Sebagai orang tua harus memiliki persamaan prinsip pengasuhan, menyepakati pola pengasuhan, dan menjalankan roadmap secara bersama-sama. Meskipun tugas tersebut tidaklah mudah, karena anak adalah amanah dari Allah sebagai salah satu ujian yang akan dipertanggungjawabkan. Semoga kita menjadi orang tua yang terus berproses menjadi lebih baik, dengan menjadikan diri saleh bersama keluarga, agar terhindar dari api neraka.
Oleh. Asri Mulya
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam pernikahan memiliki anak adalah suatu impian pasangan suami istri. Anak sebagai amanah dari Allah yang bisa menjadi suatu kebanggaan, harapan baik menjadi berbakti, bahkan bisa jadi anak sebagai fitnah, ujian dan musuh orang tua.
Seperti dalil yang tertuang dalam Al-Quran surah At-Tagabun ayat 15:
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar."
Pasti semua orang tua mengharapkan semua anaknya menjadi kebanggaan, menjadi anak saleh dan salihah. Namun pada kenyataan ada beberapa hal menjadi orang tua tidak semudah seperti harapannya, ada kalanya anak justru menyusahkan kehidupan orang tuanya, bukan bahagia yang diperoleh orang tua tetapi kesedihan terus yang dirasakan oleh orang tua.
Meski begitu, menjadi orang tua adalah salah satu ikhtiar mencapai suatu kebaikan untuk meraih rida Allah Subhanallahu wa Taala. Sebagai orang tua memiliki kewajiban kepada anaknya selain merawat, membesarkan dan mendidik anak. Ada hal yang paling penting juga dan perlu diketahui oleh orang tua yaitu menjaga fitrah anak.
Anak tersebut sebagai manusia ciptaan Allah Subhanallahu wa Taala. Fitrah seorang manusia menurut Ustadz Harry Santosa beliau praktisi pendidikan anak dengan metode fitrah based education ada delapan. Beliau telah melakukan riset, praktik, praktik kolaborasi praktisi dan pakar selama lima belas tahun. Kemudian didokumentasikan dalam sebuah buku yang berjudul "Fitrah Base Education".
Seperti apa jenis fitrah anak tersebut? Di antaranya:
- Fitrah Keimanan
- Fitrah Bakat
- Fitrah Belajar dan Bernalar
- Fitrah Perkembangan
- Fitrah Seksualitas dan Cinta
- Fitrah Individualitas dan Sosialitas
- Fitrah Estetika dan Bahasa
- Fitrah Fisik dan Indera
Pertama. Fitrah Keimanan. Pada fitrah keimanan orang tua harus mampu memberikan kasih sayang penuh dengan kelembutan tanpa bentakan kepada anak saat usianya nol tahun sampai sebelum tujuh tahun. Pada usia tersebut anak sedang memiliki imajinasi besar. Tugas orang tua membangkitkan imajinasi ke arah positif, dengan sering mengajak anak ke alam terbuka, mengenalkan jenis-jenis ciptaan Allah, seperti jenis-jenis hewan, jenis-jenis alam semesta seperti: matahari, langit, bulan, gunung dan sebagainya. Meski pada tahap itu anak baru bisa mendengar dan melihat sekalipun.
Kedua. Fitrah Bakat. Fitrah bakat pada anak ini adalah potensi keunikan berupa sifat bawaan yang Allah berikan kepada anak sejak pertama kali diciptakan. Maka tugas orang tua adalah menemukan, mengasah dan mengarahkan bakat anak tersebut agar terbentuk sempurna, dan anak mampu menjalankan perannya secara sukses.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/fitrah-yang-tercabik-fitnah/
Ketiga. Fitrah Belajar dan Bernalar. Sejatinya sejak manusia lahir adalah seorang pembelajar. Dari fase bayi yang tidak bisa apa-apa, akan menjadi bisa. Hal itu bila orang tua terus memberikan pembelajaran dengan banyak stimulus kepada bayi tersebut dengan sabar tanpa tergesa-gesa. Yang dibutuhkan anak adalah ruangan terbuka di alamnya dan hatinya untuk meluapkan imajinasinya, naluri penjelajahnya dan rasa penasarannya. Agar minat belajar anak tumbuh baik.
Keempat. Fitrah Perkembangan. Secara sunnatulah anak akan mengalami perkembangan secara bertahap. Maka jangan terapkan kaidah yang berslogan 'Makin cepat makin baik' ataupun menerapkan slogan 'Terlambat pun tidak apa-apa'. Terapkan saja perkembangan dan pertumbuhan 'Sesuatu akan indah bila tumbuh pada waktu yang tepat'. Sebagai orang tua perlu menyusun tahapan demi tahapan dari mulai merancang pendidikan fitrah keimanan, fitrah bakat dan fitrah belajar. Semuanya dimulai dari usia anak 0-6 tahun.
Kelima. Fitrah Seksualitas dan Cinta. Tugas orang tua menjadikan anak-anak sesuai dengan kodrat yang Allah berikan sesuai jenis kelaminnya. Lakikan bila sang anak laki-laki sejati, dan perempuankan bila sang anak perempuan sejati. Kenapa harus seperti itu? Karena bila orang tua tidak mampu menjaga fitrah seksualitas anak, kemungkinan besar kelak akan terjadi penyimpangan-penyimpangan di masa depan sang anak.
Penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi, antara lain:
- Anak Tidak Tahu Identitasnya
Anak tidak tahu identitas dirinya sendiri sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, misal meskipun secara fisiknya seorang laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dirinya seperti perempuan. Atau sebaliknya, secara fisik perempuan, tetapi psikologis merasa sebagai laki-laki.
2. Anak Tidak Tahu Perannya
Anak juga tidak mengetahui peran sesuai dengan identitasnya. Dimana anak laki-laki suatu saat perannya sebagai kepala rumah tangga yang dapat memikul tanggung jawab kepada istri dan anaknya. Sedangkan peran anak perempuan ketika dewasa akan menjadi calon istri dan calon ibu.
3. Anak Tidak Mampu Melindungi Diri dari Kejahatan Seksual
Tugas orang tua untuk melindungi anak dari kejahatan sesual adalah orang tua mampu memberikan pendidikan seksual secara dini sesuai tahapan usianya. Seperti saat anak usia dua tahun ajarkan dan beritahu anak untuk memiliki rasa malu dengan tidak menampakkan bagian auratnya. Dan saat anak sudah mulai mengerti dan memakai nalarnya, beritahukan bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan, diraba oleh orang lain sekalipun itu adalah keluarga dekatnya.
Orang tua selalu memberikan pemantauan terhadap lingkungan di sekitar anak. Saat ini banyak sekali terjadi kejahatan seksual kepada anak-anak. Itu dilakukan oleh orang dewasa di sekitar anak atau bahkan pada orang terdekat anak. Maka ajarkan pada anak harus berhati-hati dan waspada kepada orang yang akan berbuat buruk kepadanya. Bisa langsung teriak, melawan dan melaporkan kepada pihak yang dapat dipercaya.
4. Terjadi Penyimpangan Secara Seksual
Bila anak sejak awal tidak bisa mengetahui identitas diri dan peran seperti apa, kemungkinan bisa terjadi lebih lanjut akan terjadi penyimpangan secara seksual. Dimana anak laki-laki yang seharusnya ia menjadi laki-laki sejati justru ada kecenderungan ingin menjadi seorang wanita. Begitupun sebaliknya, anak wanita ingin menjadi sebagai laki-laki.
Hal itu banyak ditemukan di kalangan keluarga. Ada anak laki-laki tetapi lebih suka bernampilan seperti perempuan, apalagi ditambah faktor hormonnya yang cenderung sisi kewanitaannya lebih dominan, sehingga terlihat feminin. Anak perempuan lebih suka berpenampilan seperti laki-laki, gaya potongan rambutnya pendek, sukanya memakai celana seperti laki-laki dan bergaya maskulin atau tomboi. Jika orang tua membiarkan saja tidak peduli dari sejak dini, kemungkinan besar akan menjadi suatu hal yang biasa dan justru akan menjadi sebagai kepribadiannya.
Keenam. Fitrah Individualitas dan Sosialitas. Saat anak masih di bawah usia tujuh tahun, perkembangannya masih berada pada tahap ego sentris yaitu merasa dirinya sebagai pusat semesta, belum menyadari di luar dirinya. Anak juga belum punya tanggung jawab moral dan sosial. Kalau menurut Ali bin Abi Thalib, jadikan anak raja pada masa itu.
Baru saat anak mulai usia tujuh tahun akan bergeser pada tahap sosio sentris, dimana anak mulai menyadari ada lingkungan luar yang perlu diperhatikan dan dihargai selain dirinya.
Ketujuh. Fitrah Estetika dan Bahasa. Setiap anak suka pada hal bernilai keindahan yang di dalamnya terdapat cinta kasih dan kasih sayang, secara bahasa kasih baik verbal maupun nonverbal. Tugas orang tua jelas selalu memberikan cinta kasih dan kasih sayang yang tulus kepada anaknya dengan cara memberikan perhatian, tatapan sayang, sentuhan, pelukan, kata-kata sayang, kata-kata pujian dan mendengarkan anak.
Kedelapan. Fitrah Fisik dan Indra. Setiap anak sejak lahir memiliki fisik dan indra yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta. Mampu bergerak aktif dan memiliki kemampuan mengindra hal apa pun sebagai wujud interaksinya terhadap kehidupan. Tugas orang tua merawat dan menjaga fisik dan indra yang dimiliki anak dengan memberikan asupan makanan dan minuman yang sehat, bergizi, dan halal. Agar apa yang dimakan sang anak mengandung keberkahan dalam tumbuh dan kembangnya, sehat secara jasmani dan rohaninya.
Dengan demikian, sebagai orang tua harus memiliki persamaan prinsip pengasuhan, menyepakati pola pengasuhan dan menjalankan roadmap secara bersama-sama. Meskipun tugas tersebut tidaklah mudah, karena anak adalah amanah dari Allah sebagai salah satu ujian yang akan dipertanggungjawabkan. Semoga kita menjadi orang tua yang terus berproses menjadi lebih baik, dengan menjadikan diri saleh bersama keluarga, agar terhindar dari api neraka. Wallahu a'lam bishawab.
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Syukron Mbak, telah membahas 8 point fitrah pada anak..
Afwan Mbak, syukron sudah berkunjung☺
Betul sekali, sebagai orang tua kita harus punya road map. Pengasuhan bukan hanya tugas ibu, tapi tugas ayah juga. Agar dalam pengasuhan bisa optimal.
Barakallah ❤️
Wa fiik barakallah Teh, syukron sudah mampir
Masyaallah, sepertinya para orang tua harus tahu fitrah-fitrah anak ya. Agar tak sekadar mengasuh anak-anak. Barakallah mbak Asri ...
Jazakillah Khoir untuk penjelasannya mba @ Asri. Baru tahu ternyata fitrah anak itu banyak jenisnya. Jadi tambahan ilmu bagi seorang ibu.
Terima kasih tulisannya menginspirasi