
Fashion show adalah refleksi dari hedonisme, dan berkaitan erat dengan ideologi kapitalisme yang berasal dari Barat dan tengah diterapkan di negeri ini.
Oleh. Erdiya Indrarini
Kontributor NarasiLiteras
NarasiLiterasi.Id-Wonosobo kian ramai dan semarak. Berbagai acara bernafaskan budaya seolah mengantre menunggu jadwal. Fashion show yang sering dilombakan, pun dijadikan sebagai ajang kreativitas tanpa batas. Hal ini sebagaimana ajang KaTa Kreatif dan Wonosobo Night Fashion Carnival (WNFC) 2025, yang diadakan di kota yang juga terkenal dengan festival balon, Wonosobo. Ajang kreativitas ini dibagi menjadi 5 defile, yaitu Mystical Heritage yang dimenangkan dari Salatiga. Kategori Cultural Heritage didominasi tampilan yang impresif dari Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo.
Selain itu, ada kategori Artistry Heritage, dan Wahyu S dari Salatiga Costume berhasil memikat juri dengan desain yang memukau. Sedangkan pada kategori Artifact Heritage, disabet oleh RSUD Setjonegoro. Ancient Heritage menjadi penutup defile, dan didominasi oleh Bank Wonosobo di posisi pertama, serta Bank Jateng Wonosobo di posisi kedua. Bupati Afif Nurhidayat dalam sambutannya mengatakan bahwa ajang ini tidak sekadar pesta kostum, tetapi juga panggung adu gagasan dan kreativitas. Rangkaian acara selesai pada Minggu, 15 Juni 2025. (jawapos.com, 16-6-2025)
Kreativitas yang Bias
Berbagai permasalahan yang menimpa generasi saat ini, bukanlah suatu kebetulan. Acara-acara fashion show seperti Night Fashion Carnival, tentu sesuatu yang sengaja diaruskan. Atas nama kreativitas, melalui 4F (Fashion, Fun, Food, dan Film) generasi muslim dininabobokan. Generasi digiring untuk asyik, dan sibuk memikirkan kesenangan dunia. Generasi dibiasakan menikmati hingar-bingar perlombaan hingga lupa apa tugas manusia diciptakan, bahkan tidak ada waktu lagi untuk berjuang menggapai keselamatan dan kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.
Melalui kreativitas yang menyangkut 4F (Fashion, Fun, Food, dan Film) ini, sejatinya potensi generasi sedang dibelenggu, dibajak hingga tidak mampu beranjak. Dengan racun 4F ini pula, generasi dibentuk menjadi hedonis yang suka bersenang senang, dan materialistis yang memandang kebahagiaan adalah mendapat materi. Makin banyak materi yang didapat, maka makin makmur dan bahagia, katanya. Dampaknya, mereka menjadi berlomba-lomba mendapat materi seperti harta, kedudukan, maupun ketenaran. Mereka menjadi sekuler alias jauh dari agama, dan liberal atau suka pada kebebasan. Inilah racun 4F yang akan terus disuguhkan pada generasi saat ini.
Akibat dari semua itu bisa kita saksikan saat ini, yaitu terbentuk generasi yang berkarakter sekuler dan liberal. Mereka tidak peduli, bahkan tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang digiring menuju peradaban yang penuh kebodohan dan kemunduran. Mereka makin jauh dari hakikat agamanya, dan lebih sibuk memikirkan dunia dari pada akhiratnya. Banyak generasi yang mengaku Islam tetapi tidak paham syariat Islam, mengaku muslim tetapi memusuhi ajaran Islam. Mereka merasa telah berkreativitas, tetapi sebuah kreativitas yang bias. Di samping itu, juga banyak muncul kemaksiatan, kejahatan, penyimpangan seks, pergaulan bebas, L68T, dan lain-lain.
Baca juga: Remaja Lemah Produk Sekularisme
Tanggung Jawab Siapa?
Umat sebaiknya peka atas fenomena generasi saat ini, lebih-lebih pemerintah selaku penanggung jawab atas rakyatnya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, pemerintah harusnya mengevaluasi kembali segala aktivitas yang berkaitan dengan fashion, fun, food, termasuk juga pariwisata. Pemerintah mestinya tidak permisif, tidak mudah memberi izin, apalagi memfasilitasi dan mengapresiasi. Hal ini karena kebijakan pemerintah beserta akibatnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Kita patut renungkan, bukankan banyak kreativitas lain tanpa harus mencontoh budaya Barat? Bukanlah kewajiban pemerintah adalah membentuk masyarakat yang bertakwa dan berakhlak mulia agar selamat hidup di dunia dan akhiratnya?
Atas nama kreativitas, acara Wonosobo Night Fashion Carnival (WNFC) tentu sarat dengan kemaksiatan di dalamnya. Di antaranya adalah bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, aktivitas pacaran, bertabaruj, membuka aurat, pamer tubuh dengan berlenggak-lenggok di area publik. Bahkan, bukan tidak mungkin banyak di antara kontestan maupun pengunjung yang melalaikan kewajiban salat. Inilah karakter yang akan terbentuk jika acara-acara seperti itu terus diadakan. Padahal, Rasulullah saw. bersabda,
أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya…." (HR. Bukhari)
Refleksi Ideologi Kapitalisme
Ajang fashion show adalah refleksi dari hedonisme, dan berkaitan erat dengan ideologi kapitalisme yang berasal dari Barat dan tengah diterapkan di negeri ini. Semua memiliki orientasi yang sama, yaitu mendapatkan kesenangan dan materi sebanyak-banyaknya, serta kedudukan duniawi setinggi-tingginya. Inilah tolok ukur keberhasilan dan kesejahteraan bagi paham kapitalisme. Halal dan haram tentu tidak diperhatikan.
Wajar, anak-anak bersekolah tinggi hanya demi menjadi pegawai negeri, mengejar kedudukan bonafid demi prestise, dan mengejar gaji yang besar untuk bergaya hidup mewah. Mereka rela membuang waktu dan dana demi terlihat eksis dan menjadi juara di mata manusia. Orientasi hidupnya tak jauh dari sekitar materi atau cuan dan senang-senang. Akhirnya, mereka pun lupa tujuan hidup yang sebenarnya, dan tidak tahu untuk apa sejatinya manusia diciptakan.
Inilah tujuan ideologi kapitalisme yang sedarah dengan sekularisme, yaitu menjauhkan syariat Islam dari kaum muslim. Ideologi kapitalisme yang di adopsi dari kaum kafir Barat ini akan terus menggiring generasi muslim agar cinta dunia dan buta akhiratnya. Melalui kebijakan para pemangku jabatan, generasi disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berbau cuan maupun berbagai kesenangan.
Dengan kegiatan-kegiatan yang mengatasnamakan kreativitas seperti fashion show itu, Barat sukses membentuk generasi muslim bergaya hidup hedonis, sekuler, liberal, serta berasaskan materi dan kesenangan alias kapitalisme. Setelah generasi menjadi tersihir, lantas Barat dengan leluasa menguasai sumber daya alam yang ada, sumber daya manusianya, bahkan menguasai pemerintahan. Generasi muslim pun menjadi lupa bahwa asas hidup seorang muslim adalah Lailaha illallah Muhammadar Rasulullah. Di mana, ia diciptakan oleh-Nya, hidup semata-mata untuk mengabdi pada-Nya, dan berharap mati juga dengan kalimat itu. Inilah akibat diterapkannya ideologi kapitalisme di negeri ini.
Pandangan Islam
Sangat berbeda pandangan hidup kapitalisme yang berorientasi pada materi termasuk cuan, dan berbagai kesenangan. Pandangan hidup umat muslim tidak lain bahwa hidup untuk mengabdi pada Allah Swt. dan menggapai rida-Nya, yaitu dengan menjalankan seluruh syariat-Nya. Karena itu, seluruh aktivitas dan kreativitas harus disandarkan atau diselaraskan pada aturan-Nya. Hal ini karena manusia ada di dunia berasal dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt. Hidup di dunia juga semata-mata untuk mengabdi pada-Nya, yaitu dengan menjalankan seluruh syariat-Nya baik dalam urusan pribadi maupun urusan negara. Walaupun mengatasnamakan kreativitas, jika tidak sesuai dengan syariat Allah Swt., maka tidak perlu dilakukan. Hal ini karena setiap aktivitas, ada konsekuensinya di akhirat nanti.
Selain itu, kaum muslim juga harus paham hukum Islam, dan tahu skala prioritas. Ketika hukumnya wajib, maka harus dilaksanakan, dan yang sunah agar dilakukan sebanyak-banyaknya. Walaupun atas nama kreativitas, jika sifatnya mubah, maka harus dipikir seribu kali untuk melakukan, karena yang mubah sangat rentan tergelincir pada keharaman. Contohnya, membelanjakan barang-barang untuk mendukung fashion, hiburan, perhiasan, melakukan liburan, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Akan lebih baik jika dana-dana tersebut untuk mendukung kegiatan dakwah, membangun masjid, atau membantu kebutuhan umat supaya bisa dipertanggungjawabkan di akhirat.
Terpenuhinya Kebutuhan Dasar
Sehubungan dengan itu, dalam ekonomi Islam negara wajib memenuhi segala kebutuhan dasar per individu rakyatnya. Kebutuhan itu meliputi, sandang, pangan, perumahan, sedangkan kebutuhan pokok yang bersifat umum adalah seperti kesehatan, pendidikan, maupun keamanan. Melalui mekanisme yang khas, semua kebutuhan dasar individu maupun kebutuhan pokok yang bersifat publik itu harus bisa diakses dengan mudah bahkan gratis. Dengan demikian, rakyat tidak perlu mencari pendapatan melalui aneka kegiatan hiburan, atau bahkan dengan menjual keharaman.
Adapun dana untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat, diambil dari baitulmal atau semacam APBN yang bersumber dari beberapa pos penerimaan. Salah satunya diperoleh melalui pengelolaan sumber daya alam yang dikelola hanya untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Pelaksanaannya tentu dengan melibatkan tenaga dan kreativitas anak bangsa. Melalui langkah yang syar'i itu, maka tak akan ada lagi pengangguran karena semua lahan dan sumber daya alam harus digarap oleh putra bangsa, bukan diprivatisasi dengan dalih investasi.
Khatimah
Dengan demikian, ketika berbagai aktivitas rakyat disandarkan pada hukum-hukum Islam, maka kreativitas generasi menjadi terarah. Setiap kreativitas yang dilakukan akan menjadi kemaslahatan bagi dirinya maupun bagi umat. Maka, kaum muslim seyogyanya tidak asal berkreativitas.
Sebaiknya generasi bangsa memperbanyak kreativitas yang bisa mendukung tegaknya aturan dan hukum agama (Islam), juga kreativitas yang jauh dari keharaman. Dengan landasan hukum Islam itu, maka kreativitas generasi tidak mudah ditunggangi kampanye Barat melalui 4F. Maka seharusnya kita lebih selektif dan berhati-hati karena ajang fashion show yang sering diadakan, sejatinya adalah sekularisasi berjubah kreativitas. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
