Islam adalah panduan kehidupan yang di dalamnya mengatur setiap aspeknya, zahir dan batin, mahdah dan ghair mahdah, ruhiyah hingga politik. Islam mengatur bab masuk kamar mandi sampai masuk gedung pemerintahan.
Oleh. Yuliyati Sambas
(Kontributor Narasiliterasi.Com)
NarasiPost.Com-Ketika ditanya kenapa harus paham politik, kening berkerut. Eh iya kenapa, ya? Pertanyaan “kenapa” berarti jawabannya berupa alasan terkait poin yang dimaksud.
Back to pertanyaan. Dulu, dulu banget, saya termasuk kebanyakan orang yang ada, tak ada tertarik-tertariknya dengan apa itu politik. Apa yang ada di dalam benak ketika mendengar kata "politik" maka yang terbayang adalah pemilu, undang-undang, kebijakan pemerintah, DPR, pejabat, dan semisalnya. Parahnya, kesamaan dari semua yang terbayang tersebut berupa cara-cara kotor yang dipenuhi trik dan intrik busuk para pelaku politik alias politisi.
Islam Itu Luas
Tapi itu dulu, ketika saya belum ngaji Islam kafah. Di saat mulai bersinggungan dengan pengajian Islam kafah, cakrawala pandangan mulai terbuka. Ibarat mentari pagi, makin siang makin bersinar, bahkan kian menyengat.
Islam kafah mengajarkan betapa agama yang sudah sedari kecil saya anut ternyata bukan hanya bersifat ruhiyah dan membahas seputar bab peribadahan semata. Islam ternyata demikian luas, melebihi luasnya bumi dan tujuh lapis langit ketika dibentangkan.
Islam adalah panduan kehidupan yang di dalamnya mengatur setiap aspeknya, zahir dan batin, mahdah dan ghair mahdah, ruhiyah hingga politik. Islam mengatur bab masuk kamar mandi sampai masuk gedung pemerintahan. And so'on.
Dari situ saya mulai paham betapa Islam bersifat ideologis. Mantap kali agama Islam, beud. Masya Allah. Terlebih ketika mengkaji shirah Rasulullah saw.. Manusia agung tersebut menjalani amanah dari Rabb Semesta alam, dipenuhi dengan aktivitas menyebarkan dan memberlakukan Islam dengan serangkaian aktivitas politik di tengah masyarakat, di Makah dan Madinah.
https://narasiliterasi.id/motivasi/08/2023/istirahatlah-sejenak/
Di Makah, Baginda Rasul saw. mengawali debut politiknya dengan mendakwahkan dan memperjuangkan tersiarnya akidah Islam di tengah masyarakat jahiliyah. Kala itu Rasulullah membuka mata hati masyarakat di sana bahwa telah terjadi kerusakan tatanan kehidupan dikarenakan mereka menghamba pada hawa nafsu dalam menjalani kehidupan. Kesadaran satu demi satu individu masyarakat Makah pun terbuka. Kunci busuk akidah syirik yang sebelumnya menggembok hati sanubari mereka rontok seketika.
Dakwah dan perjuangan Rasulullah beserta para sahabat di awal Islam ada sungguh lekat dengan aktivitas politik. Rasulullah jauhi cara kekerasan fisik. Beliau saw. diperintahkan oleh Zat Yang Maha Agung hanya untuk menyampaikan dan menyeru masyarakat ke jalan tauhid.
Perjuangan Politik Rasulullah saw.
Satu demi satu individu yang tercerahkan dengan dakwah Islam lantas beliau bina agar semakin kuat dengan akidah Islam. Kaderisasi pun dilakukan. Para sahabat yang terbina pada akhirnya mampu mendakwahkan kembali dan berjuang bersama Rasulullah saw. menyadarkan umat untuk meninggalkan agama nenek moyang, dan bersegera memeluk Islam dengan sepenuh jiwa. Ini tahap pertama dari tiga tahapan perjuangan yang Rasulullah jajaki. Namanya marhalah tasqif wa taqwin. Tahap ini menghasilkan militansi dan kesadaran politik sahabat yang kala itu baru memeluk Islam sedemikian kuatnya lho, Sist.
Lantas berikutnya masuk ke tahapan kedua. Namanya marhalah tafaul ma'al umat. Baginda Nabi saw. mengajak para sahabat untuk berjuang membongkar makar busuk individu dan sistem yang ada. Kecurangan, kezaliman, praktik-praktik busuk dan amoral dikuliti kebusukannya sembari ditunjukkan pada akidah Islam sebagai gantinya.
Tahap terakhir berupa tathbiqul ahkam alias penerapan hukum Islam yang menyeluruh di tengah masyarakat. Di akhir-akhir tahap kedua menjelang tahap ketiga, Allah mewahyukan bahwa dibutuhkan thalabun nushrah, mencari dan mendapatkan dukungan penuh dari pemilik kekuatan dan kekuasaan. Sekali lagi, di sini makin terasa betapa perjuangan Rasulullah sangat politis.
Muharam 1445 H: Momentum Transformasi Umat dari Kegelapan Menuju Cahaya
Kala itu setelah sekian banyak pemilik kekuatan (ahlun nushrah) didakwahi, pemuka kaum Aus dan Khajraz dari Yatsrib-lah yang akhirnya siap lahir batin mendukung perjuangan Rasul, sekaligus siap diterapkan Islam secara menyeluruh (kafah) di tengah kehidupan mereka. Selama kurang lebih 10 tahun, Islam sebagai sebuah ideologi mengurusi masyarakat di Madinah, muslim maupun nonmuslim. Bahkan politik luar negeri dilakukan Rasulullah sebagai pemimpin pemerintahan Islam dengan asas syiar Islam.
Apa yang dijalankan Rasulullah selanjutnya tak pernah putus diterapkan sepeninggalnya. Keberkahan, keadilan, kesejahteraan, dan beragam bentuk kebaikan hidup dirasakan manusia yang berada di bawah pengurusan para Khalifah (pemimpin umat pengganti Rasulullah). Hingga akhirnya ketika Islam dijauhkan dari unsur politik, Islam sebagai ideologi pun tak dikenali lagi. Antara umat dan Islam kafah berjauhan ibarat bumi dan langit. Dari situ pengaturan kehidupan diambil alih oleh ideologi kapitalisme. Di sinilah kepiluan, kesedihan, dan beragam keburukan terjadi silih berganti di tengah umat.
Sekali lagi, itu berlaku karena Islam ideologis dijauhkan dari umat. Politik Islam makin tak dipahami umat. Hiks. Dari situ saya makin sadar, betapa butuhnya saya paham politik Islam. Ibarat twins brother, Islam yang bersifat ruhiyah dan politis tak boleh terpisah. Itu dalam rangka mengembalikan lagi kegemilangan umat dalam menjalani hidup.
Islam politik wajib diperjuangkan, didakwahkan, dan disebarkan di tengah umat.
“Wahai orang-orang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti Langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah ayat 208)[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] https://narasiliterasi.id/story/08/2024/kenapa-saya-harus-paham-politik/ […]