
Ketika umat diam akan kewajiban mengusir entitas Yahudi yang tengah menindas dan melakukan genosida terhadap saudaranya di Gaza, artinya ia telah melakukan pembiaran, bahkan bisa dikategorikan mendukung kejahatan itu terus terjadi.
Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)
NarasiLiterasi.Id-Genosida kelaparan adalah kekejian paling biadab yang bisa dilakukan manusia dari entitas Yahudi dan sekutunya. Sebelumnya, berbagai solusi telah ditempuh dan diserukan untuk menolong Gaza, tetapi semuanya mentah.
Hingga saat ini Gaza tengah berada di titik nadir, mereka menggelepar dalam kelaparan masal yang parah. Hal ini karena bantuan yang datang pun diblokade. Lantas, di manakah iman penduduk muslim yang berjumlah 2 miliar di seluruh dunia?
Bukankah diamnya umat Islam akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. kelak?
Sebagaimana diwartakan republika.id (8-8-2025) bahwa krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza terus memburuk. Hal ini karena blokade, yang mengakibatkan kekurangan pasokan makanan dan medis.
Kelaparan luar biasa ini disebabkan karena serangan genosida yang dilancarkan entitas Yahudi sejak 7 Oktober 2023. Lebih dari itu, sejak awal Maret 2025, otoritas pendudukan menutup semua penyeberangan dengan Jalur Gaza.
Mereka juga menghalangi pasokan bantuan makanan dan medis. Perlakuan Yahudi inilah yang menyebabkan kelaparan di seluruh wilayah Gaza hingga menyebar dengan signifikan.
Entitas Zionis Yahudi yang menjadi kekuatan pendudukan telah melakukan genosida di Jalur Gaza, seperti pembunuhan dengan sengaja, penghancuran, kelaparan, juga pemindahan paksa.
Sejatinya, hal itu telah diperintahkan untuk dihentikan oleh Mahkamah Internasional, tetapi penyerangan terus mereka lakukan. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengungkapkan bahwasanya kelaparan yang diderita anak-anak Gaza Palestina, meningkat dua kali lipat.
Genosida ini setidaknya telah mengakibatkan lebih dari 209.000 meninggal dan luka-luka, 11.000 orang hilang, dan ratusan ribu orang mengungsi dalam kelaparan.
Awal Genosida Gaza
Gaza adalah kota yang paling besar di negara Palestina. Terletak di pantai timur Laut Tengah. Pendudukan entitas Yahudi ke Palestina, sejatinya sudah dimulai sejak akhir abad 19. Pada saat itu, keberadaan entitas Yahudi tidak memiliki negara dan mereka tersebar di berbagai negara di Eropa.
Dengan dukungan Inggris, mereka kemudian berusaha mendirikan tanah air bagi entitas mereka di negeri Palestina yang saat itu berada di bawah naungan Ottoman.
Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan deklarasi Balfour yang bermaksud untuk mendukung gagasan tanah air bagi entitas Yahudi di Palestina. Hal ini menjadi awal orang-orang Yahudi masuk secara besar-besaran ke Palestina, dengan penuh keberanian.
Tahun 1948, mereka memaksa untuk membentuk negara baru di Palestina dengan nama Israel. Sejak saat itu, kekejian demi kekejian Yahudi terhadap seluruh warga Palestina makin menjadi-jadi. Kebiadaban mereka dipertontonkan hingga saat ini.
Entitas Yahudi tidak hanya mengepung, mengisolasi, melakukan pengeboman, pembantaian, tetapi juga berbagai kebiadaban lainnya. Kini, mereka bahkan menggunakan kelaparan masal sebagai alat perang mereka.
Inilah yang dinamakan genocide by starvation, yaitu genosida dengan sengaja menciptakan kelaparan masal untuk membunuh secara perlahan.
Bukti Genosida
Umat menyaksikan bahwa entitas Yahudi memblokade total akses perbatasan. Berbagai bantuan dari seluruh penjuru negeri tidak diizinkan masuk kecuali tak lebih dari 5% dari kebutuhan harian.
Inilah awal dari malnutrisi dan kelaparan yang dialami warga Gaza, Palestina. Selain itu, gencatan senjata yang dianggap memberi angin segar sementara, dan jeda dari serangan entitas Yahudi, ternyata hanya tipu daya.
Di saat gencatan senjata, Zion1s Yahudi malah menyerang warga Tepi Barat dengan penghancuran dan pengusiran. Netanyahu bahkan menyatakan bahwa entitas Zion1s Yahudi akan terus memerangi hingga Ham4s dihancurkan. Ia juga menegaskan bahwa gencatan senjata sifatnya sementara dan Yahudi berhak melanjutkan serangan di Gaza.
Tak hanya itu, dikutip dari cnbcindonesia.com, Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang merupakan pusat distribusi bantuan kemanusiaan Gaza buatan AS, telah menyelundupkan dan mencampur narkoba ke dalam tepung bahan makanan yang disalurkan.
Mereka menyalurkan bantuan di tempat yang menyusahkan perjalanan. Ternyata, tempat pengambilan bantuan yang menyusahkan itu justru dijadikan sebagai ladang pembantaian.
Kepala rumah sakit lapangan, Marwan Al Hams menyatakan bahwa pihaknya kewalahan dengan banyaknya korban luka tembak di bagian atas para korban, yang terjadi di dekat pusat bantuan yang dioperasikan GHF. Kebiadaban ini sebagaimana yang juga diberitakan antaranews.com (5-6-2025).
Selain itu, serangan Yahudi laknatullah juga sengaja menyasar rumah sakit, gudang, pabrik, toko-toko makanan, pasar, lahan pertanian, dapur umum, juga tempat-tempat hasil laut.
Mereka tidak hanya membidik anak-anak dan perempuan, tetapi juga para tenaga medis, para jurnalis, bahkan aktivis kemanusiaan. Mereka terus berguguran dalam kelaparan dan pembantaian. Inilah bagian dari bukti-bukti genosida Gaza, Palestina.
Baca: Ketakutan Kafir Barat Akan Kebangkitan Islam
Iman Kita
Penyerangan kepada warga Gaza Palestina sudah berlangsung lama, berbagai solusi telah ditawarkan, bantuan materi juga terus disalurkan. Namun, semuanya tidak berbekas, Gaza, Palestina masih dalam penderitaan, bahkan kini mereka berada dalam kesengsaraan yang amat parah.
Mereka berguguran secara perlahan dalam kelaparan. Jika di antara kita merasa telah banyak membantu dalam materi, mengkhusyukkan dalam doa untuk mereka, sesungguhnya itu hanya respons naluri kemanusiaan saja.
Lantas, di manakah iman kita yang telah diwajibkan untuk saling mengasihi dan mencegah kemungkaran? Padahal dalam sebuah riwayat Rasulullah saw. telah bersabda, bahwa perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah ibarat satu tubuh.
Jika ada salah satu anggota tubuh ada yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (ikut merasakan sakit). Demikian juga mestinya hubungan antara umat Islam dengan saudaranya yang di Gaza Palestina.
Hingga saat ini, entitas Yahudi terus membantai mereka, tetapi negeri-negeri muslim seolah tuli dan bisu. Tidakkah umat Islam mendengar seruan saudaranya di Gaza yang meminta pertolongan?
Inilah sejatinya keimanan umat Islam dipertanyakan. Diamnya umat Islam telah membuat saudara-saudara di Gaza lantang berseru, "Kalian semua akan menjadi musuh-musuh kami di hadapan Allah Azza Wajalla".
Seruan itu mestinya menjadi perhatian yang tidak main-main bagi setiap muslim. Bagaimana jika kelak mereka mengadukan diamnya kita pada Allah Azza Wajalla? Rasulullah saw. bersabda,
إنَّ النَّاسَ إذا رأَوُا الظَّالمَ فلم يأخُذوا على يدَيْه أوشك أن يعُمَّهم اللهُ بعقابٍ
"Sesungguhnya apabila manusia melihat seseorang melakukan kezaliman, lalu mereka tidak mencegah orang itu, maka Allah akan meratakan azab kepada mereka semua." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Perlu umat Islam ketahui, bahwasanya untuk menunaikan kewajiban menolong saudara di Gaza yang sedang menjadi pesakitan, sesungguhnya tidak pernah ada jalan buntu.
Salah satunya dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah (190), Allah telah memberi petunjuk bahwa jika orang-orang memerangi kamu, maka solusinya adalah melawan dengan perang. Tentara harus dilawan dengan tentara, dan negara harus berhadapan dengan negara, bukan hanya dengan bantuan dana dan bahan makanan, membuka blokade, apalagi dengan solusi dua negara.
Jika umat Islam mengikuti petunjuk Allah Swt., niscaya penderitaan umat muslim di Gaza, Palestina akan mendapatkan jalan keluar yang sebenarnya.
Solusi Genosida Gaza, Palestina
Umat Islam wajib mengambil solusi setiap permasalahan hidup dengan berlandaskan syariat, terlebih dalam penyelesaian genosida Gaza.
Pertama, mengirim tentara untuk jihad fisabilillah.
Bahwasanya Zion1s Yahudi melakukan pendudukan, melancarkan perang dan genosida dengan tindakan militer menggunakan senjata dan teknologi yang dipasok oleh negara-negara Barat.
Oleh karena itu, tidak sepatutnya umat Islam menganggap sebagai serangan kelompok milisi semata. Kebiadaban entitas Yahudi wajib dihadapi dengan mengirimkan tentara untuk jihad fisabilillah. Inilah perintah syariat yang haram untuk dihindari.
Sesungguhnya jumlah tentara-tentara muslim lebih dari cukup, perangkat alutsista pun tersedia, hanya saja para pemimpin negeri muslim terutama yang di sekitar Gaza seolah tuli dan buta, sehingga tidak ada seruan untuk berjihad mengusir Yahudi sang perampok di negeri Palestina.
Umat Islam telah dibelenggu oleh sekat-sekat nasionalisme, tunduk patuh pada aturan, sistem pemerintahan, dan standar-standar dari Barat. Muslimin tidak lagi takut pada dosa besar yang akan menimpa karena masih menunda kewajiban jihad fi sabilillah untuk menolong saudaranya di Gaza, Palestina.
Kedua, tidak diam.
Sebagai individu, syariat mewajibkan seorang muslim untuk tidak diam, karena diam dalam masalah ini adalah kejahatan dan kemaksiatan.
Ketika umat diam akan kewajiban mengusir entitas Yahudi yang tengah menindas dan melakukan genosida terhadap saudaranya di Gaza, artinya ia telah melakukan pembiaran, bahkan bisa dikategorikan mendukung kejahatan itu terus terjadi.
Untuk itu, seorang muslim seyogianya tidak berhenti dalam menyuarakan solusi yang hakiki sesuai syariat. Selain itu, terus suarakan bahwa jangan teperdaya dan tergiur dengan tawaran-tawaran solusi yang bukan dari syariat, apalagi tawaran dari mereka yang mendukung pendudukan Zionis Yahudi di Gaza, Palestina.
Ketiga, mengikhtiarkan pemimpin yang menyambut seruan jihad fisabilillah.
Berhubung solusi penyelesaian genosida Gaza adalah dengan mengusir pendudukan Zion1s Yahudi di Palestina, sementara belum ada pemimpin yang mengomando seruan jihad, maka menjadi kewajiban setiap individu muslim untuk mengikhtiarkan.
Untuk itu, bagi setiap pemilik suara, pemilik jemaah, para mubalig, aktivis, intelektual, pemilik mimbar atau panggung-panggung opini, pemilik channel, media sosial, dan lain-lain, maka wajib menyuarakan untuk menunaikan fardunya menolong saudaranya di Gaza, Palestina.
Yakni dengan mengusir Zion1s Yahudi dari tanah Palestina. Hal ini untuk membangun kesadaran setiap muslim agar memiliki kekuatan politik berdasarkan yang telah di syariatkan Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Khatimah
Genosida kelaparan Gaza yang dilakukan tentara Zion1s Yahudi dan pendukungnya, menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk membantu saudaranya mengusir para Zion1s tersebut dengan mengirim tentara untuk jihad fisabilillah.
Karena belum ada pemimpin yang mengomando atas seruan jihad, maka wajib bagi setiap muslim untuk berikhtiar semaksimal kemampuan. Caranya adalah dengan lantang menyuarakan pentingnya pemimpin yang akan mengayomi umat Islam di seluruh dunia, inilah seruan yang hakiki.
Menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk memiliki kesadaran politik Islam, bukan politik yang lain. Hal ini agar umat Islam tidak mudah dikuasai, baik secara pikiran, maupun secara fisik.
Sungguh, ikhtiar yang dilakukan untuk membantu saudaranya di Gaza Palestina, menunjukkan derajat keimanan seorang muslim di hadapan Allah Swt. Hal ini bukan masalah berhasil atau gagal, aman atau terancam, tetapi sebuah kewajiban yang harus ditunaikan.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com


















