
Israel ketakutan dan banyak yang melarikan diri keluar negeri karena serangan Iran ke Israel baru-baru ini.
Oleh. Verawati S.Pd
Kontributor NarasiLiterasi.Id
NarasiLiterasi.Id-Kebiadaban Israel makin menggila. Tak henti-hentinya melakukan genosida. Hingga saat ini dilaporkan korban di Gaza telah mencapai lebih dari 56.600 jiwa lebih. Dilansir media tempo.co (02-07-2024), Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa, 1 Juni 2025. Sedikitnya 56.647 warga Palestina meninggal dunia akibat perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, Bagaimana tidak banyak, warga sipil yang tengah lapar dan mengantre makan pun dibombardir. Sungguh jelas bahwa Israel melanggar perikemanusiaan.
Tidak hanya warga biasa, seorang Direktur Rumah Sakit Indonesia yang ada di Gaza juga dibunuh. Dilansir media bbc.com (03-07-2025) mengabarkan bahwa Marwan Al-Sultan, tewas dalam serangan udara Israel, Rabu (02-07). Beliau adalah Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang juga berprofesi sebagai dokter. Dalam serangan itu, istri dan beberapa anaknya juga tewas. Dokter tersebut dituduh ikut bergabung dengan salah satu kelompok jihad. Padahal dia hanya seorang dokter biasa yang ingin membantu masyarakat.
Namun, yang lebih mengiris hati bukan hanya suara dentuman bom atau jerit tangis anak yang kehilangan orang tuanya, tetapi diamnya para pemimpin dunia. Terkhusus pemimpin negeri-negeri muslim, baik yang menjadi tetangga dekat atau pun jauh semua bungkam. Padahal mereka seharusnya berteriak lantang tentang hak asasi manusia dan membebaskan Palestina
Mesir dan Yordania, misalnya. Adalah dua negara tetangga dekat dan seakidah, tetapi nyatanya secara formal menjalin hubungan damai dengan Israel. Melalui perjanjian Camp David tahun 1979 Mesir menghinakan dirinya menjadi pelayan Israel. Disusul Yordania pada tahun 1994 mengakui keberadaan negara Israel dan melakukan kerja sama. Begitu pula dengan Arab Saudi, meski tidak formal, di belakang umat sesungguhnya mereka telah bergandengan dengan mesra.
Umat Bergerak, Pemimpin Berkhianat
Global March to Gaza yang diselenggarakan pada Juni lalu adalah bukti bahwa rakyat tidak diam. Mereka utusan dari berbagai penjuru dunia dan dengan latar belakang yang berbeda. Meski bukan muslim tetapi mereka begitu bersemangat dan tergerak hatinya untuk menolong warga Gaza. Tujuannya adalah membuka pintu Rafah. Namun, aksi yang terbilang berani ini pun tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Justru banyak peserta aksi yang dideportasi oleh negara Mesir dan Libya.
Nampak bahwa para pemimpin dunia dan khususnya pemimpin muslim diam dan bahkan telah menjadi penolong Yahudi laknatullah. Penyebabnya adalah ketidakpahaman akar masalah Gaza dan juga adanya penyakit Wahn yang menjangkiti mereka. Dua sisi yang kontradiktif antara rakyat dan penguasa.
Bungkamnya pemimpin dunia khususnya pemimpin negeri muslim bukanlah hal yang aneh. Hal ini sudah dikabarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam hadis yang panjang disebutkan kondisi umat Islam begitu banyak tetapi sangat lemah ibarat buih di lautan. Semua ini karena umat Islam terjangkit oleh penyakit wahn. Yaitu cinta dunia dan benci kematian. Maka diamnya pemimpin negeri-negeri islami bisa dipastikan bahwa mereka terkena penyakit ini. Bahkan justru mereka bermesraan dengan Israel.
Kekuatan Umat Itu Ada, Tetapi Disia-siakan
Ada lebih dari 50 negara Islam di dunia. Beberapa memiliki kekuatan militer besar, teknologi canggih, bahkan pengaruh politik global. Tapi saat Gaza meminta perlindungan, semuanya menjadi tuli dan bisu. Kekuatan ini pun telah nyata ditunjukkan oleh Negara Iran. Serangan Iran ke Israel baru-baru ini membuat Israel ketakutan dan banyak yang melarikan diri keluar negeri.
Jika Iran saja mampu membuat mereka kocar kacir. Apalagi jika seluruh kekuatan umat Islam (militer) disatukan. Mungkin jangankan militernya, air kencingnya pun mampu membanjiri Israel. Kuncinya adalah adanya persatuan umat Islam di bawah komando khilafah. Sebab tanpa itu kekuatan militer itu tidak memiliki makna yang cukup berarti.
Ini Bukan Sekadar Perang Gaza tetapi Ujian Marwah Umat
Jika hari ini Gaza roboh tanpa pembelaan nyata, bisa jadi besok giliran kita. Penjajahan tak akan berhenti di Palestina. Mereka adalah manusia-manusia kera yang rakus. Sebab dalam kamus politik tidak ada kawan yang kekal, yang ada adalah kepentingan. Hanya soal waktu, kafir harbi fi'lan itu pun bisa meng-Gazakan negeri-negeri lainnya.
Diamnya penguasa hari ini akan tercatat dalam sejarah sebagai pengkhianatan terhadap darah para syuhada. Inilah ujian untuk kaum muslimin di dunia. Sebab tugas mereka yang di Gaza sudah maksimal. Selebihnya adalah tugas kaum muslimin di seluruh dunia.
Saatnya memilih bergerak atau diam? Wahai para penguasa negeri Islam, sejarah sedang menunggu jawaban kalian. Apakah kalian akan terus berdiri di barisan penonton yang memalukan, atau mulai bergerak membela kehormatan umat?
Umat siap bergerak, ulama sudah bersuara, dunia telah membuka mata. Maka jangan biarkan diam kalian menjadi aib di hadapan Allah dan generasi setelah kita. Gaza butuh pasukan, bukan hanya pernyataan.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
