Keep Halal, Bestie

keep Halal bestie

Siapa pun kamu yang membaca cerita ini, semoga mau mengikuti jejak ketiga gadis tokoh utama. Tetap menjunjung tinggi moto ”Keep Halal, Bestie” di tengah arus “Pacaran, Yuk!" yang berhasil menyeret banyak remaja.

Oleh. Hafida N.
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Suara sorakan dan suitan menggema saat seorang cowok dengan headband hitam di kepala berhasil mencetak poin untuk kesekian kalinya. Remaja itu menyeka keringat di dahi menggunakan kaos basketnya membuat para cewek makin menjerit histeris.

"Kita ngapain sih di sini?" Seorang gadis dengan susu kotak di tangan bertanya. Pandangannya bukan mengarah ke depan melainkan sibuk meneliti wajah-wajah di sekitarnya. "Heboh bener," komennya heran.

Gadis di sampingnya mendengus lirih. "Dahlah. Males. Ayo balik ke kelas,” katanya lalu membuang jajan ciki yang isinya habis ia makan.

"Ngantuk," keluh gadis lain dengan botol yoghurt di tangan. "Seret aku, Bestie,” katanya sembari menjulurkan tangan. Kedua gadis lain menyanggupinya. Menyeret sahabat mereka menuju kelas. Ruang kelas hening nan sepi. Tentu saja karena hari ini bukan hari pembelajaran melainkan Hari Demo Ekstrakulikuler, acara tahunan dalam rangka HUT sekolah.

Dalila, sang gadis yoghurt mengerutkan dahi, menatap kedua sahabatnya yang sibuk makan jajan. "Kalian tahu siapa yang tadi nyetak poin?" tanyanya tiba-tiba.

Intari yang sedang mengunyah menghentikan kegiatannya sejenak lalu menoleh dengan raut tak percaya. "Anda barusan tanya? Wah, ada apa nih, Bestie?" tanyanya setelah menelan jajannya.

Sama seperti Intari, reaksi Ziara juga tak kalah terkejut. Karena seorang Dalila bertanya tentang lawan jenis. “Kamu suka?" tanyanya to the point.

HTS dan Pacaran Haram Bestie

“Bukan,” jawab Dalila dengan gelengan kepala. "Cuma ingin tahu karena seinget aku, dia pernah bikin kontroversi."

Mendengar itu, dua gadis lainnya saling menatap. Berpikir sejenak. "Apa ya??" kata mereka kompak.

"Oh, aku tahu!" seru Intari tiba-tiba sembari membanting roti cokelatnya ke meja. Terlalu excited. "Katanya dia pernah di-prank sama cewek. Accident dalam pacaran, kalian tahu 'kan?"

Ziara ber-oh ria. "Waktu kita kelas 10 semester genap? Si ceweknya kelas 12, ‘kan?"

Intari mengangguk. "Nah iya itu. Namanya A."

Ingatan ketiganya kompak memutar ulang kontroversi yang terjadi 1 tahun lalu. Saat itu mereka kelas 10, sehabis melaksanakan Penilaian Tengah Semester Genap. Ada sebuah video yang beredar bahwa cowok berinisial A yang satu angkatan dengan mereka, dilabrak oleh cewek yang diketahui berinisial W. Dalam video itu, W menangis dan meneriakkan kata 'tanggung jawab' pada adik kelasnya, A. Netizen dengan keahliannya berhasil mendapatkan informasi siapa 2 orang yang menjadi pemeran utama dalam video tersebut.

Hal itu mengejutkan warga sekolah. Selama ini A dikenal cerdas dalam bidang Matematika dengan tipe goodboy yang melekat pada dirinya. Ia juga dicalonkan menjadi pemain basket yang digadang-gadang akan mengharumkan nama sekolah berkat prestasinya. Sedangkan W aktif dalam kegiatan Pramuka. Cewek itu jago bahasa Inggris. W adalah friendly girl dengan wajah kalemnya. Sungguh mengejutkan, W yang dikenal tidak banyak tingkah mengalami kecelakaan yang menghancurkan masa depannya. Tetapi ternyata itu hanya fitnah belaka. A bersumpah tidak pernah menyentuh W selain pegangan tangan. Mereka belum resmi jadian baru tahap pendekatan.

Unfaedah Bestie

"Waduh kalo inget berita itu, gue beneran gak percaya kalo Kak W sama A itu belum pacaran, baru sampai tahap HTS." komentar Ziara setelah otaknya berhenti flashback.

Intari berceletuk, "Padahal mereka menebar kebucinan di mana-mana."

"Pacaran ‘kan juga HTS, Bestie" kata Dalila lalu kembali menyeruput yoghurt. Melihat tatapan penuh tanya dari kedua sahabatnya, ia kembali berucap. "Menurut aku, pacaran dipilih buat mematenkan HTS padahal ‘kan belum pasti mereka itu berjodoh."

"Bener. Sama aja sih konsepnya. Beda nama doang. Bagi kita yang sudah paham, keduanya sama-sama unfaedah," ujar Ziara.

Intari menghela napas, "Tetapi buat remaja, eh gak cuma remaja deng. Bagi orang di luar sana, HTS sama pacaran beda karena pacaran sudah ada statusnya sedangkan HTS ‘kan belum atau malah gak ada status. Just friend, not boy or girlfriend. Gitu ‘kan?"

"Apa pun namanya, peluang accident tetap terjadi. Karena hei, setan ada di mana-mana. Tahu gak sih mereka kalau pacaran itu haram??" Kalimat Ziara diakhiri rengutan kesal.

Menghindar

Kedua sahabatnya sigap menepuk bahu gadis itu. Menenangkan karena Ziara telah emosi mengingat pergaulan remaja yang memprihatinkan. "Sabar, Bestie. Tugas kita buat ajak remaja lainnya biar mereka gabung sama kita," ujar Intari.

"Aku selalu sabar, Ta." Ziara menyeruput susu kotaknya, menenangkan diri dari amarah. "Dahlah mau buang sampah. Nitip tidak?" tawarnya yang segera dibalas senyum manis oleh 2 sahabatnya.

Dalila menyodorkan botol yoghurt, "Nitip ya, Bestie,"
"Trims, Pren," Sedangkan Intari menyodorkan bungkus roti manis.

Seperti biasa, Ziara berjalan dengan bersenandung lagu favoritnya. Gadis itu keluar dari kelas lalu menghampiri tempat sampah. "Innalilahi!" kagetnya kemudian. Saat Ziara berbalik badan, ada dua siswa tepat di hadapannya.

Dua siswa itu berdiri menjulang dengan kaos basket yang basah karena peluh. Keduanya memasang raut bingung. "Kaget?" tanya salah satu dari mereka. Ziara mendengus dalam hati. Pertanyaan basa-basi. "Ada apa?" Ziara menatap sekilas keduanya saat bertanya lalu kembali menundukkan kepala.

"Temenku mau nyapa," jawab siswa dengan kaos nomor 04. "Buruan, katanya mau kenalan," katanya pada siswa bernomor 02 itu. Mendengar itu, Ziara tercengang. Apa maksudnya?

"Itu err–"

"Cepet elah."

"Sabar dong. Lagi rangkai kata ini."

Menyadari adanya peluang untuk melarikan diri, Ziara berjalan mundur. "Duluan," pamitnya pelan. Langkah cepat gadis itu lalu berganti dengan lari kecil. Ia meninggalkan kedua siswa tadi yang saling pandang dengan wajah cengo.

Cowok nomor 04 bergumam heran, "Kok dia kabur?" Sedang cowok nomor 02 meraba wajahnya, "Apa muka gue nyeremin?"

***

Pedekate

"Kenapa Ra? Tegang amat tuh muka." Pertanyaan itu terlontar dari Intari yang heran dengan Ziara. Sahabatnya itu bertingkah aneh. Masuk kelas dengan napas ngos-ngosan karena habis berlari. Seperti dikejar hantu. Eh, tunggu?

"Dikejar siapa?" Selidik Intari setelah menyadari sesuatu. Ziara menghela napas berat. "Yang barusan jadi bahan topik kita, tadi nyamperin. Jantungku hampir loncat."

Dalila loading sejenak, "Kamu diajak kenalan?"

"Dari mana kamu tahu?" tanya Intari heran. Dalila mengangkat bahu, "Nebak doang." Sedetik kemudian gadis itu menatap Ziara dengan tatapan menyelidik, "Dan kamu kabur, Ra?"

Ziara mengangguk. "Gimana? ‘Kan panik, Bestie." Intari menggelengkan kepala, "Ish ish, gini nih kalau jarang didekati cowok."

Berhari-hari kemudian, lelaki bernomor 02 dengan inisial A itu selalu merecoki ketiganya. Entah siapa yang lelaki itu incar, tetapi sikapnya yang friendly membuat trio sahabat itu kebingungan. Mengajak ke kantin bersama. Membelikan jajan dan makanan favorit para cewek. Membantu mengeluarkan motor Intari dan Ziara dari parkiran sekolah yang penuhnya minta ampun. Menolong Dalila saat gadis itu hampir kejatuhan pot bunga yang entah bagaimana bisa terjun bebas dari rooftop sekolah. Bahkan membantu membuka gerbang sekolah saat 3 gadis itu telat karena bangun kesiangan.

Rasa Suka itu Normal, Bestie

Ketiganya merasa bingung, takut, cemas, dan sedikit risih serta geli. Come on, selama ini jarang sekali ada yang mendekati ketiganya dengan sikap seagresif itu. What should we do?

"Bestie, kalian ada rasa sama A?" Siang hari selepas mereka kursus rutin pekanan yang dilanjut acara main bareng, Dalila bertanya sembari meletakkan nampan berisi minuman.

"Kamu takut kita sama-sama suka dia?" tanya Ziara yang dijawab gelengan kepala. "Lalu apa?" tanya Ziara bingung. Dalila menghela napas, "Ada rasa itu wajar. Dibandingkan takut kalau kita punya rasa yang sama buat A, aku lebih takut rasa itu bikin moto yang selama ini kita junjung tinggi-tinggi diingkari."

Jangan sampai hanya karena rasa suka ala remaja, benteng pertahanan diri mereka roboh dan runtuh. Jika itu terjadi, sungguh sia-sia pengorbanan yang telah mereka lakukan demi menjadi remaja sederhana tapi luar biasa yang dirindukan surga.

"Kami ngerti atas rasa cemas kamu kok," kata Ziara. "It's okay itu artinya kamu peduli. Tetapi kamu gak boleh cemas dan terlalu mikirin, tembok kami masih tinggi. Tembok kita masih kuat. Seagresif apa pun A atau cowok lainnya, jika itu menyangkut kata PDKT, pacaran dan sejenisnya, insyaallah kami tahu apa yang harus kami lakukan. Apa tanggapan yang seharusnya kami berikan."

Intari tersenyum menenangkan, "Rasa itu wajar dan normal. Asal kita tahu gimana cara menyikapi dan mengaturnya, ‘kan?"

***

Taruhan

"Denger-denger ada yang lagi deketin tiga cewek nih."

"Ngomong ke siapa?"

"Siapa yang lagi PDKT tiga cewek sekaligus?"

"Dia bukan sih?"

Sekumpulan cowok basket itu sedang berehat. Mereka duduk lesehan di tengah-tengah lapangan. Baru selesai latihan untuk lomba antar-SMA seprovinsi yang tiga minggu lagi diadakan.

Cowok nomor 01 yang tadi berkata pertama kali mendengus. "Iyalah, siapa lagi kalau bukan dia." Sebut saja dia cowok C.

A menaikkan alis. "Apa urusannya sama lo, S?" Cowok D bersua. "Spill sifat mereka dong, Bro. Kalau masuk tipe, gas deketin."

"Eh, kalau tiga-tiganya masuk ke tipe, gimana Bro?" celetuk cowok E jahil. Cowok D tersenyum, "Jelaslah gebet semua. Yang berhasil berarti dia yang paling mendekati tipe idaman." Jawaban itu sontak ditanggapi dengan tawa dan umpatan.

"Playboy bener!" seru cowok E. "Ngaca woi!" Cowok D tidak terima dibilang playboy padahal memang itulah sifatnya.

"Berisik kalian. Cepet A! Buruan ceritain tentang cewek-cewek itu!" gerutu cowok B. Sudah tidak sabar rupanya.

A berdecak, "Kepo banget kalian." Cowok itu membenarkan posisi duduknya. "Kalau menurut gue, yang namanya Intari itu tipe soft girl. Lemah lembut, pembawaannya tuh kalem sama ramah. Dia juga royal."

"Terus terus?"

"Kalo Ziara, menurut gue tipe-tipe dominan girl. Tipe keras kepala tapi kalau udah bucin, bakal ngejar sampai dapet. Bawel juga kalo dia."

"Yang terakhir?"

"Dalila ini menurut gue yang pembawaannya paling polos, sabar, perhatian tapi agak lemot. Tipe-tipe silent girl yang sifatnya antara gemesin sama nyebelin."

Cowok D bertepuk tangan, takjub. "Wah-wah. Menarik. Gebet gak nih, Bro?" katanya sembari menaik-turunkan alis.

Cowok E menaikkan alis, "Tetapi setau gue mereka susah didekati."

A tersenyum miring, "Mau taruhan? Kasih apa pun kalau gue berhasil bikin salah satu dari mereka jatuh dalam pesona–"

Tertangkap Basah

Dugh! Ucapan A terhenti karena tiba-tiba bola basket yang sedari tadi berdiam diri mengenai punggungnya. A refleks mengumpat. "Siapa yang lempar?!"

"Saya, Kak!" Para cowok serempak menoleh ke sumber suara. Mereka dikejutkan dengan kehadiran ketiga gadis yang menjadi topik pembicaraan. Dugh! Bola basket kedua kembali melayang. Kini berhasil masuk ke dalam ring. Sang pelaku yaitu Dalila tersenyum riang. Dugh! Bola ketiga melayang. Hampir mendekati mulut ring namun sayangnya tidak berhasil masuk. Malahan memantul ke arah gerombolan para cowok. Sang pelaku, Ziara mendesah kecewa.

"Bisa-bisanya Anda jadiin kami bahan taruhan," kata Intari yang pertama kali melempar bola dan berseru dialah pelakunya. Dalila, Intari, dan Ziara sungguh dongkol setengah mati. Seharusnya, sejak awal acara pendekatan, mereka mengacuhkan A dan mengusirnya jauh-jauh.

"Kalian–" A kehilangan suara karena efek terkejut akibat tiga cewek yang dirinya dekati muncul secara tiba-tiba.

Ziara dengan raut kesalnya mendengus tidak percaya. Mereka hampir saja termakan rayuan lumba-lumba darat. "What do you want to explain, Boy?" tanyanya pelan. Di telinga para cowok, terutama A, nada Ziara penuh penekanan.

"Sorry. Awalnya kami gak ada niatan buat jadiin kalian bahan taruhan. Serius," Tanda peace A tampilkan. "Kami cuma penasaran sama kalian karena kalian gak secantik cewek-cewek lain yang terkenal atau gak sepintar cewek yang jadi langganan juara umum tiap tahun. Tetapi, kalian berhasil bikin kami tertarik. Maaf," jelas A sembari menangkupkan kedua tangan di dada dan menunduk hormat.

Salah Target

Penjelasan itu membuat ketiga gadis membulatkan mata. Sebentar, cowok ini tulus minta maaf tidak sih? Kok mereka malah merasa tersinggung ya? Ziara mendengus geli, "Lagian kalian bukan tipe kita. Untung cuma hampir baper."

Baca: Ma, Pa Khawatirku Ada Banyak

Intari juga bersua, "Maaf, Kak, kalian salah target."

Dalila yang sedari tadi terdiam tiba-tiba menjentikkan jari, dirinya menemukan ide. "Gimana kalau aku bikin mereka ini tokoh antagonis yang gak akan nemuin cinta sejati sebelum menemukan orang yang tepat? Setelah menemukan, kekasih mereka ini mati. Dan berakhir mereka hidup menjomblo selamanya. Cara balas perbuatan kalian dengan elegan adalah dengan membuat kalian abadi dalam kisah menyedihkan," katanya dengan senyum simpul.

Ziara mengangguk, "Atau jadiin mereka tokoh antagonis yang rebutan cewek. Nah, setelah pengorbanan yang mereka lakukan, cewek ini gak milih siapa pun dari mereka. Lebih milih jomblo aja. Dia gak mau nikah apalagi punya anak. Seru, ‘kan?"

Dalila mengangguk setuju. "Ide bagus. Bentar catat dulu."

Gadis itu lalu menoleh ke arah para cowok yang terdiam kaku. Berkata, "Kalau udah publish, ntar aku kasih link biar kalian baca, ya."

Para cowok bergidik ngeri. "Jangan, please! Jangan jadiin gue tokoh mengenaskan," melas A. "Tolong maafin kami," kompak para cowok.

"Kami maafin. Bye-bye!" pamit ketiga gadis lalu berjalan pergi. Ketiganya terlihat bersikap biasa saja padahal mereka merasakan rasa yang campur aduk. Sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Keep Halal Bestie

"Mau nangis tapi masa nangisin para cowok ngeselin itu," sungut Intari. Ziara menggeleng heran, "Antara nangis, ngakak sama miris juga. Bingung mau yang mana dulu. Sarannya, Kak!"

"Tuh Dalila malah udah nangis. Eh, nangis beneran?" tanya Intari heran. "Jangan nangisin mereka woi. Tidak berfaedah." Dalila mendengus lirih, "Aku nangis karena lega ternyata mereka gak seserius itu. Lega karena kita belum sampai tahap naksir atau suka dan lega mereka bukan tipe kita."

"Bener juga sih. Kalau mereka serius, apa kita tidak panik?" kata Ziara saling pandang dengan sahabatnya. Detik berikutnya ketiganya tertawa.

"Ini nih kenapa kita harus menyikapi rasa naksir, kagum, suka, dan cinta dengan cara menjauhinya. Menghilangkan dia dari pikiran sejauh-jauhnya. Mengabaikan pikiran kita yang iri dengan remaja di luar sana yang gak pusing dan bisa bebas tanpa terikat aturan agama," kata Dalila. "Karena Islam itu Bestie, agama sempurna, tentu punya peraturan terkait bagaimana pandangannya terhadap cinta, siapa saja yang patut dicinta, dan bagaimana cara kita menjaga cinta suci nan mulia," ucap Intari sembari tersenyum.

"Ingat terus moto kita. Keep halal ya, Bestie," ujar Ziara mengakhiri cerita ini.

Siapa pun kamu yang membaca cerita ini, semoga mau mengikuti jejak ketiga gadis tokoh utama. Tetap menjunjung tinggi moto ”Keep Halal, Bestie” di tengah arus “Pacaran, Yuk!" yang berhasil menyeret banyak remaja. Sampai jumpa, di kisah berbeda tentu dengan genre ideologis remaja, Bestie.

Selesai!

Wallahu a’lam bishawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Hafida N. Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Gaza Hampir Hancur Lebur, Apa Kabar Penguasa Muslim?
Next
Kepemimpinan Baru, Perubahan atau Pengulangan Kebobrokan?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Atien
Atien
26 days ago

Dunia remaja saat ini memang tak jauh-jauh dari yang namanya gaul bebas dan pacaran. Kalau tak kuat iman, bisa-bisa terbawa arusnya yang deras dan bisa menenggelamkan ke jurang kemaksiatan. Tentu harus ada bentang yang kokoh agar pertahanan selalu aman.
Barakallah mba@ Dida.

Yuli Sambas
23 days ago

Bisaaa aja bikin ceritanya,,, keren Kak, dan bermanfaat tentunya,mengandung ibrah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram