
Misi utama Zelenskyy bersedia datangbke Ruang Oval menemui Trump adalah untuk memperoleh jaminan keamanan yang bisa diandalkan dari Washington.
Oleh. Arum Indah
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Amerika Donald Trump terlibat diskusi panas di Ruang Oval pada Jumat, 28 Februari lalu. Trump bahkan mengusir Zelenskyy tanpa makan siang. Draf kesepakatan mineral yang seharusnya ditandatangani pada pertemuan itu justru dibiarkan teronggok begitu saja di atas meja Trump. Perdebatan panas di depan publik yang terjadi di antara dua presiden itu harusnya dapat dihindari. Namun, tampaknya baik Zelenskyy atau Trump sama-sama mengemban konflik kepentingan yang pada akhirnya tidak bisa ditutupi.
Trump menuding Zelenskyy tidak cukup berterima kasih atas bantuan Amerika yang mencapai miliaran dolar selama ini. Trump juga memperingatkan Zelenskyy untuk segera membuat kesepakatan dengan Rusia atau AS akan keluar dari Ukraina. Jika AS keluar, Trump memastikan Ukraina akan berjuang habis-habisan melawan Rusia.
Setelah perseteruan panas itu, Trump memerintahkan menghentikan sementara bantuan ke Ukraina demi menekan Zelenskyy untuk bergabung dalam negosiasi perdamaian. Perintah ini akan tetap berlaku hingga Zelenskyy menunjukkan komitmennya untuk negosiasi. (reuters.com, 4-3-2025)
Trump dan Kepentingan Amerika
Kesepakatan damai antara Ukraina dan Rusia yang digagas Amerika tentu tidak lepas dari kepentingan negeri Paman Sam. Trump berusaha memajukan hubungan trilateral baru dan memainkan kartu Rusia untuk menghadapi Cina. Di sisi lain, ia juga menargetkan pasokan hidrokarbon dari Rusia akan menurunkan harga di pompa bensin AS bagi para pendukungnya di dalam negeri. Untuk merealisasikan langkah ini, Trump memberikan konsesi yang luar biasa pada Putin dengan cara membela Rusia di PBB, menyalahkan Ukraina atas invasi yang terjadi, dan memberikan suara untuk menentang resolusi yang mengutuk agresi Moskow.
Amerika tampaknya juga melihat peluang yang sangat potensial berupa kesepakatan bisnis dan perjanjian ekonomi baru dengan Rusia. Persekutuan Amerika dengan Rusia akan menjadi titik ungkit paling potensial yang dapat digunakan AS untuk melancarkan kepentingannya di negara-negara lain. Di lain sisi, Rusia tentunya akan memanfaatkan keretakan hubungan Zelenskyy dan Trump untuk tidak bersegera mengakhiri perang dengan Ukraina. Rusia juga meyakini bahwa persatuan Barat akan makin terpecah ke depannya.
Kepentingan Trump di Ukraina
Di sisi lain, Amerika tentunya juga ingin mendapat kesepakatan untuk bisa mengakses mineral penting yang ada di Ukraina sebagai bagian dari pembayaran kembali kepada AS atas bantuan-bantuan yang telah dikirim ke Kyiv sejak dimulainya perang. AS mengeklaim bahwa ini adalah cara untuk mempererat hubungannya dengan Ukraina dalam jangka panjang. Kesepakatan damai yang dicetuskan AS ini karena mereka ingin mengambil keuntungan dari dua negara yang sedang terlibat konflik.
Sasaran utama Zelenskyy bersedia datang ke Ruang Oval menemui Trump adalah jaminan keamanan yang bisa diandalkan dari Washington. Jika jaminan keamanan itu ia dapatkan, ia akan siap menukar kendali mineral di Ukraina ke depannya, tetapi Zelenskyy justru tahu bahwa rancangan perjanjian dengan Amerika tidak bisa menjanjikan keamanan sepenuhnya. Zelenskyy tidak akan mau memberikan konsesi mineral karena dikemas dengan konsesi terhadap Putin terkait gencatan senjata terhadap konstituennya.
Selama ini Ukraina memang bergantung pada AS untuk mendapat dukungan perang dan ekonomi. Akan tetapi, Ukraina juga mendapat banyak bantuan dari Eropa. Bagi Ukraina, kemerdekaan, kebebasan, dan perdamaian akan benar-benar terwujud ketika mereka mendapat dukungan penuh dari Eropa dan makin ideal jika didukung Amerika. Sayangnya, kepentingan Zelenskyy tidak bertemu dengan kepentingan Trump.
Posisi Eropa
Para pemimpin di Eropa menyampaikan dukungan mereka kepada Zelenskyy dan mengeklaim bahwa mereka siap membela Ukraina di masa mendatang jika AS menghentikan dukungannya. Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan bahwa Eropa harus segera memperkuat diri agar lepas dari AS. Dengan kondisi ekonomi yang lebih besar dari Rusia, sebenarnya bukan hal yang sulit bagi Eropa untuk melakukan investasi pertahanan. Meski telah menyampaikan dukungan pada Ukraina, tampaknya Eropa juga masih berusaha untuk mencari posisi yang aman bagi diri mereka.
Uni Eropa sebenarnya merupakan kekuatan yang bisa menyaingi AS, baik dari sisi ekonomi maupun pengaruh politik internasionalnya. Akan tetapi, Uni Eropa masih menjadi persatuan yang kurang solid dan banyak hal yang melemahkan persatuan ini. Kebijakan luar negeri Amerika telah membuat perpecahan blok-blok di Uni Eropa makin parah.
Friedrich Merz kembali berpendapat bahwa apa yang terjadi di Gedung Putih sudah direncanakan untuk membuat jebakan dan menjatuhkan Zelenskyy di hadapan rakyatnya dan dunia. Trump mencoba membangun wacana bahwa Zelenskyy tidak berniat untuk mengakhiri perang yang jelas-jelas sudah merugikan rakyat Ukraina.
Kepentingan Negara Imperialis
Faktor egoisme kebangsaan dan asas manfaat dalam ideologi kapitalisme yang diemban oleh negara-negara Barat telah menjadi asas dalam membangun hubungan mereka dengan negara lain. Tidak ada asas lain yang mereka gunakan, baik kepada sekutu ataupun yang bukan. Konflik kepentingan menjadi hal yang paling sering terjadi di dalam interaksi negara-negara penganut kapitalisme.
Baca juga: https://narasiliterasi.id/world-news/02/2025/obsesi-kafir-penjajah-menguasai-gaza/
AS menjadi negara paling besar setelah runtuhnya Uni Soviet dan membuatnya menjadi negara superior di antara negara-negara lain. Negara adidaya ini terbiasa melakukan apa saja yang dia mau kapan pun dan di mana pun. Mereka bahkan memproklamasikan diri sebagai penguasa dunia dan mereka telah merancang tatanan dunia sesuai dengan kehendak mereka. Kezaliman dan arogansi AS telah dirasakan oleh hampir seluruh dunia, termasuk Eropa yang merupakan sekutu mereka, sebab AS menganggap negara-negara lain adalah sawah untuk tempat mereka bercocok tanam.
Ciri Khas Kapitalisme
Bagaimanapun, AS telah mengubah kebijakan luar negerinya dengan mendeklarasikan keberpihakannya pada Rusia. Sebelumnya, kebijakan AS adalah mengisolasi Rusia atas agresinya ke Ukraina. Namun, adanya pertemuan AS dan Rusia yang membicarakan perdamaian tanpa melibatkan Ukraina merupakan ciri khas negara imperialis yang senantiasa memberi keputusan pada negara-negara yang lebih kecil.
Apa yang terjadi pada Amerika, Rusia, Eropa, dan Ukraina adalah tarik ulur kepentingan negara-negara penganut kapitalisme. Kapitalisme telah menciptakan sebuah pola hubungan yang hanya berlandaskan manfaat. Hubungan antarnegara bisa berubah seiring dengan perubahan dan besarnya manfaat yang bisa diperolah masing-masing pihak. Yang dilakukan Amerika saat ini adalah langkah propaganda untuk makin menancapkan ideologinya dan mengukuhkannya sebagai satu-satunya negara adidaya. Ini sungguh berbeda dengan politik luar negeri Islam.
Politik Luar Negeri Khilafah
Dalam menjalankan hubungannya dengan negara lain, Khilafah menjadikan dakwah dan jihad sebagai jalan satu-satunya, bukan manfaat. Oleh karenanya, Khilafah harus memiliki kedudukan dan pengaruh dalam dunia internasional. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan membentuk individu-individu yang memiliki kesadaran politik dan mampu memahami peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di dunia, terlebih lagi politik negara adidaya. Selanjutnya terbentuklah para politisi yang paham politik dunia. Lalu secara alami akan tercipta pengaruh sebuah negara dalam konstelasi politik internasional.
Jihad merupakan aktivitas untuk memerangi kekufuran. Jika orang yang diperangi bersedia memeluk Islam, mereka menjadi muslim. Apabila mereka enggan masuk Islam, tapi bersedia berhukum dengan Islam, peperangan terhadap mereka akan dihentikan sebab tidak boleh memaksakan agama. Apabila mereka bersedia membayar jizyah, tetapi tidak mau berhukum kepada Islam, Khilafah tidak boleh menerima jizyah itu dan mereka tetap diperangi. Hal ini karena kekufuran yang melekat pada diri mereka menjadi penyebab wajibnya jihad. Firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 36:
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً
Artinya: “Dan perangilah orang-orang musyrik itu semuanya.”
Khatimah
Konstelasi politik dunia tanpa Islam akan jauh dari sisi kemanusiaan. Yang ada hanya konflik kepentingan yang mengorbankan kemaslahatan rakyat.
Perubahan politik dunia hanya bisa terjadi saat Khilafah kembali menjadi negara adidaya kelak. Khilafah menjadikan dakwah dan jihad sebagai jalan politik luar negerinya, bukan manfaat. Perlu diingat bahwa hukum Islam akan membawa keadilan bagi seluruh umat manusia.
Wallahu’alam bisawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

[…] Baca juga: Trump, Zelenskyy, dan Konstelasi Politik Internasional […]