Menulis Penuh Cinta, Why Not?

Menulis penuh cinta , why not?

Sebagaimana pahala dakwah yang besar, menulis untuk dakwah juga memiliki pahala di setiap hurufnya. Ini karena Allah Swt. tidak menyia-nyiakan setiap amal kebaikan sekalipun itu sebesar biji sawi (lihat terjemah surah Al-Zalzalah). Maka dari itu, bagi para penulis, belajar dan berusaha membuat tulisan yang baik adalah suatu kebutuhan. Tentu ini membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dll. Bukankah dakwah dengan lisan juga butuh pengorbanan?

Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com) 

NarasiPost.Com-Hai, Sobat. Apakah kalian senang menulis? Atau enggan menulis? Kira-kira, apa yang membuat kalian suka menulis atau tidak suka menulis? Tahukah kalian, ternyata ada segudang manfaat di balik aktivitas menulis, lo?

Yup, aktivitas ini bisa jadi alternatif saat kamu sulit melampiaskan perasaan secara verbal. Ya, meskipun sebagian orang enggan menulis, enggak ada salahnya, kalian baca uraian berikut.

Mengapa harus Menulis?

Kalian sadar enggak sih? Di era digital saat ini, saat kalian lebih suka mencari informasi dari pencarian di internet, itu enggak lepas dari aktivitas menulis. Why? Coz, semua informasi yang kalian dapat enggak akan ada kalau enggak ada yang menulis. Benar, 'kan?

Nah, tulisan yang kita baca, baik disadari atau enggak, akan menggiring pembacanya untuk memiliki pemahaman yang sama dengan penulisnya. So, menulis juga bisa menjadi aktivitas untuk memengaruhi kehidupan seseorang. Wow, enggak terbayang, bukan?

Secara umum, menulis adalah kegiatan untuk menuangkan ide secara tulisan. Ide ini pun beragam. Ada yang merupakan bagian dari informasi, pemikiran tertentu, luapan perasaan, dll. Dalam Islam, menulis adalah bagian dari perintah Allah Swt. ketika menuntut ilmu. Enggak bisa dibayangkan deh! Kalau kita sekolah tapi enggak pernah menulis, apakah ilmu itu akan selamanya melekat dalam benak?

Dari Abdullah bin Amr dan Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ

"Jagalah ilmu dengan menulis." 

Makna menjaga ilmu di sini adalah agar umat Islam tidak melepaskan hafalan atau pemahaman yang telah dipahaminya. Oleh karena itu, menjaga pemahaman dan hafalan hanya bisa dilakukan ketika seseorang menulis dan membacanya berulang.

Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. juga memerintahkan agar muslim melakukan aktivitas menulis atau mencatat, khususnya dalam uutanf piutang. Allah Swt. berfirman yang artinya,

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi (muamalah) secara tidak tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (TQS. Al-Baqarah: 282)

Secara medis, menulis juga memiliki banyak manfaat, ya, Sobat. Di antaranya mampu mengurangi stres dan kecemasan, meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi peradangan, mengurangi rasa sakit, dll. Secara psikologi, menulis dapat menjaga suasana hati, meningkatkan kecerdasan emosional, kemampuan berpikir, kreativitas, dan komunikasi dengan orang lain, dll. 

Tanpa aktivitas menulis, kita akan sangat terbelakang. Umat Islam akan sulit menemukan kalamullah dan hadis Rasulullah. Ini karena semua membutuhkan upaya untuk menulis dan menyatukannya dalam bentuk mushaf Al-Qur'an dan kitab-kitab hadis. Menulis juga bisa menjadi amal jariah bagi seseorang. Kalian masih ingat, bukan? Bahwa dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw. pernah bersabda, jika manusia telah meninggal maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara. Amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh salihah. 

So, masih ogah untuk menulis? Tentu enggak dong, ya?

Menulis untuk Kemuliaan Islam

Sobat, tentu kita sadar. Bahwa di dunia ini, selalu ada pergulatan antara hak dan dan batil. Antara kebaikan dan keburukan. Pergulatan itu enggak cuma dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam dunia literasi. Saat ini banyak tulisan yang mengajak pada keburukan menjamur di mana-mana. Paham sekularisme, liberalisme, sosialisme, dan materialisme, adalah sebagian dari ide yang sesat dan menyesatkan manusia. Ide ini membuat manusia bebas melakukan apa pun semaunya sendiri. Enggak peduli apakah itu haram atau halal. Atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) semua dianggap boleh bahkan benar. Astagfirullah. Miris banget, ya?

Beredarnya pemahaman yang bertentangan dengan Islam ini, rupanya juga masif dipromosikan melalui berbagai tulisan. Para penulis yang menganut ideologi sosialisme dan kapitalisme enggak pernah rela jika umat Islam bangkit dengan ideologi Islam. Mereka memasukkan segala pemikiran yang rusak melalui tulisan-tulisan yang dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Motivasi materi yang menjadi dasar perilaku mereka enggak pernah bikin mereka mundur dari tujuan mereka. Sedangkan umat Islam, sebagian justru enggan menuliskan pemahaman Islam yang mereka miliki, lebih memilih menjadi pembaca atau mungkin tidak melakukan keduanya. Bukankah ini sangat disayangkan?https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/mendobrak-peradaban-lewat-tulisan/

So, yuk bangkit dalam dunia literasi. Gerakkanlah tangan kita untuk mendakwahkan Islam agar umat dan generasi enggak terbawa arus pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Ingatlah, salah satu kewajiban yang dimiliki muslim adalah ia harus melakukan amar makruf nahi mungkar alias dakwah. Nah, dakwah ini enggak cuma dilakukan secara langsung, tapi juga butuh dilakukan secara enggak langsung, salah satunya dengan menulis. Besarnya pahala amalan dakwah yang Allah berikan, dapat mengalahkan semua materi terindah dan termahal di dunia, lo. 

Rasulullah saw. bersabda,

"Demi Allah, jika satu orang saja diberikan petunjuk (oleh Allah) melalui perantaramu, maka itu lebih baik dari unta merah." (HR. Bukhari)

Lebih dari itu, menulis untuk dakwah Islam adalah bagian dari kebutuhan. Bayangkan saja, ketika para penulis ideologis Islam enggan menulis, sedangkan penulis kafir semangat menulis, maka kebatilan yang seharusnya menjadi keburukan justru akan menjadi kebaikan. Lo, kok bisa? Iya, karena banyaknya keburukan tak diimbangi atau ditutupi dengan banyaknya kebaikan. Keburukan yang merajalela akan dianggap sebagai pemakluman ketika tidak ada pembanding dari keburukan tersebut. Contohnya seperti saat ini. Ketika jalan zina dipromosikan dengan berbagai tulisan dan tontonan maka tindakan seperti pacaran, selingkuh, atau yang lainnya dianggap hal yang wajar. Na'udzubillah min dzalik.

Menulis Penuh Pengorbanan 

Meskipun menulis itu penting, hendaknya kita enggak sekadar menulis, ya, Sob. What? Maksudnya, hendaknya kita menulis sesuai dengan cara penulisan yang baik dan benar. Ingat ya, menulis itu bagian dari komunikasi antara penulis dan pembaca. Kalau penulis hanya sekadar menulis tanpa memiliki alur dan kepenulisan yang baik, pembaca akan bingung dan pusing membaca tulisan tersebut. So, sebelum menulis, yuk pelajari cara kepenulisan!

Sebagaimana pahala dakwah yang besar, menulis untuk dakwah juga memiliki pahala di setiap hurufnya. Ini karena Allah Swt. tidak menyia-nyiakan setiap amal kebaikan sekalipun itu sebesar biji sawi (lihat terjemah surah Al-Zalzalah). Maka dari itu, bagi para penulis, belajar dan berusaha membuat tulisan yang baik adalah suatu kebutuhan. Tentu ini membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dll. Bukankah dakwah dengan lisan juga butuh pengorbanan?https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/narasipost-com-mengalirkan-ide-menulis/

Sobat, menjadi penulis yang baik dapat dilakukan ketika seseorang telah memiliki hal berikut. 

Pertama, memiliki pemahaman Islam yang baik dan benar. Ini adalah modal utama ketika seseorang ingin menulis. 

Kedua, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap fakta atau permasalahan yang ada. Ini juga penting agar penulis tidak salah paham dalam melihat kondisi. 

Ketiga, memiliki teknik penulisan yang baik. Ini juga penting agar tulisan yang dihasilkan mudah dipahami orang lain dan sesuai maksud penulis.

Keempat, memiliki rutinitas dalam menulis. Istikamah dalam menulis harus diupayakan agar penulis enggak kaku saat kembali menulis untuk jangka waktu yang lama.

Kelima, memiliki komunitas penulis ideologis sebagai penunjang dakwah literasi. Kehadiran jemaah dakwah yang juga berkontribusi dalam literasi penting banget untuk kita datangi dan bergabung di dalamnya. Ini bisa membuat semangat menulis untuk dakwah tetap terjaga.

Keenam, terus belajar menulis berbagai rubrik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan. Enggak bisa dimungkiri, penulis juga manusia biasa yang bisa salah dalam teknik menulis. So, jangan pernah berhenti untuk belajar untuk menghasilkan tulisan yang bagus. Pelajari dan tulis berbagai rubrik tulisan yang belum kita tulis, agar kemampuan menulis kita makin berkembang.

Penutup

Menulis penuh cinta sejatinya adalah menulis untuk mengharapkan rida Allah semata. Sebagaimana cinta pada umumnya, menulis penuh cinta tentu butuh pengorbanan untuk mewujudkannya. Meskipun mengawali untuk menulis adalah hal yang berat, itu tak seharusnya menjadi penghalang. Ingatlah, kita tidak perlu menjadi hebat untuk memulai, tapi kita harus memulai untuk menjadi hebat. Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Firda Umayah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Prahara di Bumi Palestina
Next
Bukan Sekadar Nasi
2.8 5 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

17 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah, ternyata menulis itu menyenangkan dan mencerdaskan ya

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Yup, tulisan mbak Mimi juga keren-keren lo, yuk nulis lagi, mbak

Erdiya Indrarini
Erdiya Indrarini
1 year ago

Motivasi yang keren untuk tetap menulis dan terus menulis, barakallah Mbak..

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Wa barakallahu fiik. Ayo, lanjutkan menulisnya mbak

Siti komariah
Siti komariah
1 year ago

MasyaAllah, baru tau kalau menulis bagus juga untuk kesehatan. Semoga kita bisa tetap istiqomah dalam menulis. Aamiin

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago
Reply to  Siti komariah

Aamiin

Atien
Atien
1 year ago

Masyaallah. Menulis dengan cinta. Indahnya. Semoga rasa cinta yang kita tuangkan dalam menulis mampu membawa kebangkitan bagi umat agar mereka mencintai Islam.
Barakallah mba@ Firda

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago
Reply to  Atien

Wabarakallahu fiik mbak Atien

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaallah, dibalik aktivitas nulis ternyata ada segudang manfaat yang kita peroleh. Semoga saya istikamah menulis.

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Menulis karena cinta akan menuntun untuk ikhlas,
Barakallah Mba Firda

Triana
Triana
1 year ago

Semoga bisa mengikuti jejak mbak Firda

Isokuyoiki
Isokuyoiki
1 year ago

Semoga bisa ikut menebar kebaikan dengan menulis.
Aamiin

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago
Reply to  Isokuyoiki

Aamiin

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Di tunggu di rubrik food, dan family. Wkwkwkw

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul, seharusnya menulis memang harus dengan cinta agar aktivitas ini tidak terasa memberatkan. Ya sudah, saya juga mau menulis lagi, hehe ...

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Mantap tulisannya. Rasa muhasabah bagi diri ketika rasa malas menghampiri akibat kesibukan sehari-hari. Namun benar adanya jika sudah ada cinta, ketika lama tak menulis, ada rasa kangen untuk corat-coret kembali. Semoga saya pun bisa Istiqomah dalam menulis.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram