Demikianlah, ketika sistem kufur kapitalisme mengatur kehidupan umat, tidaklah mengherankan jika kasus seperti kelas menengah turun kasta marak.
Oleh. Ledy Ummu Zaid
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Air merupakan kebutuhan primer bagi manusia yang keberadaannya harus terpenuhi dengan baik untuk keberlangsungan hidup sehari-hari. Mulai dari untuk mandi, mencuci, memasak, bahkan yang terpenting untuk minum. Dengan demikian, air jelas memegang peranan penting. Jika keberadaannya tidak ada, hidup manusia akan terganggu.
Jadi, tak mengherankan jika masyarakat hari ini kebanyakan mengonsumsi air kemasan atau lebih dikenal dengan istilah air galon. Hal ini bukan tanpa alasan. Pasalnya keterbatasan air bersih di lingkungan tempat tinggal menyebabkan orang memilih membeli air kemasan yang notabene produksi pabrik, daripada memasak air sendiri yang kebersihannya belum terjamin.
Ada hal yang menarik akhir-akhir ini. Ringkasnya, air kemasan disebut-sebut sebagai kambing hitam atas turun kastanya masyarakat kelas menengah. Dilansir dari laman cnbcindonesia.com (31-08-2024), Bambang Brodjonegoro, ekonom senior yang tak lain merupakan mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia tidak hanya terjadi karena pandemi Covid-19 dan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun, hal ini juga terjadi akibat kebiasaan sehari-hari seperti kebutuhan terhadap air kemasan. Menurutnya, gaya hidup masyarakat yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol, dan segala macamnya secara tidak sadar cukup menggerus income masyarakat selama ini.
Baca: Ekonomi Turun Kelas Kesejahteraan Terhempas
Pernyataan yang berbeda dilontarkan Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies). Ia mengatakan, pernyataan Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri Keuangan tersebut jelas sebagai upaya mencari kambing hitam atas ketidakmampuan dan kegagalan pemerintahan Jokowi dalam meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan. Sebaliknya, pernyataan tersebut malah menyalahkan masyarakat karena kebiasaan mengonsumsi air kemasan.
Dilansir dari laman moneytalk.id (01-09-2024), Anthony mengungkapkan bahwasannya pemerintahlah yang tidak mampu menyediakan fasilitas air siap minum di tempat-tempat umum sehingga masyarakat tidak bisa mengonsumsinya dengan mudah dan gratis. Walhasil, masyarakat akhirnya mengonsumsi air kemasan karena tidak ada pilihan lain. Hal itu menunjukkan bahwa pemerintah telah gagal menyediakan air siap minum yang aman di tempat umum.
Penyebab Turun Kasta Kelas Menengah
Jika melihat lebih dalam dengan kacamata kita sendiri, sejatinya kekurangan air bersih yang dialami rakyat terjadi karena kekeringan atau buruknya kualitas air. Kekeringan ini dapat terjadi karena sumur-sumur milik rakyat kering lantaran di sekitarnya banyak terdapat sumur bor milik perusahaan yang dikeruk lebih dalam. Inilah efek dari privatisasi sumber daya alam (SDA), padahal air sejatinya merupakan kepemilikan umum yakni milik rakyat. Di sisi lain, air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang difasilitasi pemerintah, kualitasnya tidak cukup baik untuk dikonsumsi masyarakat.
Sementara itu, air yang memang layak minum justru banyak dikemas oleh perusahaan swasta. Mirisnya, mereka berlomba-lomba memasarkan produknya agar laku terjual dan mendulang keuntungan yang tinggi. Inilah bentuk kapitalisasi SDA air. Swasta memaksa masyarakat mengonsumsi air kemasan yang berdampak pada penambahan biaya pengeluaran. Pada gilirannya hal itu menjadikan kelompok menengah menjadi miskin.
Realitas tersebut tidak mengherankan. Pasalnya, sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan hari ini menyebabkan para pejabat negara kerap melemparkan kesalahan kepada rakyat. Padahal, negara sendirilah yang sesungguhnya tidak mampu memfasilitasi kebutuhan rakyat dengan baik. Alih-alih menolong rakyat, yang terjadi malah sebaliknya. Rakyatlah yang tetap menjadi korbannya.
Pandangan Islam Terkait Pemenuhan Air Bersih
Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam memiliki solusi komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan manusia, termasuk mengatasi kekurangan air. Dalam Islam, air merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan menjadi tanggung jawab negara. Sebetulnya, air diberikan dengan harga murah (terjangkau) atau bahkan gratis kepada umat.
“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dalam hal ini, air termasuk SDA yang menjadi kepemilikan umum sehingga pemanfaatan dan hasilnya harus kembali kepada umat. Oleh karenanya, negara seharusnya menyediakan air siap minum dengan kualitas yang baik. Adakalanya negara atau daulah yang mengizinkan perusahaan untuk mengemas air siap minum tersebut. Kendati demikian, perusahaan dituntut untuk tidak membuat rakyat susah mendapatkan haknya.
Inilah gambaran sistem Islam yang mengatur kebutuhan rakyat dengan benar sesuai aturan Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun hukum syariat yang dijadikan landasan sudah pasti bersumber dari Al-Qur’an dan sunah.
Sesungguhnya Daulah Islam wajib mengatur dengan saksama agar air tersedia. Air yang ada harus layak untuk memenuhi kebutuhan manusia, bahkan layak dikonsumsi. Nantinya, daulah tentu mendorong adanya inovasi pengelolaan air agar layak dan aman dikonsumsi, misalnya dengan membuat bendungan, penampungan air, danau, dan lain-lain.
Adapun ekosistem air juga wajib terjaga dengan baik, yaitu dengan melakukan tata kelola hutan secara benar. Air diposisikan sebagai kepemilikan umum, bukan milik swasta terlebih asing.
Supaya rakyat tidak mengalami bencana seperti kekeringan maupun krisis air bersih, sudah seharusnya ada kepemimpinan yang adil di tengah-tengah umat hari ini. Umat manusia khususnya kaum muslimin di seluruh dunia membutuhkan pengaturan hidup yang menjunjung tinggi hukum syariat. Umat pun sudah semestinya siap menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh), yaitu kekhilafahan.
Khatimah
Demikianlah, ketika sistem kufur kapitalisme mengatur kehidupan umat, tidaklah mengherankan jika kasus seperti kelas menengah yang turun kasta sangat marak. Mirisnya, air kemasan justru dijadikan sebagai kambing hitam. Padahal, akar masalahnya adalah kegagalan sistem kapitalisme sendiri dalam menyejahterakan umat. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca: kelas-menengah-turun-kasta-air-kemasan-jadi-kambing-hitam/ […]
[…] Baca: Kelas Menengah Turun Kasta Air Kemasan Jadi Kambing Hitam […]