
Kecurangan generasi ini tidak boleh kita anggap sepele, perbaikan generasi harus segera dilakukan. Cara pandang sekuler kapitalistik harus dibuang jauh dari benak generasi.
Oleh. Adinda Khoirunnisa'
(Kontributor Narasiliterasi.id & Aktivis Muslimah)
Narasiliterasi.id-Kejujuran menjadi sesuatu yang langka di negeri ini. Hal ini tampak dari kasus kecurangan pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Pada pelaksanaan hari pertama tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menemukan ada sembilan kasus kecurangan, sedangkan di hari kedua ditemukan 5 kasus kecurangan. (kompas.com, 25-04-2025)
Peserta ujian yang melakukan kecurangan, menggunakan berbagai cara dan sarana teknologi. Seperti menggunakan remot desktop yang soal ujian bisa dikerjakan oleh orang lain di luar ruangan. Selain itu, ada juga peserta menggunakan kamera dan dipasang di behel (braces gigi), kuku, ikat pinggang, dan kancing yang tidak terdeteksi menggunakan metal detector.
Kecurangan Generasi Membahayakan Umat
Tentu fakta yang terjadi tengah menunjukkan buruknya akhlak calon mahasiswa. Generasi yang seperti ini merupakan hal yang niscaya di sebuah negeri yang menerapkan sistem pendidikan sekuler kapitalistik. Cara pandang yang memenuhi isi kepala generasi saat ini adalah sekuler kapitalistik, di mana mereka merasa bebas melakukan apa pun tanpa memperhatikan halal dan haram. Mereka tidak mau diatur oleh aturan agama, tingkah polahnya didasarkan pada hawa nafsu. Di sisi lain, pandangan kapitalistik mengarahkan makna kebahagiaan adalah ketika mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Jadilah mereka generasi yang tujuan hidupnya sekadar mengumpulkan kekayaan dunia tanpa memperhatikan halal dan haram. Wajarlah jika kejujuran dengan mudah ditanggalkan.
Buruknya akhlak generasi ini tidak boleh kita anggap sepele, perbaikan generasi harus segera dilakukan. Cara pandang sekuler kapitalistik harus dibuang dari benak generasi. Apa jadinya negeri ini jika kelak dipimpin oleh orang-orang yang akhlaknya rusak?
Generasi yang berakhlak rusak tidak akan mampu memimpin negeri ini dengan baik. Alih-alih memikirkan urusan rakyat kemungkinan besar yang menjadi perhatiannya adalah urusan perutnya sendiri. Korupsi akan semakin merajalela, rakyat miskin makin bertambah jumlahnya. Jika saat ini saja kita sudah dihadapkan dengan adanya banyak pemimpin yang curang dan zalim tentu ke depan akan semakin parah. Banyak kasus pejabat korup yang menghiasi pemberitaan. Tentu masih hangat di benak kita adanya megakorupsi yang berpotensi merugikan negara dengan jumlah berkisar mencapai Rp968,5 triliun. Praktik kecurangan ini telah berlangsung selama lima tahun, terhitung dari tahun 2018—2023. Pelaku korupsi ini tidak lain adalah hasil pendidikan masa lalu yang juga bermuatan sekuler kapitalistik.
Mindset Sekuler
Tentu semua yang terjadi hari ini harus menjadi pembelajaran berharga. Solusi yang dilakukan harus benar-benar menyentuh akar permasalahan. Mindset sekuler yang berkembang di masyarakat tidak terkecuali individu pejabat harus diselesaikan. Kebahagiaan yang berorientasi pada perolehan materi sebanyak-banyaknya tanpa memedulikan halal-haram harus dihilangkan. Adanya pemimpin berwatak buruk, tidak bertanggungjawab, kurang empati, dan mudah melakukan penyelewengan terhadap kekuasaan adalah akibat lemahnya iman dan sedikitnya pemahaman tentang Islam. Maka cara tepat untuk menyelesaikan masalah yang menjangkiti kita dan tengah mengancam kita ke depan adalah dengan kembali kepada solusi Islam. Solusi kehidupan berasal dari Al Khalik yang menciptakan manusia.
Baca: Kesehatan Mental Generasi Rusak, Salah Siapa?
Solusi Islam Menghadapi Kecurangan
Islam memiliki seperangkat aturan kehidupan termasuk dalam menyelamatkan generasi. Adapun upaya untuk mewujudkan generasi yang unggul bisa dicapai dengan penerapan sistem Islam. Sistem Islam akan mencetak generasi berkepribadian Islam atau sering disebut ber-syakhsiyah Islam. Mereka akan menjalani kehidupan ini berdasarkan halal-haram. Kebahagiaan bagi mereka adalah ketika mendapatkan rida Allah Swt. sehingga dalam segala aktivitasnya senantiasa terikat dengan hukum Allah Swt. Jika Allah melarangnya curang, maka generasi ber-syakhsiyah Islam akan meninggalkan hal tersebut.
Sistem pendidikan berbasis akidah Islam membentuk pribadi sejak dini dengan menanamkan iman (akidah), rasa takut kepada Allah, dan pemahaman tentang halal dan haram. Tujuan pendidikan Islam bukan sekadar mencetak lulusan berprestasi, tetapi mencetak generasi yang bertakwa kepada Allah taala. Dengan kuatnya kepribadian Islam, kemajuan teknologi pun akan dimanfaatkan sesuai dengan tuntunan Allah, dan untuk meninggikan kalimat Allah.
Khatimah
Generasi merupakan aset berharga yang akan menjadi pilar-pilar pengukuh peradaban. Di pundak merekalah bangsa ini menggantungkan harapan masa depannya. Oleh karena itu, sistem Islam mengharuskan pemerintahan bersungguh-sungguh untuk mendidik dan menjaga anak bangsa sehingga terbentuk generasi yang berkualitas dan cemerlang. Saatnya segera menyadari bahwa sistem pendidikan sekuler kapitalistik hanya menjadikan kehidupan ini tidak berkah sehingga lahir individu yang pintar dalam ilmu dan alat, tetapi miskin dalam hal keimanan dan akhlak. Marilah kita kembali kepada Islam dan merenungkan firman Allah Swt. yang artinya, "Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan bagi mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi." (QS. Al-A'raf: 96)
Atas dasar inilah, seharusnya negara dalam menjalankan sistem pemerintahan harus berdasarkan pada aturan Islam. Ini dilakukan sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan begitu Allah Swt. akan memberikan keberkahan-Nya. Wallahu'alam bi shawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
