Jangan Salah Langkah Wahai Palestina!

Wahai Palestina, janganlah salah langkah! Segeralahsadar dan buka mata. Sesungguhnya apa yang kalian harapkan dari Cina tidak berbeda saat kalian berharap pada Amerika. Selama dunia masih dalam cengkeraman sistem kapitalisme selama itu pula kemerdekaan hakiki bagi rakyat Palestina tidak akan pernah terwujud.

Oleh. Ummu Ainyssa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Di dalam surah Al-Baqarah ayat 105 Allah Swt. menegaskan bahwa orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab serta orang-orang musyrik tidak akan senang apabila kaum muslim mendapatkan kebaikan dari Tuhannya. Dan Dia mengkhususkan rahmat-Nya bagi siapa saja yang ia kehendaki, dan Allah memiliki keutamaan yang agung. Begitulah Allah Swt. mengingatkan kepada kita kaum muslim. Maka, berharap kepada mereka orang-orang kafir atau musyrik tidak akan memberikan kebaikan bagi kita.

Inilah yang dirasakan oleh saudara kita di Palestina. Saat mereka berharap kepada orang-orang kafir yang nyata-nyata memusuhi Islam, hanya kekecewaan yang mereka dapatkan. Sayangnya, kekecewaan tersebut tidak lantas membuat mereka membuka mata. Justru mereka kembali menaruh harapan baru pada negeri yang tidak jauh lebih baik. Merasa kecewa dengan Amerika Serikat (AS), Palestina berniat hendak merapat ke Cina yang dianggapnya bisa memberikan perubahan yang lebih baik.

Riyad al-Maliki selaku Menteri Luar Negeri Palestina mengatakan bahwa saat ini Palestina mulai melirik dan hendak merapat pada Cina yang dianggapnya akan memberikan harapan baru yang lebih baik. Bukan tanpa sebab, Palestina merasa sudah kecewa dengan sikap Amerika yang sering kali ingkar janji tentang pembelaannya terhadap Palestina. Menurutnya sejak Joe Biden berkuasa, AS hanya memberikan dukungan keuangan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB bagi Pengungsi Palestina (UNRWA) dan rumah sakit di Yerusalem Timur, sementara mengenai janji mengenai kemerdekaan Palestina tidak pernah ditepati. Bahkan tambahnya, AS terkesan lebih berpihak kepada penjajah Israel. Ia juga menyoroti bagaimana sikap AS dalam menanggapi pelanggaran yang dilakukan Israel, termasuk serangan di Kota Jenin belum lama ini.

Hal inilah yang menyebabkan Palestina mulai menaruh harapan baru dari Cina. Seperti disampaikan Malik, saat ini Cina bukan sekadar membantu perekonomian saja, akan tetapi negeri Tirai Bambu itu juga mendukung penuh keanggotaan negaranya dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (CNNIndonesia.com, 5/8/2023).

Tidak Ada Perubahan Hakiki dalam Sistem Kapitalisme 

Ibarat keluar dari kandang singa, namun masuk ke kandang buaya. Begitulah kiranya ungkapan yang tepat untuk menggambarkan posisi Palestina saat ini. Wahai Palestina, janganlah salah langkah! Segeralah sadar dan buka mata. Sesungguhnya apa yang kalian harapkan dari Cina tidak berbeda saat kalian berharap pada Amerika. Apa pun yang mereka janjikan sungguh tidak akan pernah memberikan kemerdekaan yang hakiki bagi kalian.https://narasipost.com/world-news/08/2022/palestina-di-titik-nadir/

Memang Cina pernah mencerca entitas penjajah Yahudi atas pendudukannya terhadap Palestina. Seperti pernah dilansir Middle East Monitor beberapa waktu lalu, melalui Geng Shuang, wakil tetap atau diplomat Cina untuk PBB, ia mengatakan bahwa aktivitas entitas penjajah Yahudi telah melanggar hukum internasional dan resolusi PBB. Untuk itu, Cina mendesak agar Yahudi Israel segera menghentikan pendudukannya terhadap Palestina. 

Akan tetapi, seperti yang kita lihat dalam sistem kapitalisme yang saat ini masih menguasai dunia, tidak ada istilah makan siang gratis. Asas dari setiap perbuatan tidak lain adalah asas manfaat. Cercaan yang disampaikan Cina tersebut tidak lain hanyalah pembelaan secara pragmatis yang sarat dengan kepentingan Cina di kawasan Timur Tengah. Di antaranya, Cina ingin meningkatkan keuntungan dari segi politik dalam konstelasi internasional.https://narasipost.com/world-news/08/2023/palestina-condong-ke-cina-tengoklah-perlakuannya-pada-muslim-uighur/

Terlebih, sebelumnya dalam sebuah pers sebagaimana pernah dikutip laman resmi Kemenlu Cina, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin menyebut bahwa konflik antara Israel dan Palestina akan terus berulang selama tidak adanya implementasi solusi dua negara. Ini berarti solusi yang ditawarkan Cina tidak ada bedanya dengan solusi AS. Sementara solusi dua negara ini tidak lain adalah bentuk pengkhianatan terhadap Palestina itu sendiri. Palestina mau tidak mau harus rela berbagi sebagian tanahnya kepada Israel serta mengakui berdirinya Israel yang notabene adalah negara penjajah bagi Palestina. 

Padahal tetap saja solusi dua negara itu nantinya meniscayakan posisi Palestina tetap dikendalikan oleh AS maupun Cina agar tidak mengancam eksistensi Yahudi. Solusi ini tetap akan memosisikan Palestina itu sebagai wilayah yang dijajah. Sebab, baik dari AS ataupun Cina sebenarnya ada kekhawatiran, bahwa di tengah-tengah umat Islam akan berdiri negara yang benar-benar berdasarkan Islam, yang menyatukan seluruh kaum muslim, membebaskan negeri-negeri Islam yang ditindas dan dijajah. Dan mereka tidak akan pernah rela hal itu terjadi, karena hakikatnya politik luar negeri mereka adalah sama ketika berhadapan dengan umat Islam.

Sementara itu, meski dalam masalah perekonomian saat ini Cina selalu mengalami peningkatan, namun posisinya di dalam konstelasi internasional belumlahcukup mampu untuk mengubah status quo. Ini berarti cercaan Cina terhadap Yahudi Israel tidak akan membawa pengaruh apa pun bagi Palestina ke arah lebih baik. Pembelaan yang mereka tawarkan bukanlah pembelaan ideologis. Sebab, kita saksikan sendiri bagaimana sikap pemerintahan Cina terhadap kaum muslim Uighur di Xinjiang. Sementara terhadap kaum muslim di Palestina, Cina seolah ingin menjadi bak pahlawan.

Jangankan Cina, negeri muslim tetangga Palestina yang notabene pemimpinnya kaum muslim pun tidak mampu menyelamatkan Palestina. Ini membuktikan bahwa selama dunia masih dalam cengkeraman sistem kapitalisme selama itu pula kemerdekaan hakiki bagi rakyat Palestina tidak akan pernah terwujud. Sudah berapa lama Palestina menjadi negara terjajah? Sudah berapa banyak negeri-negeri yang mengusulkan perjanjian damai? Sudah seberapa sering kita mendengar kecaman-kecaman dari para pemimpin negeri muslim? Sudah seberapa sering gencatan senjata dilakukan? Namun nyatanya semua itu tidaklah mampu membuat Palestina menghirup udara segar di atas tanah yang menjadi miliknya sepenuhnya.

Harapan Baru Hanya dalam Sistem Islam

Sampai kapan pun masalah Palestina tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan perdamaian dua negara, donasi maupun bantuan medis semata. Mereka membutuhkan perlindungan totalitas yang mampu melindungi nyawa maupun harta mereka. Perlindungan tersebut hanya akan didapat dalam lingkup institusi negara adidaya Islam, yakni Khilafah.

Duka terburuk kaum muslim dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Islam tahun 1924 silam. Sejak saat itulah kaum muslim bagaikan yatim piatu. Terlunta-lunta tiada tempat mengadu, tercerai berai bagaikan diadu domba dengan sesama saudara. Segala bentuk penderitaan, penindasan, kezaliman dirasakan kaum muslim di banyak negara. Nyawa kaum muslim tidak ada lagi harganya. Sementara pemimpin negeri-negeri muslim hanya bisa mengecam, tanpa mampu berbuat apa-apa. 

Perlakuan yang sangat berbeda dalam peradaban Islam yang telah tercatat dalam sejarah. Hampir 14 abad lamanya Khilafah mampu menyatukan berbagai negeri kaum muslim dalam satu kepemimpinan. Kaum muslim bersatu dalam pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama, yakni aturan Islam. Dengan kekuatan adidaya yang dimiliki negara Islam, tidak ada negara yang berani menyakiti warganya, apalagi menjajah seperti yang dilakukan Israel laknatullah.

Sejarah mencatat pada akhir 1901, Theodor Herzl, pendiri gerakan Zionis, pernah mengunjungi Istanbul dan mencoba menemui Khalifah Sultan Abdul Hamid. Namun khalifah enggan menemuinya dan hanya mengirimkan stafnya serta menasihati Herzl dengan mengatakan bahwa selagi ia masih hidup ia tidak akan pernah rela memberikan tanah Palestina walau hanya sejengkal. Bahkan ia rela sebilah pedang merobek tubuhnya daripada ia harus mengkhianati dan memisahkan Palestina dengan Kekhilafahan Islam. Sebab ia sadar bahwa tanah Palestina bukanlah miliknya, melainkan tanah seluruh kaum muslim.

Inilah sikap tegas seorang khalifah, sebab ia paham bahwa sebagai seorang pemimpin ia bertanggung jawab besar terhadap apa yang ia pimpin. Sementara ia juga tahu Khalifah Umar bin Khattab r.a. yang telah menaklukkan Palestina dan menjadikannya sebagai kharaj, yakni tanah milik kaum muslim seluruhnya, bukan milik rakyat Palestina, bangsa Arab, terlebih Yahudi Israel. Dan status ini tidak akan berubah sampai hari kiamat kelak. Sehingga, jelaslah bagi pemimpin yang amanah, ia tidak akan pernah melepaskan tanah ini kepada para penjajah apalagi membiarkan penjajah menduduki wilayahnya.

Maka, satu-satunya solusi bagi kemerdekaan Palestina bukanlah berharap pada AS, Cina, PBB atau siapa pun selama sistem kapitalisme masih dijunjung tinggi. Solusi bagi perubahan Palestina tidak lain adalah dengan menghadirkan kembali institusi yang super powersehingga bisa merebut kembali tanah Palestina. Institusi yang independen dan tidak bergantung pada negara kafir mana pun. Institusi inilah yang akan melindungi akidah, nyawa, harta, akal, dan kehormatan kaum muslimin seluruhnya. Negara adidaya yang akan mengusir penjajah Israel laknatullah. Bukan hanya melindungi Palestina, tetapi juga seluruh negeri-negeri muslim. 

Penutup

Sudah saatnya kaum muslim di seluruh dunia bangkit dan membuka mata atas keterpurukan yang menimpa kaum muslim di berbagai penjuru dunia. Tanah yang ada di Palestina adalah tanah milik kaum muslim, tanah yang harus dibebaskan bukan saja oleh rakyat Palestina,tetapi oleh seluruh kaum muslim. Maka, perjuangan terbesar kita saat ini adalah perjuangan demi tegaknya kembali institusi Islam, yakni Khilafah yang akan menerapkan aturan Islam secara totalitas. Sudah saatnya kita berada dalam barisan yang siap menyambut kembali bisyarah Rasulullah saw. bahwa kelak akan ada kembali Khilafah mengikuti manhaj kenabian.

Wallahu a’lam bishawab.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ummu Ainyssa Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Ya Allah, Maafkan Kejahiliahanku
Next
Anak Emas
4.8 5 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

11 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Hanya sistem Islam dalam khilafah menjaga tanah muslim dari penjajah,

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Semoga Palestina tidak terbujuk oleh rayuan As dan Cina.. sejatinya mereka hanya membawa racun berbalut madu..

Rosmiati
Rosmiati
1 year ago

Iya, betul. Palestina jangan percaya dengan iming- iming Cina. Sejatinya, ia dan Amerika sama- sama punya kepentingan imperalis di sana.

firda umayah
firda umayah
1 year ago

Kemerdekaan Palestina hanya akan bisa diraih dengan jihad fi sabilillah dalam sistem Islam.

sar tinah
sar tinah
1 year ago

Palestina dan negeri-negeri Arab umumnya terus berada di pusaran kepentingan negara adidaya. Baik AS maupun Cina sama-sama memiliki kepentingan atas negeri-negeri muslim. Tanpa persatuan hakiki di bawah panji yang sama, maka nestapa negeri muslim itu masih akan berlanjut.

Sherly
Sherly
1 year ago

Betul, sudah saatnya umat Islam di dunia bangkit dan membuat mata. Bahwa harga diri kita akan diakui jika Khilafah tegak.

Solusi dua negara bukan solusi tapi bentuk pengkhianatan terhadap Palestina.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Palestina akan tetap terjajah meski merapat ke Cina karena hakikatnya mengokohkan eksistensi penjajahan. Sudah saatnya Palestina berharap pada Islam dengan penegakkan Khiafah

CY KA
CY KA
1 year ago

Saat ini, pengaruh Cina secara politik hanya skala regional saja, walaupun pengaruh secara ekonomi cukup mengancam AS dan negara2 besar lainnya. Seharusnya, pihak otoritas Palestina lbh jeli dlm meminta bantuan. Alih-alih ingin dapat pembelaan dan bantuan secara politik, justru dijebak untuk kepentingan ekonomi Cina.

Bantuan apapun yg diberikan Cina kepada Palestina tidak akan mampu melepaskan Palestina dari cengkeraman AS dan Israel (anak asuh AS).

trackback

[…] Hingga akhirnya, pada tahun 1948 meletuslah perang Israel-Palestina pertama. Pada masa peperangan, Palestina mengalami kekalahan yang mengakibatkan Israel menguasai wilayah Palestina semakin luas yakni sekitar 77 persen. Bukan hanya itu, pascaperang pertama Israel-Palestina, sekitar 700.000 rakyat Palestina harus ke luar dari rumah mereka dan mengungsi di berbagai negara tetangga. https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/jangan-salah-langkah-wahai-palestina/ […]

Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Capek memikirkan kapan umat kapok berharap pada AS, Cina, PBB atau siapa pun.
Berharaplah pada.Islam.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram