit renggang dengan kultur keilmuan, yang sejatinya sudah dicontohkan juga oleh Islam.
Memasuki bab kedua, yakni De-liberalisasi, pembahasannya tak kalah seru dan menggugah intelektualitas. Dengan 22 sub-bab, pembaca diajak menelusuri luasnya spektrum bahasan yang berhubungan dengan “liberal”. Di Indonesia khususnya, tentu kita tidak asing dengan adanya kelompok-kelompok liberal yang melakukan propaganda pemikiran yang menyesatkan di tengah umat Islam. Maka, bab kedua ini pada hakikatnya berusaha membongkar kebusukan dari liberalisasi yang tanpa disadari sudah terimpor ke banyak benak umat.
Bab ini dimulai dengan penjelasan tentang ‘Ideologi dan Teologi Liberal’ yang merupakan prinsip-prinsip dasar dalam memahami liberalisme dan banyak paham turunannya. Peristiwa WTC di Amerika pada tahun 2001 juga menjadi sorotan buku ini, karena momen tersebut telah dijadikan dalih oleh Barat untuk menyebarkan liberalisme ke seluruh penjuru dunia, termasuk dunia Islam sebagai “obat” atas apa yang mereka sebut sebagai ekstremisme dan radikalisme.
Beberapa sub-bab dalam De-liberalisasi ini adalah ‘Problem Moderat’, ‘Pluralisme dan Islam’, ‘Eksklusif dan Inklusif’, ‘Sekularisme dan Liberalisme’, ‘Blasphemy’, ‘Membakar Al-Qur'an’, ‘Fe-Minus’, dsb. yang saya yakin sangat bisa diindra oleh kaum muslimin, khususnya di Indonesia. Di bagian akhir bab kedua ini, penulis juga memunculkan segmen Tanya Jawab yang berjudul Liberalisasi Pemikiran Islam, di mana pada segmen ini, penulis menjelaskan beberapa FAQ (Frequently Asked Questions) atau pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan terkait liberalisasi pemikiran yang tentu sangat berbahaya jika diserap, diyakini, bahkan disebarkan oleh seorang muslim.
Akhirul kalam, saya pribadi sangat merekomendasikan buku kepada siapa pun yang ingin melakukan eksplorasi atau bahkan untuk membentuk pemahaman awal mengenai Barat dan budaya liberalnya. Buku Misykat ini sangat pantas untuk menjadi acuan dan referensi bagi yang tertarik terhadap isu pemikiran dan Islam, selain karena isinya yang bernas, buku ini juga mencantumkan seluruh referensi yang digunakan penulis serta glosarium yang pasti akan sangat bermanfaat untuk studi lanjutan masing-masing pembaca.[]
Photo : Koleksi pribadi
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com