Denting nasihat kehidupan sangat diperlukan demi menapaki hidup yang lebih baik bagi orang-orang yang merindukannya
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id - Denting nasihat sangat diperlukan manusia dalam menjalani kehidupan selama di dunia. Sebab manusia tanpa bimbingan akan menjadi bodoh, tersesat, dan berbuat kerusakan. Pada sebagian orang, untuk menghilangkan kebodohan dan meningkatkan kualitas dirinya dengan belajar menulis. Mereka bersabar menjalani setiap proses belajar menulis. Sampai akhirnya mereka berhasil melahirkan bermacam karya tulis. Seperti Opini, Motivasi, Tsaqafah Islam, True Story, dan sebagainya.
Ketika seseorang menulis denting nasihat dan menuangkan kisah hidupnya, sebenarnya ia sedang menasihati dirinya sendiri. Bila di masa tua ingatan mulai melemah, maka tulisan yang terukir pada buku menjadi memori dan pengingat yang baik baginya. Maka menulislah, karena akan menjadikan otak lebih sehat dan terhindar dari kepikunan. Jika kematian nanti telah tiba maka tulisan menjadi warisan bernilai tinggi. Kaya ilmu bermanfaat dan memperpanjang usia sang penulisnya, meski ia telah tiada.
Sebagai renungan untuk kita semua. Ada petuah masyhur dari Imam Al-Ghazali yang mengatakan, “Apabila engkau bukan putra raja atau putra ulama besar, maka menulislah”. Sungguh, dentingan nasihat yang mumpuni menggetarkan sanubari. Mendorong untuk lebih optimal dan produktif merilis bait demi bait kata di NarasiPost.Com. Insyaallah.
Semua Orang Menulis
Rangkaian kalimat di atas merupakan salah satu naskah qoute yang aku sertakan pada Challenge Akhir Tahun 2023 yang diselenggarakan NarasiPost.Com. Alhamdulillah, atas izin Allah kemudian menjadi salah satu pemenang di kategori qoute. Tetapi bukan soal kemenangan yang ingin dibahas pada naskahku kali ini.
Namun, ada hal yang menarik menjadi perhatian. Berupa denting nasihat dan makna yang terkandung di setiap untaian aksaranya. Terutama pada untaian nasihat Imam Al-Ghazali agar kita rajin menulis. Sebenarnya, tulisan ini pun kutujukan untuk diriku sendiri dan siapa saja yang mau mengambil kebaikan di dalamnya.
Sebagaimana yang kita ketahui hidup di zaman modern era digital seperti sekarang, di mana setiap orang memegang handphone di tangannya, sehingga sadar atau tidak disadari menulis menjadi aktivitas semua orang hari ini. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Hampir tidak ada orang yang tidak menulis. Terlepas apa pun profesinya atau pekerjaan yang digelutinya, seperti pemulung, tukang bangunan, pedagang pasar, guru, ibu rumah tangga, tenaga kesehatan, artis, hingga pejabat negara.
Tentu saja, menulis bukan sembarang menulis tetapi ada tujuan. Semua aktivitas menulis tak lepas dari keberadaan handphone yang telah dimilikinya. Kemudian memudahkan mereka untuk menulis. Entah terkait menulis pesan atau menjawab pesan, sekadar membuat status denting nasihat dan sebagainya.
Pertanyaannya, "Maukah kita menulis denting nasihat untuk negeri keabadian (akhirat)?"
Maksudnya, maukah kita menjadikan aktivitas menulis sebagai sesuatu yang bernilai lebih di hadapan Allah. Juga sebagai sarana menjaring amal jariah semasa hidup? Jadi tidak hanya sekadar membuat status yang tidak jelas arahnya di media sosial, FB, WA, IG atau lainnya. Namun, menjadikannya sebuah tulisan yang lebih bermakna, bermanfaat, dan bernilai ibadah.
Keistimewaan lain dengan menulis denting nasihat mampu memanjangkan usia sang penulis meski telah tiada. Tahu kenapa? Karena di luar sana, orang akan terus membaca karya-karya hebatnya. Masyaaallah.
Denting Nasihat Karya yang Memanjangkan Usia Penulis
Ada qadla Allah yang tidak bisa diubah. Seberapa pun panjang garis kehidupan yang kita lewati, tetaplah sadari diri kita ini hanya seorang hamba di hadapan Allah Swt. Ketika kita memahami dengan baik akan kedudukan kita di hadapan Sang Pencipta. Maka, kewajiban kita hanya satu yaitu taat dan patuh akan segala perintah-Nya termasuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar atau kata lainnya berdakwah. Sedangkan dalam berdakwah kita bisa menyampaikan secara langsung dengan lisan atau lewat tulisan.
Bagi mereka yang insecure berbicara (dakwah) di depan umum, dengan menulis menjadi alternatif dakwah lewat tulisan. Merupakan anugerah terindah yang Allah Swt. berikan saat ini berupa umur, kesempatan, dan kemampuan menulis.
Oleh karena itu, sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya, pergunakan modal umur sebaik-baiknya dengan melakukan amalan saleh dengan menulis denting nasihat kehidupan. Tentunya bukan sembarang menulis, akan tetapi menoreh naskah yang bersanding syarak tetap di ranah koridor-Nya.
Menyadari sepenuhnya bahwa umur manusia berbatas waktu. Pada masanya manusia akan mengalami fase kematian. Namun, dengan menulis karyanya akan tetap ada dan dibaca orang. Inilah makna dari menulis bisa memanjangkan usia si penulis meski telah meninggal dunia.
Penulis telah meninggalkan warisan tinta emas yang bernilai tinggi di hadapan-Nya. Apatah lagi kemudian tulisan-tulisan tersebut mampu mencerahkan pemahaman serta membangkitkan pemikiran umat dengan Islam kaffah.
Denting Nasihat sang Ulama
Sejarah telah mencatat, para ulama telah menulis karya-karya terbaik guna mencerdaskan umat dari kebodohan. Salah satunya adalah Imam Syafi'i.
Imam Syafi’i, telah menulis banyak kitab yang kemudian menjadi rujukan umat dalam memahami ilmu agama yaitu bidang ushul fikih, tsaqafah Islam, dan seterusnya. Karya beliau yang sangat terkenal yaitu Al-Umm, Ar-Risalah, dan lainnya.
Sedangkan Syekh Taqiyyudin An-Nabhani, seorang ulama mumpuni juga telah banyak melahirkan karya terbaiknya. Seperti Kitab Peraturan Hidup dalam Islam (Nizham Al-Islam), Kitab Kepribadian Islam (Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah), Kitab Sistem Ekonomi Islam, dan sebagainya.
Kontribusi mereka telah mengisi ruang-ruang perpustakaan. Keilmuan yang mereka tulis, telah menjadi pijakan dalam belajar ilmu agama. Tepatnya, menjadi rujukan umat dalam menjalani roda kehidupan dan memecahkan berbagai permasalahan di tengah umat. Meski ulama telah berkalang tanah. Namun, umat bisa merasakan manfaatnya. Masyaallah tabarakallah. Sungguh perniagaan yang tiada merugi. Berlimpah pahala yang terus mengalir tiada terputus.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Muslim yang menuturkan, “Jika manusia telah mati, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yakni ilmu yang bermanfaat, sedekah, dan doa anak saleh yang mendoakan orang tuanya”.
Baca Juga: Telaga Kasih Literasi dari Andrea Aussie
Khatimah
Pada akhirnya, aktivitas menulis mampu menjadi denting nasihat kehidupan bagi orang-orang yang merindukannya. Menyakini sepenuh hati, seringan apa pun bahasa tulisannya ia akan tetap menembus jutaan kepala manusia. Oleh karena itu, teruslah menulis berupaya semaksimal mungkin menjaring pahala melalui guratan pena, agar beruntung di dunia dan akhirat. Aamiin.
Wallahu a'lam bhisawwab []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Kerenn, artikel yang mengandung banyak nasehat.
Masyaallah barakallah Mb Isty
Terkadang pada waktu2 tertentu penting memuhasabahi diriku sendiri.
Jazakillah khairan ya telah mampir sahabat surga.
[…] Baca: denting-nasihat-kehidupan/ […]
[…] Baca: denting-nasihat-kehidupan/ […]
[…] Baca: Denting Nasihat Kehidupan […]