Kekeringan Pasuruan, Dampak Industrialisasi

Kekeringan Pasuruan Dampak Industrialisasi

Eksploitasi yang berlebih terhadap sumber daya alam, berkurangnya lahan resapan, hingga langkanya hutan akibat kebijakan kapitalistik inilah pemicu kekeringan yang terus berulang.

Oleh. Rini
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Dilansir dari detikjatim.com (14-8-2024), memberitakan bahwasanya Kabupaten Pasuruan sedang mengalami kekeringan. Setidaknya ada tiga belas desa dari empat kecamatan yang telah tercatat di Kabupaten Pasuruan tengah mengalami kekeringan. Menurut ketua pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Pasuruan Sugeng Hariadi, penyebab kekeringan tersebut akibat dari kurangnya ketersediaan air yang menjadi kebutuhan masyarakat, baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, dan berbagai kegiatan lingkungan dan ekonomi. Beliau juga menambahkan faktor musim kemarau yang teramat panjang mengakibatkan tidak turunnya hujan.

Salah satu dampak dari kekeringan ini adalah terjadinya gagal panen di Kecamatan Kejayan misalnya, yang meliputi tiga desa di antaranya Desa Kepuh, Desa Lorokan, dan Desa Kedung Pengaron. Oleh karenanya, Kabupaten Pasuruan dinyatakan dalam status tanggap darurat bencana kekeringan. Upaya yang sudah dilakukan untuk menanggulanginya selain mendistribusikan air bersih bagi desa yang terdampak kekeringan, pemerintah Kabupaten Pasuruan juga akan membuat pipanisasi air bersih, pembuatan embung juga pengeboran, terutama untuk Kecamatan Paserpan.

Akar Masalah Kekeringan

Fakta kekeringan yang terjadi di Kabupaten Pasuruan ini ketika dicermati akar masalahnya, bukanlah karena musim kemarau yang panjang hingga hujan tak kunjung datang, atau masalah teknis dalam menghadirkan sumber air bagi masyarakat terdampak kekeringan tersebut. Akan tetapi, lebih pada kesalahan dalam mengelola sumber daya alam. Adanya eksploitasi yang berlebih terhadap sumber daya alam, berkurangnya lahan resapan karena ada pengalihan fungsi lahan, hingga langkanya hutan akibat kebijakan kapitalistik inilah pemicu kekeringan yang terus berulang.

Pasuruan termasuk sebuah daerah yang dikaruniai sumber air yang melimpah. Terbukti, sejak tahun 1973 Pasuruan mulai dijadikan incaran para investor perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK). Hampir semua produksi air minum dalam kemasan yang terkenal di tanah air, ada di Kabupaten Pasuruan. Artinya, para investor banyak menanamkan modalnya pada usaha vital ini karena air merupakan kebutuhan pokok manusia.

Misalnya, perusahaan air minum yang menjadi pelapor dan produsen terbesar yang memiliki volume penjualan terbesar di dunia ada di Pandaan yaitu PT Golden Mississippi (Aqua). PT Mayora tbk, sebagai produsen minuman Le Minerale juga berada di Kecamatan Kejayan, Pasuruan. Perusahaan ini bahkan telah meraih kesuksesan dalam penjualan hingga bisa menembus pasar ekspor ke Filipina, Brunei, Papua, dan Singapura.

Belum lagi dengan adanya program pesantren mandiri yang digagas oleh Ibu Khofifah Indar Parawangsa yang mendorong pesantren untuk berwirausaha. Padahal tujuan awal didirikannya pesantren untuk mencetak para ulama dan generasi yang berkepribadian Islam. Khofifah menginginkan pesantren yang ada berlomba untuk mewujudkan keberadaan program one pesantran one product (OPOP). Dari gagasan ini, berdirilah perusahaan air minum yang terkenal dengan air "Santri" di mana tingkat penjualannya pun makin meluas. Masih ada lagi beberapa perusahaan air minum besar berdiri kokoh mengeksploitasi air yang melimpah di berbagai titik daerah yang ada di Kabupaten Pasuruan.

Oleh karenanya, untuk menanggulangi kekeringan di Kabupaten Pasuruan ini harus melihat pada akar masalahnya. Tidak lagi mempermasalahkan musim atau mengharapkan kedatangan hujan yang sebenarnya bukan wilayah manusia. Inilah bukti nyata kerusakan yang dilahirkan oleh sistem kapitalisme liberal yang diterapkan. Sistem yang mempunyai pandangan hidup bahwa agama harus dijauhkan dari kehidupan dalam menyelesaikan permasalahan. Sistem ini memberikan kebebasan dalam kepemilikan dan pengelolaan harta pada individu seluas-luasnya. Sedangkan fungsi negara yang seharusnya mengelola telah diabaikan dan diserahkan sepenuhnya kepada para investor dalam atau luar.

Baca juga: Bencana Kekeringan Terus Meluas

Negara hanya sebagai wasit yang harus terlihat netral di depan rakyatnya dalam berkompetisi meraih harta kekayaan. Karena pada kenyataannya, pemenangnya telah ditentukan yaitu para kapital (pemodal besar). Negara juga berfungsi sebagai regulator bagi para kapital demi melanggengkan ketamakan dan keserakahannya dalam menguasai sumber daya alam yang ada, mulai dari hulu hingga hilir atas dasar kebebasan kepemilikan. Negara tidak mempunyai kekuasaan apa pun dan berlepas tangan atas pengelolaan sumber daya alam ini yang berakibat besar terhadap pendapatan negara. Pendapatan negara hanya didapat dari pajak dan utang luar negeri.

Solusi Islam

Sungguh Allah telah memperingatkan manusia sejak 1400 tahun silam ketika risalah Islam yang dibawa oleh manusia terbaik, baginda Nabi Muhammad saw. di dalam Al-Qur'an tepatnya QS. Ar-Rum: 42 yang menjelaskan bahwa telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Oleh karenanya, solusi agar mampu keluar dari problematik ini dan tidak terulang kembali apalagi saat musim kemarau datang adalah kembali kepada syariat-Nya yang mulia. Negara harus menjadikan Al-Qur'an dan hadis sebagai pijakan dalam mengelola sumber daya alam ini.

Negara harus menjadi pengelola sebenarnya sumber daya alam, mulai dari cara pengolahan hingga pengawasaan sepenuhnya adalah tanggung jawab negara. Kemudian hasilnya diberikan kepada rakyat kembali. Di dalam Islam tidak ada kebebasan kepemilikan, karena sesungguhnya harta itu hanya milik Allah semata dan izin pengelolaan pun harus sesuai dengan aturan pencipta-Nya. Sumber alam ini diperuntukkan bagi setiap individu manusia yang hidup di Indonesia, baik kaya atau miskin, muslim maupun nonmuslim agar tercukupi segala kebutuhan hidupnya sebagai bentuk rahmat-Nya.

Dialah Allah yang Maha Tahu kebutuhan setiap hamba-Nya. Dialah yang memelihara serta mengatur segala sesuatu agar berjalan seimbang. Tidak ada yang salah dalam musim kemarau yang panjang atau turunnya curah hujan yang berlebih pada musim penghujan. Semua sudah dalam ukuran yang tepat karena Allah Maha Teliti lagi Maha Bijaksana.

Islam membagi kepemilikan menjadi tiga bagian, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Kejelasan batasan inilah yang menjadi ciri khas aturan Islam. Negara sebagai wakil rakyat diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk mengelolanya dan mendistribusikannya kembali pada rakyat. Artinya, negara bukan pemilik sejati seluruh sumber daya alam yang ada, hukumnya adalah haram menyerahkannya kepada investor untuk mengelolanya. Nabi memerintahkan kepada manusia untuk berserikat pada tiga hal yaitu padang rumput, air, api. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Negara akan memelihara konversi lahan dan rehabilitasi lahan resapan air agar tetap terjaga dan tidak hilang. Negara juga akan memberikan edukasi kepada rakyat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan bersama-sama dengan dorongan keimanan. Mereka akan diingatkan akan pentingnya menanam pohon sebagai sedekah baginya ketika pohon tersebut dapat dirasakan hidup lainnya. Negara juga akan memberikan hukuman yang tegas dan memberi efek jera bagi perusak lingkungan.

Khatimah

Inilah solusi Islam dalam menyelesaikan masalah kekeringan akibat salah kelola sumber daya alam. Hal ini hanya bisa diwujudkan oleh negara yang menerapkan Islam secara kaffah berdasarkan Al-Qur'an dan sunah. Sehingga semua rakyat merasakan kesejahteraan dan keadilan hidup di dalamnya.

Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Rini Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Sensor Pendeteksi Gas Mengintai Pabrik, Efektif Atasi Polusi?
Next
Turis Thailand Boikot Korea Selatan, Ada Apa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram