Belajar Tiada Henti

belajar tiada henti

Belajar menulis akan terus saya lakukan agar saya dapat menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas dan bermanfaat.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda saat belajar. Ada yang mampu memahami materi pelajaran dengan cepat. Namun, ada pula yang lambat. Ada yang mampu memahaminya sendiri, ada pula yang harus dijelaskan satu per satu.

Demikian pula dengan belajar menulis. Ada yang bisa belajar menulis dengan metode ATM, yakni amati, tiru, dan modifikasi. Caranya dengan mempelajari naskah-naskah berkualitas karya orang lain, kemudian menirunya sehingga menghasilkan tulisan yang sama kualitasnya.

Namun, ada pula yang harus dituntun, dibimbing, dan diarahkan. Ia harus dijelaskan dengan detail. Kemudian ditunjukkan secara rinci apa saja yang harus dan yang tidak perlu ditulis.

Sepertinya saya termasuk bagian dari kelompok kedua ini. Kesimpulan ini saya ambil setelah saya mengalami proses pembelajaran yang lama. Meskipun sudah berkali-kali belajar teori menulis naskah opini yang berkualitas, saya belum mampu menerapkan sepenuhnya. Tulisan yang saya hasilkan masih banyak kekurangannya. Di antaranya adalah judul yang kurang spesifik, analisis yang kurang tajam, dan solusi yang belum menyeluruh.

Meskipun demikian, saya terus berusaha untuk menulis. Saya pun mencoba menulis rubrik lain, seperti world news, medical, dan lainnya. Hal ini membuat saya harus terus belajar.

Mendapat Ilmu Baru

Untungnya, NP memberikan banyak kesempatan belajar bagi para kontributornya. Ada sharing ilmu yang diberikan oleh tim redaksi maupun kontributor yang berkompeten. Dari situlah saya mendapat banyak ilmu baru.

Selain itu, sebagai salah satu tim penulis inti (TPI), saya mendapat keuntungan lain. Salah satunya adalah mendapat arahan dari Mom Andrea dan anggota tim redaksi yang khusus membimbing kami. Mereka dengan sabar mengecek dan mengoreksi naskah kami.

Biasanya, setelah mengecek naskah kami, tim redaksi yang diberi amanah oleh Mom Andrea akan memberitahu letak kesalahan maupun kekurangan tulisan kami. Dari situlah kami belajar untuk memperbaiki kualitas tulisan kami. Satu kesempatan yang tidak seharusnya kami sia-siakan.

Belajar dari Kesalahan

Meskipun sudah mendapat bimbingan dari Mom dan tim redaksi, saya masih sering melakukan kesalahan yang sama. Tidak jarang saya masih salah mengeja kata, menggunakan kosakata yang tidak sesuai KBBI, atau salah meletakkan tanda baca. Semua itu terjadi akibat saya kurang teliti. Ibaratnya, saya masih sering jatuh ke lubang yang sama, padahal hal itu tidak seharusnya dilakukan oleh seorang mukmin. Rasulullah saw. menyampaikan hal ini dalam HR. Bukhari.

الْمُؤْمِنُ مِنْ حُجْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ لَا يُلدَغُ

Artinya: “Seorang mukmin tidak akan masuk ke lubang yang sama dua kali.”

Berdasarkan hadis ini, seorang mukmin tidak seharusnya melakukan kesalahan yang sama. Hal ini berlaku untuk semua aktivitas, termasuk menulis. Seorang penulis harus berhati-hati agar tidak membuat kesalahan yang sama saat menghasilkan sebuah karya.

Namun, hal ini tidaklah mudah. Bagi saya, menerapkan teori yang telah kami dapatkan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Selama menjadi kontributor di NP, saya masih sering melakukan kesalahan. Misalnya, kurang teliti saat self editing sehingga masih ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI.

KBBI dan EYD

Pada awalnya, tidak mudah bagi saya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Saya tidak memiliki ingatan yang kuat sehingga mampu menghafal kosakata yang sesuai KBBI. Namun, saya kemudian menemukan satu cara, yaitu menandai kata yang masih saya ragukan kesesuaiannya dengan KBBI dengan tanda tanya. Setelah selesai menulis, saya cek satu persatu di KBBI. Jika sudah sesuai, saya pun menghapus tanda tanya tersebut.

Selain itu, saya juga berusaha agar tulisan saya sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar. Misalnya saat menulis harus menggunakan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Saya juga berusaha untuk membuat tulisan yang koheren dan kohesif.

Analisis yang Tajam

Namun, saya masih menemukan masalah dalam membuat naskah yang tajam analisisnya. Meskipun sudah sering mendapat teorinya, saya belum juga mampu menerapkannya. Saya belum mampu menerapkan karena saya belum benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan analisis yang tajam itu.

Untungnya, arahan dari tim redaksi membuat saya berhasil memahaminya sedikit demi sedikit. Ternyata, analisis yang tajam itu ditunjukkan dengan pembahasan yang fokus pada satu persoalan dan tidak melebar ke mana-mana. Analisis itu juga harus dilengkapi dengan data-data yang akurat dan dari sumber yang dapat dipercaya. Kemudian, solusi yang ditawarkan juga fokus pada persoalan. Misalnya, saat menulis tentang buruknya industri pesawat, solusinya bukan membahas industri secara umum, tetapi harus langsung pada industri pesawat.

Meskipun demikian, bukan berarti tulisan saya sudah benar-benar bagus. Masih ada banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal itu mengharuskan saya untuk terus belajar tanpa henti.

Baca juga: Sharing Ilmu Kepenulisan

Terus Berproses

Inilah pelajaran berharga yang saya dapatkan selama tahun 2024. Pelajaran yang saya peroleh dari Mom Andrea dan tim redaksi. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas ilmu yang tak ternilai harganya ini. Semoga Allah Swt. membalasnya dengan pahala yang berlimpah.

Selain itu, saya juga berharap di tahun 2025 ini saya dapat terus belajar dan terus berproses menjadi seorang penulis yang menghasilkan karya-karya berkualitas. Karya-karya yang akan mencerahkan pemikiran umat. Dengan demikian, ide-ide Islam akan makin tersebar dan tertanam dalam benak mereka.

Saya juga berharap dapat terus istikamah dalam melakukan dakwah literasi. Melalui tulisan-tulisan itu, saya berharap ada satu, dua, tiga, atau lebih banyak lagi orang yang tertunjuki pada Islam. Dari situlah saya berharap ada tambahan pahala yang akan memperberat timbangan amal saya kelak di akhirat.

Semoga Allah Swt. memberikan kekuatan kepada saya agar dapat terus melakukan kebaikan ini. Semoga Allah Swt. juga memudahkan saya dalam melaksanakan hal ini. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Wallaahu a’lam bi ash-shawaab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Mariyah Zawawi Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Dakwah dan Kado Terindah untuk Istriku
Next
Simpang Siur Pembatalan Kenaikan Pajak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram