Kalau generasi muda ikut berkiprah di pemilu (memilih atau dipilih), sejatinya pemenang sudah ditentukan oleh kekuatan modal. Perubaan yang diciptakan hanyalah perubahan semu, bukan jalan menghasilkan perubahan hakiki!
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku+ Bianglala Literasi)
NarasiPost.Com-Tahu enggak, Sob, tahun 2023 adalah tahun politik menuju hajatan lima tahunan pada 2024 mendatang, lo. Di tahun ini, semua partai sudah sibuk mencari "calon pengantin" untuk ikut bertarung di pesta demokrasi tahun depan. Aroma persaingan pun sudah menyengat di antero negeri.
Respons masyarakat terhadap pesta demokrasi tahun depan pun beragam, Sob. Tak ketinggalan pula dari kalangan para pemudanya. Ada yang sangat antusias menyambutnya karena berharap terjadi perubahan setelah pemilu. Ada pula yang skeptis karena menganggap tidak ada yang akan berubah. Nah, kalau kalian ada di posisi mana, Sob?
Suara yang Besar
Menurut pakar politik Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Dr. M. Mubarok Muharam, M.IP., keterlibatan generasi muda dalam pemilu itu suatu keharusan. Menurut beliau, nih, keterlibatan generasi muda akan membantu menyukseskan pesta demokrasi yang digadang-gadang menjadi jalan menuju Indonesia Emas 2045 mendatang. (unesa.ac.id, 18/10/2023)
Enggak bisa dimungkiri sih, generasi muda memang menjadi pemilih yang besar di pemilu tahun 2024. Mereka ini tergabung dalam generasi milenial dan generasi Z, yang memiliki usia di kisaran 17–40 tahun. Berdasarkan hitung-hitungan data KPU, jumlah pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z saja lebih dari 113 juta orang. Persentasenya sebesar 56,45 persen dari total seluruh pemilih. Artinya, pada Pemilu 2024 mendatang pemilih akan didominasi oleh kedua generasi tersebut. (katadata.co.id, 05/07/2023)
Selain didominasi pemilih muda, partai-partai yang bertarung pada pemilu mendatang juga enggak hanya diisi oleh orang-orang tua saja, lo. Saat ini, sudah ada partai-partai yang kepengurusannya bahkan didominasi oleh anak muda, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ada juga partai-partai lainnya yang memiliki kader dari kalangan generasi muda dan turut bertarung pada pemilu mendatang.
Gimana, Sob, tertarik untuk ikut berkiprah dalam pemilu? Namun, sebelum memutuskan untuk terjun atau enggak, baiknya pelajari dahulu yuk bagaimana wajah pemilu di sistem demokrasi saat ini. Dan apakah perubahan hakiki bisa terjadi melalui jalan pemilu?
Bukan Jalan Perubahan
Memang benar, Sob, bahwa generasi muda adalah tumpuan perubahan dalam sebuah bangsa. Makanya peran generasi muda sangat strategis. Banyak pihak yang akhirnya menganggap bahwa perubahan itu bisa terjadi kalau generasi muda ikut berpartisipasi dalam pemilu, baik sebagai pemilih maupun orang yang dipilih. Kata sebagian lainnya, berpartisipasi dalam pesta demokrasi bisa menentukan nasib negeri ini lima tahun ke depan. Biar enggak salah arah, yuk lihat bagaimana track record pemilu dan hasilnya di negeri ini.
Baca juga :https://narasipost.com/opini/03/2021/pemuda-dan-politik-kekinian/
Sob, sejak Indonesia merdeka, negeri ini sudah menyelenggarakan pemilu sebanyak 12 kali, lo. Selama itu pula, tampuk kepemimpinan terus berganti dari satu rezim ke rezim lainnya dan dari satu pejabat ke pejabat lainnya. Meski ada pemimpin yang berkuasa sangat lama, tetapi akhirnya tetap digantikan oleh yang lain.
Satu hal yang harus diingat baik-baik, ya, Sob! Meski pemilu sudah kontinu dilakukan setiap lima tahun sekali, meski terus berganti pemimpin dan bongkar pasang kebijakan, tetapi perubahan ke arah yang lebih baik itu enggak terlihat sampai saat ini. Justru yang tampak cuma perubahan wajah dan gaya kepemimpinan. Namun, secara kebijakan hakikatnya enggak jauh berbeda. Ibaratnya nih, para penguasa yang terpilih hanya melanjutkan kebijakan pendahulunya.
Buktinya, pemilu yang sudah berulang kali diselenggarakan ternyata enggak mampu menghasilkan pejabat yang amanah. Contohnya saja, korupsi terus menggurita bak jamur di musim hujan. Sampai-sampai enggak ada satu sektor pun yang aman dari korupsi. Lihat saja para calon, saat kampanye selalu berjanji akan amanah, tetapi setelah menjabat akhirnya ditangkap KPK juga. Selain itu, Sob, pemilu juga enggak mampu menghasilkan pemimpin yang mampu melindungi sumber daya alam negeri ini. Alih-alih mengelola, rezim hasil dari pemilu yang katanya demokratis justru menyerahkan aset-aset negeri ini kepada asing.
Belum lagi, kebijakan yang dikeluarkan oleh para penguasa juga enggak mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat. Lihat saja, Sob, kemiskinan terus melonjak, harga kebutuhan pokok semakin mahal, akses pendidikan dan kesehatan berkualitas semakin sulit, dan lapangan pekerjaan tambah sempit. Ditambah lagi, pengangguran menyebar di setiap sudut kota. Padahal, setiap rezim saat berkuasa selalu menjual kesejahteraan dan perubahan, tetapi hasilnya nihil. Kalaupun ada perubahan, itu sangatlah kecil.
Ini artinya, pemilu bukanlah jalan menuju perubahan hakiki, Sob. Pemilu hanya menghasilkan pergantian rezim dari satu pemimpin ke pemimpin lainnya. Bukan cuma itu, pemilu juga hanya jadi ajang untuk berebut kekuasaan secara legal. Dengan fakta seperti ini, Sob, apa mungkin generasi muda mampu mewujudkan perubahan lewat partisipasinya dalam pemilu?
Kontestasi Mahal
Sudah jadi rahasia umum, kontestasi dalam demokrasi itu sangat mahal. Kalau mau bertarung di pemilu untuk menduduki jabatan strategis di pemerintahan, para calon harus punya sokongan dana yang sangat besar. Dan enggak semua orang mampu melakukannya, Sob. Pilihan satu-satunya adalah mencari donatur politik alias para pengusaha untuk penopang dari sisi pendanaan.
Karena itu, kalau mereka sudah lolos sebagai pejabat atau penguasa, masalah enggak lantas selesai, lo. Mereka harus berpikir keras untuk mengembalikan dana kampanye yang sangat besar. Jalan termudah untuk mengembalikan modal kampanye dengan cara instan adalah korupsi. Meski terasa enggak masuk akal, tetapi begitulah adanya.
Korupsi di kalangan pejabat bahkan bisa dibilang sudah jadi tradisi. Di jajaran kabinet Presiden Jokowi saja misalnya, setidaknya ada lima menteri yang pernah tersandung kasus korupsi, sejak 2014 hingga saat ini. Sedangkan kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR dan DPRD jumlahnya pun lebih mencengangkan, Sob. Menurut data KPK, sejak 2004 hingga Juli 2023, anggota DPR dan DPRD yang terjerat korupsi mencapai 344 kasus. Inilah salah satu dampak mahalnya proses pemilihan dalam sistem demokrasi.
Harus Cerdas
Sob, jadi generasi muda itu harus cerdas, apalagi hidup di zaman yang serba canggih seperti saat ini. Di mana, semua informasi tentang apa pun bisa diakses dengan mudah, termasuk suasana perpolitikan di dalam negeri. Juga bagaimana visi-misi, track record para calon, dampak pemilu terhadap nasib masyarakat, dan hubungan antara penguasa dan para pemodal. Semua itu harus dipahami dengan baik biar enggak mudah dimanfaatkan oleh kepentingan partai, Sob. Misalnya saja generasi muda hanya ditarget suaranya, tetapi enggak didengar aspirasinya.
Untuk itu, generasi muda enggak boleh apatis terhadap urusan politik alias masa bodoh. Apatis terhadap urusan politik akan menghilangkan rasa kepedulian terhadap persoalan negeri ini. Satu hal yang harus dicatat ya, Sob, cerdas berpolitik enggak berarti harus ikut terjun dalam politik praktis seperti hari ini. Apalagi kalau melihat bagaimana track record sistem demokrasi yang diterapkan di negeri ini. Sistem ini hanya menjadikan politik sebagai jalan untuk meraih kekuasaan. Hanya sebatas itu, Sob!
Namun, enggak perlu pesimis ya, Sob. Tidak ikut terjun dalam pusaran politik praktis, bukan berarti enggak bisa memberi sumbangsih untuk negeri ini, kok! Yakin deh, kalaupun generasi muda ikut berkiprah di pemilu, baik untuk memilih maupun dipilih, tetapi sejatinya pemenang sudah ditentukan oleh kekuatan modal. Ya, dalam sistem ini, penguasa sesungguhnya adalah mereka yang bermodal. Meski kelihatan ada perubahan melalui politik demokrasi, itu hanyalah perubahan semu yang enggak akan melahirkan kemaslahatan. So, sampai di sini sudah punya gambaran 'kan, Sob, bahwa pemilu hari ini bukan jalan menghasilkan perubahan hakiki!
Kiprah Sejati Pemuda
Sob, pemuda adalah agen perubahan. Di pundaknya masa depan sebuah bangsa diletakkan. Perubahan yang diharapkan tentu saja yang baik-baik. Dan perubahan yang baik adalah perubahan yang dituntun oleh Islam. Harus diingat ya, Sob, perubahan yang dilakukan oleh pemuda Islam adalah perubahan hakiki yakni mewujudkan peradaban Islam yang mulia. Bukan perubahan parsial yang tidak mampu melahirkan kebaikan hakiki.
Untuk itu, Sob, generasi muda harus paham bahwa Islam enggak sekadar salat, puasa, zakat, dan haji. Namun, Islam mengatur seluruh urusan manusia sampai persoalan politik, pendidikan, ekonomi, sosial, dan lainnya. Artinya, generasi muda harus paham politik Islam biar bisa menjadi bagian dari agen-agen perubahan itu. Lantas, bagaimana sih cara generasi muda mengambil peran untuk mewujudkan perubahan hakiki? Nah, beberapa hal yang harus dimiliki dan dilakukan oleh generasi muda untuk mewujudkan peradaban Islam adalah:
Pertama, dengan semangat dan pemikiran yang jernih, generasi muda harus mampu menuntut ilmu dan memperbanyak keterampilan dan inovasi. Tujuannya agar generasi muda mampu menjadi pionir ide-ide terbaru demi membangun peradaban Islam. Dengan ilmunya pula, para pemuda akan menjadi penerang yang melindungi umat dari berbagai ide atau paham yang menjauhkan mereka dari syariat Allah Swt.
Kedua, sebagai ujung tombak dalam perjuangan dakwah Islam, generasi muda Islam harus mau dan mampu menjalankan syariat Islam secara kaffah.
Ketiga, harus memiliki keimanan yang kuat untuk membentengi diri dari segala hal yang merusak dan meracuni. Dengan keimanan yang kuat tersebutlah, para pemuda akan memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja dan beramal, serta berlomba-lomba menjadi insan yang paling bermanfaat bagi umat.
Keempat, menjadi pribadi yang terus melakukan perbaikan terhadap dirinya. Pasalnya, perbaikan yang dilakukan terhadap umat tidak akan mencapai keberhasilan tanpa perbaikan terhadap diri sendiri.
Kelima, pemuda pun harus menjadi pelopor pergerakan Islam. Pasalnya, merekalah yang menjadi penerus perjuangan Islam demi terwujudnya penegakan hukum Allah di bumi.
Khatimah
Sob, sudah paham 'kan bagaimana jalan menuju perubahan hakiki? Jadi, tunggu apa lagi! Segera bangkit dan jadilah pilar terdepan dalam membela kebenaran dan melawan kebatilan. Manfaatkan waktu yang ada untuk kebaikan sambil terus belajar dan berdakwah. Jadilah seperti kisah ashabulkahfi yang kukuh menjaga keimanannya hingga diberikan balasan terbaik oleh Allah Swt., sebagaimana tergambar dalam surah Al-Kahfi [18] ayat 13:
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى
Artinya: "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."
Wallahu a'lam bishawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Jalan Perubahan hakiki memang tak kan bisa di raih dengan jalan pemilu dalam demokrasi.
Betul mbak Afi, biar niat individunya benar, tapi sistemnya yang sudah salah, jadi mustahil rasanya.
Pemuda adalah agen perubahan. Namun, sistem saat justru membuat pemuda kehilangan jati diri. Hanya dengan Islam pemuda akan kembali pada jatidirinya.
Betul mbak Isty, potensi pemuda yang strategis sangat disayangkan kalau gak dimanfaatkan untuk mendobrak peradaban. Betul, harus dengan Islam ...
Kiprah pemuda sangat penting memang benar. Namun ada yang lebih penting bdalal berkiprahnya para pemuda. Mereka mesti menjadikan sandaran dalam kiprahnya sandaran yang pasti yang datangnya dari Allah Swt agar tak salah langkah dan mampu menjadi agen perubahan yang cemerlang.
Keren Mba naskahnya semoga dibaca oleh para pemuda agen perubahan
Aamiin, syukran bu Dewi. Betul, bu, semoga banyak pemuda yang sudah sadar akan jati dirinya ya sebagai pemuda Islam.
Yo guys, kita mempunyai peran besar menuju perubahan baik di negeri ini maupun global. Persiapkan dirimu, jangan mudah terbawa arus, janji-janji manis namun beracun. Ayo melek, pahami profilmu sebagai pemuda penerus estafet kepemimpinan Islam. Juga pahami misimu yaitu untuk membawa dunia kembali dalam naungan Islam, bukan yang lain.
Betul mbak, sudah saatnya pemuda kembali kepada jati diri keislamannya ya, biar menjadi bagian dari proses perubahan hakiki. Semoga pemuda di luaran sana kian sadar ya
Setuju, Mbak Sartinah.
Hai pemuda Say no to apatis. Kalian adalah agen perubahan.
Yes mbak Wiwik, perannya beneran strategis ya, jangan masa bodoh
Bener mba Tina, kiprah pemuda harusnya menuju perubahan hakiki, bukan perubahan ilusi.
Betul mbak Komariah, andai pemuda-pemuda di sana bisa dengar ya, bahwa mereka itu punya peran penting
Oke deh, Sob...keren nian
Syukran ust
Kebanyakan pemuda saat ini beragama Islam warisan dari orang tuanya. Berbeda ketika pemuda itu memeluk Islam melalui proses berpikir, seperti Felix Siauw. Karena itu walaupun Islam agama warisan, harusnya tetap belajar Islam dari akar hingga daun agar tidak gagal paham.
Betul mbak, harusnya sih gitu. Tapi kondisi generasi muda saat ini memang lumayan memprihatinkan ya. Semoga mereka segera menyadari peran besarnya itu.
Betul, para pemuda jangan mau dibajak suaranya ke arah kapitalisme sekuler. Para pemuda muslim hendaknya jadi agent of change, mengubah masyarakat dan membangkitkannya dengan Islam.
Setuju mbak Ragil. Semoga harapan kita didengar ya oleh para pemuda muslim ya
[…] https://narasiliterasi.id/teenager/10/2023/kiprah-pemuda-dalam-pemilu-akankah-berbuah-perubahan/ […]