Anak Emas

Rasa kedekatan aku dengan ibuku membuat saudara kandungku mengatakan bahwa aku anak emas. Label ini membuat aku tak nyaman.

Oleh. Dewi Kusuma
(Kontributor NarasiPost.Com & Pemerhati Umat)

NarasiPost.Com-Aku adalah putri kelima dari tujuh bersaudara. Aku mempunyai 2 orang kakak perempuan dan 2 orang kakak laki-laki. Aku pun punya 1 adik perempuan dan 1 adik laki-laki.

Kedua orang tuaku selama kurun waktu 10 tahun dikaruniai 7 anak. Kakak perempuanku lahir tahun 1955, sementara adik bungsuku yang laki-laki kelahiran tahun 1965. Praktis selama kurun waktu 10 tahun, orang tuaku diamanahi 7 orang anak. Masyaallah luar biasa. Keluarga muda saat ini jarang yang mempunyai banyak anak.

Tak terbayangkan betapa repotnya  membimbing, mengasuh,dan membesarkan kami semua. Sementara ayahku seorang guru SD dan ibuku seorang PNS yang diperbantukan di yayasan Nasrani.

Kami 7 bersaudara bersekolah dalam sekolah yang sama. Sebab, meski kedua orang tua kami PNS, mereka mengajar di yayasan Nasrani. Kemudian ayahku ditugaskan negara di SDN di pedesaan. Sementara ibuku ditugaskan di SMP swasta. 

Kami ber-7 sekolah di SD swasta yayasan Nasrani tempat  orang tua kami mengajar. Kami disekolahkan di tempat orang tua kami bekerja. Barangkali biar mudah mengawasi anak-anaknya, meski sambil mengajar. Uang SPP pun semua jadi satu tagihan. Bukan masing-masing anak mempunyai kartu tagihan SPP. Pertama kali kami mengenyam pendidikan adalah di TK sekaligus SD yayasan tersebut.https://narasipost.com/challenge-milad-np/09/2022/temaran-usia-senja/

Namanya bersekolah di yayasan Nasrani, kami pun belajar agama Nasrani yang semua siswa wajib mengikuti. Bahkan pergi ke gereja di jam sekolah pun diwajibkan. Sementara di sekolah negeri, saat jam pelajaran agama yang bukan beragama Islam boleh keluar kelas untuk tidak mengikuti pelajaran agama Islam. Demikian juga di sekolah yang beryayasan Islam tidak ada pemaksaan untuk mengikuti pelajaran agama Islam. Ternyata beda ya kebijakannya. Aku sedikit banyak mengetahui isi kitab Injil. Karena, ya, memang kami 7 bersaudara bersekolah di yayasan Nasrani ini.

Saat menjadi siswa Taman Kanak-Kanak, masih ingat kala guru TK-ku mengelus kepalaku saat aku habis potong rambut. Orang tua kami memang selalu mengajak kami bertujuh untuk potong rambut di tempat langganan. Pasca potong rambut, kami diberikan hadiah buah-buahan yang masih jelas teringat meski saat itu sudah puluhan tahun berlalu. Kami dibelikan pisang dan nangka sebagai penghibur kami setelah selesai potong rambut. Hal ini membuatku bahagia dan rasa itu masih aku kenang hingga sekarang. Meski momen itu telah puluhan tahun berlalu, namun ingatan di masa kecil masih melekat.

Karena kedua orang tuaku bekerja sebagai PNS, maka kamipun diajari untuk mandiri. Ibuku selalu menyiapkan sejumlah uang untuk membeli lauk di siang hari. Siapa pun yang pulang ke rumah lebih dahulu, maka dia harus menyiapkan lauk untuk makan siang. Entah itu beli lauk matang maupun beli sayuran untuk dimasak. Adapun nasinya, sudah tersedia di rumah.https://narasipost.com/story/07/2022/anakku-kutitipkan-engkau-ke-pesantren/

Meski di rumah ada pembantu rumah tangga, namun kami disuruh untuk mengikuti adik bungsuku dan menunggui selama adikku bersekolah. Baju dan sepatu pun harus kami urus sendiri, meski mencuci baju sudah dikerjakan ibu atau pembantu rumah tangga kami. Namun, untuk setrika baju dan cuci sepatu harus diurus sendiri.

Selepas SD, baru kami mempunyai pilihan sekolah sendiri-sendiri. Praktis kami pun bersekolah di tempat yang kami pilih. Kami sering pulang dan pergi sekolah bersama teman-teman sekampung. Betapa hangat situasi masa-masa di kampung halaman. Kenangan itu masih selalu menjalari hati dan tak pernah lepas dari ingatan.

Di rumah, aku sebagai anak yang selalu mengikuti ke mana ibuku pergi. Saat belanja ke warung ataupun ke pasar, aku selalu mengekor di belakang ibuku. Hingga tetangga hafal kebiasaanku mengikuti Ibu. Saat aku tak menguntit dibelakangnya, selalu ditanyakan para tetangga.

Ya Allah, kenangan itu masih hangat di ingatanku. Ada rasa haru dan bahagia saat teringat masa kecilku. Waktu yang tak pernah berputar ke belakang, semua hanya tinggal kenangan.

Masa SMP, aku bersekolah di tempat dekat rumahku. Aku hanya berjalan kaki untuk pergi ke sekolah bersama teman-teman. Hingga sekarang, masih terjalin komunikasi dengan baik bersama teman-teman SD, SMP, maupun SMA dan perguruan tinggi. Kami masih selalu say hello. Alhamdulillah era sekarang ada HP sebagai salah satu alat untuk menyambung silah ukhuwah. Semoga kita mampu menggunakannya dengan bijak.

Masa SMA aku bersekolah di dua tempat, sekolah di tanah kelahiran juga di tanah rantau. Aku menyelesaikan sekolah SMA di Yogyakarta. Rasa kedekatan aku dengan ibuku membuat saudara kandungku mengatakan bahwa aku anak emas. Label ini membuatku tak nyaman. Sehingga saat aku sekolah di Yogyakarta, aku jarang pulang ke rumah. Paling sebulan atau dua bulan sekali. Hal ini kulakukan karena aku risi dianggap sebagai anak emas.

Aku tak tahu mengapa mereka menyebutku seperti itu. Padahal menurut aku, ya biasa saja tak ada perlakuan istimewa dari orang tua kami untuk aku. Karena semua mendapatkan perhatian yang sama. 

Masa kuliah pun aku masih memilih untuk tetap kuliah di Yogyakarta. Praktis hanya aku anak yang jauh dari orang tua. Saudaraku yang lain tetap sekolah di kota kelahiran kami. Memang nenek kami saat menjelang kepergiannya berwasiat kepada ibuku di hadapanku, agar ibu menyekolahkan aku hingga selesai. 

Ibuku merasa mendapatkan amanah dari nenekku, mungkin ini yang membuat almarhumah ibu menguliahkan aku hingga tamat. Sementara saudara kandungku ada yang tak mau sekolah lagi selepas SMP. Namun, yang lain bersekolah hingga tamat SLTA. Seorang kakak perempuanku kuliah sambil bekerja saat sudah menjadi PNS dan adik bungsuku pun kuliah saat sudah dinas di PNS.

Yang aku tahu dari tetangga, memang kedua orang tuaku sangat menyayangiku. Mungkin karena aku bersekolah paling jauh. Jarak antara kota kelahiranku dengan tempatku bersekolah lamanya 5 jam perjalanan naik bus.

Ayahku, saat aku sudah berumah tangga bercerita kepada tetanggaku sekarang, bahwa aku anak yang dibanggakannya. Apa alasannya aku pun tak memahami. Yang aku rasa ya mereka sayang karena aku selalu mengikuti apa maunya kedua orang tuaku. Dari 7 bersaudara hanya aku yang selalu bermanja-manja di pelukan ayahku.

Namun belum sempat aku membahagiakan kedua orang tuaku mereka sudah pergi menghadap Allah Swt. Kala itu rumah tangga aku baru mulai merangkak dari nol. Anak-anakku pun masih kecil-kecil. Alhamdulillah untuk  biaya hidup kami berusaha sendiri tanpa bantuan orang tua.

Meski saudaraku menyebut aku anak emas namun baktiku kepada orang tuaku belum tuntas. Aku belum sempat membuat mereka bangga meski kedua orang tuaku membanggakan aku. Jasa dan kasih sayang beliau belum sempat aku ganti, mereka telah berpulang ke haribaan Allah. Rasanya tak tepat saudaraku menjuluki aku anak emas, karena aku belum sempat berbuat banyak untuk kedua orang tua aku.  

Saat ini hanya doa yang bisa aku panjatkan. Aku hanya bisa melakukan doa di setiap salatku. Semoga Allah mengampuni dosa kedua orang tuaku, memberikan tempat terbaik di taman surga-Nya serta kelak kami berkumpul  kembali di surga yang  Rasullullah saw. tempati.

Siapa pun yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaknya dia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahmi. (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).

"Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka. Ya Allah, turunkanlah rahmat, ampunan, syafaat bagi ahli kubur penganut dua kalimat syahadat."

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Wallahualam bishawwab.

Serang Banten, 13 Agustus 2023

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Dewi Kusuma Pancawati Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Jangan Salah Langkah Wahai Palestina!
Next
Perjalanan yang Mengesankan
4.3 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

20 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Semoga orang tua tetap mendapat pahala dari anak yang salihah yang selalu mendoakan orangtua meski belum sepenuhnya membalas jasa ketika di dunia, aku pun sama, merasa belum cukup bakti, semoga kita istikamah dalam ketaatan yang bisa mengalirkan pahala untuk orang tua

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  Hanimatul Umah

Barakallah fik sayang
Semoga kita selalu bersama meniti jalan ke surga-Nyq aamiin

firda umayah
firda umayah
1 year ago

Semua anak adalah spesial. Hanya saja, punya karakter yang berbeda. Istilah anak emas sebenarnya tidak perlu ada, jika punya anak lebih dari satu. Karena bisa menimbulkan kecemburuan sesama anak.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  firda umayah

Betul Mba Firda
Namun itulah label yang diberikan oleh saudara kandungku

sar tinah
sar tinah
1 year ago

Seorang anak pasti ingin yang terbaik untuk orang tuanya. Demikian juga sebaliknya. Dan betul, tidak ada anak yang mampu membalas jasa kedua orang tuanya. Hanya melangitkan doa agar mereka kelak dimasukkan ke dalam surga.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  sar tinah

Aamiin
Barakallah ffk semoga kita adalah anak-anak yang dibimbing Allah untuk selalu ada dalam ketaatan.. Tolong doakan aku untuk selalu taat terhadap syariat Islam penulis hebarku

Sherly
Sherly
1 year ago

Barakallah, bunda ❤️
Insyallah, bunda anak shalihah yang membanggakan kedua orang tua.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  Sherly

Aamiin
Jangan pernah lelah membawa daku dalam ketaatan penulis hebatku

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Julukan orang memang benar adanya. Karena ibu kebanggaan orang tua. Baarakallah Bu Dewi

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Aamiin
Semoga kelak kita disatukan kembali di Janah-Nya di surga yang ditempati oleh Rasulullah saw

diadwi arista
diadwi arista
1 year ago

Beruntung ya, Bu, banyak kenangan indah dengan saudara dan orang tua

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  diadwi arista

Alhamdulillah aamiin
Hanya sedih saat kedua orang tua telah tiada belum bisa membuat mereka bahagia. Saat ini hanya doa yang bisaa dipanjatkan untuk almarhum almarhumah kedua orang tuaku

Aidha
Aidha
1 year ago

Sedih rasanya saat kita tak mampu lagi berbakti pada orang tua karena sudah Allah panggil. Namun doa-doa kita sebagai anak, Insya Allah akan menerangi alam kubur kedua orang tua.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  Aidha

Aamiin Allahumma aamiin
Semoga kelak kita dipertemukan di janah-Nya

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  Aidha

Saat ini hanya doa yang bisa kita panjatkan untuk kedua orang tua kita

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Kenangan masa kecil yang tak terlupakan ya bun...

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Ya betul Dinda selalu ada rasa yang berat untuk bisa melupakannya, karena semua terukir dalam sanubari

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Barakkallah Mba Andrea dan tum NP semoga bermanfaat dan jangan pernah lelah ajak aku dalam kebaikan yang Allah ridai

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Sempat jadi anak emas juga, bukan di rumah, namun di tempat kerja.. tapi memang tidak enak juga, karena menimbulkan kecemburuan bagi staff yang lainnya..

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago
Reply to  R. Bilhaq

Semoga semua yang kita lalui membawa kita kearah yang lebih baik untuk senantiasa dalam ketaatan

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram