
Pound fit memang merupakan sebuah olahraga. Akan tetapi, keberpihakannya pada kaum pelangi seharusnya menjadi pertimbangan bagi kita.
Oleh. Siska Juliana
(Kontributor Narasiliterasi.id)
NarasiLiterasi.Id-Saat ini olahraga pound fit sedang menjadi tren di tengah masyarakat. Olahraga ini memadukan antara gerakan yoga, aerobik, dan pilates dengan diiringi musik juga menggunakan tongkat yang disebut ripstix untuk membuat gerakan yang dinamis. Itulah alasan olahraga ini banyak diminati karena kegiatannya yang seru dan energik.
Awal Mula Pound Fit
Pound fit pertama kali muncul pada tahun 2011 di Amerika diperkenalkan oleh Cristina Peerenboom dan Kirsten Potenza. Keduanya gemar melakukan pilates dan juga pemain drum. Akhirnya melahirkan ide untuk menggabungkan keduanya menjadi jenis olahraga yang baru.
Setelah 13 tahun kemunculannya, pound fit sudah sangat berkembang dan menyebar luas, termasuk di Indonesia. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa olahraga ini sangat bagus untuk kesehatan fisik dan mental.
Pound Fit Pro Kaum Pelangi
Akan tetapi, baru-baru ini pernyataan dari founder pound fit menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Pasalnya Kirsten Potenza menyatakan dukungannya pada kaum LGBTQ+. Dukungan terhadap kaum pelangi ternyata bukan hal baru dalam olahraga ini. Mereka sering membuat kampanye-kampanye pro LGBTQ+ terutama di momen Pride Month. (sinarharapan.id, 28-11-2024)
Kampanye yang dilakukan sangatlah masif. Tidak hanya berbentuk konten, tetapi sudah diwujudkan dalam aksi nyata. Untuk memperluas kampanye di media sosial, mereka membuat hashtag khusus "#poundforpride". Dengan begitu, banyak sekali konten kampanye LGBTQ+ yang dilakukan atas nama pound fit.
Propaganda Barat
Kampanye kaum pelangi bukanlah hal yang baru. Hal ini sudah menjadi gerakan global yang dicanangkan oleh negara-negara Barat. PBB memutuskan bahwa adanya peringatan Hari Internasional Melawan Homofobia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 17 Mei 1990 telah resmi menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit. Hal ini berawal dari American Psychiatric Association (APA) pada 17 Desember 1973 yang mengeklaim bahwa homoseksual bukanlah gangguan jiwa atau penyakit lainnya.
Kemudian gerakan LGBTQ+ dikampanyekan oleh berbagai negara melalui perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan lainnya.
Negara-negara Barat menjadikan LGBTQ+ sebagai bagian dari HAM universal yang wajib diterima oleh seluruh negara. Untuk melegalkan eksistensi LGBTQ+, mereka menggelontorkan dana yang besar dan menjalankan programnya melalui United Nations Development Programme (UNDP).
baca juga: Transgender dan Kampanye Global LGBTIQ+
Kampanye kaum sodom juga dilakukan melalui dunia pendidikan dan hiburan, seperti bacaan, media sosial, dan film. Mereka meracuni pemikiran anak-anak dan remaja melalui hiburan. Sayangnya, mayoritas orang tua tidak menyadari jika anak-anaknya dirusak dengan konten tersebut.
Selain melalui dunia hiburan dan pendidikan, mereka juga membayar tokoh-tokoh agama untuk memutarbalikkan hukum-hukum agama agar LGBTQ+ menjadi halal. Dalam agama Kristen, sejumlah gereja dan tokoh agama mulai melegalkan pernikahan sejenis seperti di AS dan Jerman.
Meskipun bertentangan dengan syariat Islam, di kalangan umat Islam pun mulai bermunculan orang-orang yang menghalalkan hubungan sejenis.
LGBTQ+ Merusak Masyarakat
Gaya hidup LGBTQ+ telah nyata merusak moral dan kesehatan parah terhadap masyarakat. Perilaku ini telah menularkan berbagai bakteri yang menyebabkan penyakit parah, di antaranya HIV, sifilis, hepatitis, dan sebagainya. Selain penyakit-penyakit tersebut, muncul pula cacar monyet yang berkembang di Eropa.
Perilaku ini telah nyata merusak fitrah dan moral manusia. Mengampanyekan perilaku ini berarti ikut merusak moral secara global.
Sikap Seorang Muslim
Pound fit memang merupakan sebuah olahraga. Akan tetapi, keberpihakannya pada kaum pelangi seharusnya menjadi pertimbangan bagi kita. Jika hal itu tidak membuat kita marah atau setidaknya bereaksi menolak atau menjauhi, maka artinya kita abai terhadap nilai-nilai Islam.
Para pendukung LGBTQ+ akan semakin senang menyisipkan lagi dukungannya pada LGBTQ+. Jika setiap orang posting setelah selesai pound fit, maka akan menaikkan visibilitas ke akun pound global di mana nilai-nilai LGBTQ+ dinormalisasi oleh akun mereka.
Itu artinya olahraga yang dilakukan hanya untuk kesenangan, justru membantu menormalisasi hal yang keliru ke lebih banyak orang. Salah satu hal yang harus diingat adalah sebab akibat tidak harus berdampak langsung, misalnya seperti pound fit ini.
Kita semua berhak menentukan pilihan masing-masing. Namun, setiap pilihan ada konsekuensi dan pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Masih banyak olahraga sunah yang direkomendasikan oleh Rasulullah saw. seperti berenang, memanah, dan menunggang kuda.
Islam Pelindung Umat
Sungguh nyata kebencian orang-orang kafir pada Islam. Mereka menjajah kaum muslim dengan menguras sumber daya alam dan juga pemikirannya. Kaum kafir tidak ingin melihat umat Islam mencapai kejayaannya.
Menghentikan propaganda LGBTQ+ tidak cukup hanya dengan mengecam, tetapi harus dilawan dengan dakwah Islam. Kemudian menerapkan syariat Islam serta menolak dengan tegas seluruh peraturan internasional yang bertentangan dengan syariat Islam.
Sebagaimana firman Allah Swt., "Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (TQS. Al-Maidah: 50)
Khatimah
Syariat Islam yang diterapkan di bawah naungan Khilafah mampu melindungi fitrah manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Hanya Islam yang senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian manusia. Masihkah kita berharap pada sekularisme yang mengagungkan kebebasan? Wallahu a'lam bishawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
