Pandangan Islam atas Konflik Pakistan vs India

konflik India pakistan

Pakistan vs India bukan hanya menjadi konflik dua negara bertetangga dalam memperebutkan sebuah wilayah, melainkan menjadi arena adu kekuatan teknologi militer barat dan timur.

Oleh. Arda Sya'roni
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Perdamaian, perdamaian, perdamaian, perdamaian. Banyak yang cinta damai. Tapi perang makin ramai. Banyak yang cinta damai. Tapi perang makin ramai. Bingung bingung aku memikirnya.”

Sepakat dengan lirik lagu yang dibawakan oleh Nasida Ria tersebut, meski banyak manusia yang cinta damai, tetapi fakta berkata lain, peperangan tetap saja terjadi. Sepanjang tahun 2024 saja telah terjadi banyak konflik baik antar wilayah dalam negeri sendiri maupun antar negara, seperti Rusia vs Ukraina, konflik di Myanmar, Sudan, Republik Demokratik Kongo, Suriah, Afganistan dan yang pasti Palestina vs Israel. Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara pun sempat mengalami ketegangan di tahun 2024.

Pakistan dan India

Kabar terbaru menyebutkan adanya peperangan antara Pakistan dan India. Bila katanya cinta perdamaian, lantas mengapa banyak terjadi peperangan? Bukankah kedua hal tersebut bertolak belakang?

Dikutip dari Tempo.co, 11-05-2025. Makin meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan. Dimulai saat India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Pemicu bentrok ini adalah serangan dari sekelompok lelaki bersenjata yang terjadi di lembah Baisaran, Pahalgam, Kashmir pada tanggal 22 April 2025 lalu. Dikabarkan 26 orang orang tewas dalam serangan ini. Sebanyak 25 di antaranya adalah wisatawan, dan satu orang lainnya adalah penunggang kuda lokal.

Kesepakatan gencatan senjata yang telah dilakukan dengan mediasi dari Amerika Serikat tidak dipatuhi oleh kedua negara. Masih saja terdengar bunyi ledakan di perbatasan kedua negara tersebut. Saling tuding pun terjadi. Keduanya seakan saling mengelak telah melanggar kesepakatan gencatan senjata tersebut. Konflik Pakistan vs India ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Adanya sengketa wilayah Kashmir sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Wilayah Kashmir yang mayoritas penduduknya muslim berada di bawah pimpinan kaum Hindu India. Hal ini memicu kemarahan Pakistan. Untuk meredam konflik yang makin memanas, gencatan senjata pun dilakukan dengan mediasi PBB.

Pada tahun 1965 perang kembali berkecamuk yang disebabkan Pakistan menyusupkan pasukan ke Kashmir dalam operasi Gibraltar. Alhasil ribuan nyawa melayang dalam perang ini. Lagi-lagi gencatan senjata dilakukan. Kali ini dengan intervensi Uni Soviet dan Amerika Serikat gencatan senjata disepakati dan dihasilkan Deklarasi Tashkent. Konflik memanas kembali pada tahun 1971 di wilayah Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). Di perang ini, India mendukung kemerdekaan Bangladesh. Konflik ini berakhir dengan kemenangan India, kemerdekaan Bangladesh dan lahirnya perjanjian Simla yang dibuat untuk menentukan garis kontrol di Kashmir. Peperangan kembali pecah di tahun 1980, tahun 1999, 2008, dan 2019.

Panggung Kehidupan Kapitalisme

Di panggung kehidupan yang berlandaskan sistem kapitalis sekuler, perdamaian mungkin hanya sebatas angan. Wajar, karena kapitalisme kerap menyelipkan unsur manfaat dan kepentingan diri sendiri atau golongan pada setiap peristiwa. Bila ditinjau lebih dalam Perang India vs Pakistan bukan hanya menjadi konflik dua negara bertetangga dalam memperebutkan sebuah wilayah, melainkan menjadi arena adu kekuatan teknologi militer barat dan timur. Negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat, Rusia, hingga Israel pun turut andil dengan memberikan bantuan alutsista buatan mereka sebagai ajang uji coba.

Sedang keterlibatan Amerika dalam kesepakatan gencatan senjata sudah dipastikan ada udang di balik batu, bukan sekedar menolong menuju perdamaian. Negara-negara besar tersebut justru membuat konflik semakin memanas dan tak kunjung usai. Tengok saja peperangan Palestina dan Israel serta perang saudara di Afganistan, Suriah dan Myanmar. Bantuan yang diberikan bukanlah tanpa alasan, ada misi global di sana, yaitu untuk melemahkan kaum muslimin.

Ketika kapitalisme sekularisme dijadikan landasan dalam pengaturan kekuasaan, maka hal yang wajar bila timbul konflik, pertikaian bahkan peperangan. Narasi perdamaian hanya digaungkan, tetapi tidak ada tindakan nyata. Sebaliknya, justru mengerahkan segala daya upaya untuk turut terlibat di dalamnya dengan mengambil peran sebagai penyokong alutsista maupun dana. Bahkan terkadang turut menyusup dalam organisasi internal untuk memperburuk situasi, sehingga rakyat terpecah belah.

Baca juga: Khilafah, Galang Pasukan untuk Palestina

PBB pun sebagai lembaga internasional yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan serta memberi solusi bijak, hanya mampu mengeluarkan kecaman, negosiasi dan perintah gencatan senjata. Hal ini karena orang-orang yang duduk dalam kelembagaan PBB adalah mereka yang merupakan perpanjangan tangan Amerika dan Yahudi.

Militer Kaum Muslim

Militer Pakistan sendiri sebenarnya merupakan militer kaum muslimin yang paling kuat, baik dari sisi tentaranya maupun senjatanya. Dengan kekuatan yang dimiliki militer Pakistan sudah pasti sangat bisa melakukan pembelaan kepada Palestina yang terjajah, mengingat sepak terjang militer Pakistan di dunia. Namun sayang, Pakistan justru melakukan perang melawan India untuk perkara kecil. Sedang perkara besar layaknya Palestina terabaikan.

Sangat disayangkan bila mereka dengan potensi kekuatan yang dimilikinya, mengangkat senjata untuk kepentingan nasionalisme yang remeh temeh, tapi tidak untuk kepentingan Islam dan kaum muslimin. Bukankah lebih baik bila mereka mengangkat senjata mereka untuk menolong saudara mereka di Palestina.

Militer Pakistan berada di urutan ke sembilan dunia, sedang militer India berada di urutan empat. Maka, besar kemungkinannya Pakistan bisa dikalahkan India. Jika militer Pakistan digabung dengan militer negara muslim lain yang berada di peringkat 20 teratas, termasuk Indonesia yang berada di peringkat 13, maka jihad ke Palestina akan lebih baik.

Khatimah

Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 14, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.”

Ayat tersebut hendaknya menjadi landasan umat untuk bersatu berjuang melawan penjajah, termasuk juga konspirasi mereka dalam upayanya melemahkan kaum muslim. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk bersatu menegakkan daulah Islam yang menjadi junnah (perisai) bagi umat. Kemudian mengangkat pemimpin yang akan menyatukan seluruh kaum Muslimin di dunia, yang akan menjaga kehormatan dan kemuliaan Islam dan kaum muslimin di seluruh dunia. Pemimpin umat tersebut akan menyeru pada seluruh militer terbaik dari para tentara muslim untuk mengangkat senjata menumpas musuh-musuh Islam.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Arda Sya'roni
Arda Sya'roni Kontributor NarasiLiterasi.id
Previous
Remitansi dan Nasib sang Penjaga Generasi
Next
Pakistan vs India dan Jihad Membela Palestina
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Pandangan Islam atas Konflik Pakistan vs India […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram