Kemuliaan bulan Rajab yang Allah anugerahkan ini kini tidak diiringi dengan kemuliaan umatnya. Umat Islam hari ini di berbagai belahan negeri mengalami penindasan dan penjajahan. Baik berupa penjajahan fisik seperti yang terjadi di Palestina, maupun penjajahan secara ekonomi, politik, dan budaya.
Oleh. Ni’matul Afiah Ummu Fatiya
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Rajab adalah bulan yang istimewa. Bulan mulia ini identik dengan peristiwa Isra Mikraj. Hampir setiap masjid atau pun musala menjadikan peristiwa Isra Mikraj sebagai Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Memang bagus untuk mengingat sejarah perjuangan Rasul dan mengambil hikmah keimanan di balik peristiwa itu. Namun terasa kurang lengkap kalau mengisi bulan Rajab hanya dengan memperingati peristiwa Isra Mikraj saja. Padahal banyak juga peristiwa bersejarah yang tak kalah pentingnya yang terjadi di bulan Rajab. Peristiwa itu antara lain terdapat perang Tabuk, perang Yarmuk dan pembebasan Baitulmaqdis.
Keistimewaan bulan Rajab ini telah Allah sematkan di dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36 yang artinya, ”Sesungguhnya bIlangan bulan di sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Allah menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketatapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Maksud bulan haram di sini adalah bulan yang suci (dimuliakan). Orang-orang Arab jahiliah biasa menghentikan peperangan ketika memasuki bulan haram karena menghormatinya. Dalam sebuah hadis Rasululah saw. bersabda, “Setahun ada dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan-bulan suci, tiga berurutan, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam, serta Rajab Mudhar yang berada di antara Jumadi dan Syakban adalah bulan Rajab." (HR. Bukari dan Muslim)
Keistimewaan Bulan Rajab
Begitu istimewanya bulan Rajab ini sampai-sampai para ulama telah menekankan agar umat Islam memperbanyak amal saleh di bulan Rajab. HaI itu karena beramal saleh di bulan Rajab pahalanya akan dilipatgandakan. Sebaliknya, melakukan kemaksiatan di bulan ini pun, dosanya juga akan dilipatgandakan. Amal saleh yang bisa dilakukan, misalnya puasa sunah, membaca Al-Qur’an, bersedekah, atau berdakwah amar makruf nahi mungkar, serta jihad fi sabilillah. Sebaliknya, berbagai aktivitas kemaksiatan dan dosa harus ditinggalkan, seperti berzina, berjudi, mencuri, berbohong , menipu, dan lain sebagainya.
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Imam Syafii dan sebagian besar ulama berpendapat “Denda dilipatgandakan jika pelanggaran dilakukan pada bulan haram, begitu juga terhadap orang yang membunuh di tanah haram atau membunuh orang yang sedang berada di bulan haram.”
Baca juga: Raih Amal Saleh, Wujudkan Kemuliaan Umat
Kemuliaan Bulan Rajab vs Kemunduran Umat
Sayangnya, kemuliaan bulan Rajab yang Allah anugerahkan ini kini tidak diiringi dengan kemuliaan umatnya. Umat Islam hari ini di berbagai belahan negeri mengalami penindasan dan penjajahan. Baik berupa penjajahan fisik seperti yang terjadi di Palestina, maupun penjajahan secara ekonomi, politik, dan budaya. Semua itu telah menyebabkan tercerabutnya kemuliaan yang sudah Allah lekatkan terhadap kaum muslim. Ini tidak bisa dibiarkan, harus ada upaya yang dilakukan oleh umat Islam supaya lepas dari belenggu yang membelitnya dan kembali menjadi umat terbaik dengan mengambil kembali status kemuliaan itu. Caranya adalah dengan melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar dengan membangun kesadaran umat untuk mewujudkan kembalinya kemuliaan umat Islam.
Sungguh, kemuliaan umat Islam ini hanya sekadar label saja tanpa bukti yang bisa dirasakan ketika Islam hanya dijadikan simbol beragama. Namun, kemuliaan itu akan benar-benar terwujud dan bisa dirasakan ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Sementara penerapan syariat Islam hanya bisa terwujud dalam bingkai Khilafah Islamiah, yaitu institusi negara yang akan menerapkan seluruh hukum Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Membangun Kesadaran Umat
Membangun kesadaran umat akan kewajibannya untuk menegakkan Khilafah menjadi satu hal yang sangat penting. Tegaknya Khilafah merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Khilafah adalah wasilah yang akan menerapkan hukum Islam sepenuhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa Khilafah, maka banyak kewajiban umat Islam yang sulit, bahkan tidak bisa tertunaikan.
Oleh kareanya, diperlukan keberadaan kelompok dakwah Islam ideologis agar tujuan menegakkan Khilafah segera terwujud. Kelompok dakwah inilah yang akan memimpin umat menapaki jalan dakwah sesuai tuntunan Rasulullah saw. Melalui kelompok dakwah ini, umat akan dibina dengan pemikiran Islam melalui pembinaan intensif per individu dalam perhalaqahan, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah ketika awal-awal dakwah di rumah Arqam bin Abi Arqam. Ada juga pembinaan secara berjamaah seperti tablig akbar atau diskusi. Semua itu dilakukan dalam rangka membentuk umat Islam yang memiliki karakter islami yang memiliki kasadaran penuh tentang wajibnya menerapkan hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Khatimah
Jika umat Islam ingin kembali menjadi umat terbaik dan mulia maka tidak ada jalan lain kecuali dengan menegakkan kembali Khilafah Islam. Hanya khilafah Islam saja yang mampu menjadikan umat Islam ini meraih kemulian. Dengan adanya Khilafah, umat Islam memiliki kepemimpinan tunggal yang mampu menggalang seluruh kekuatan untuk menghadapi musuh-musuh Islam. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw., “Imam (khalifah) itu laksana perisai, orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Walllahualam. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com