
Dengan memberikan pelayanan kesehatan jasmani dan mental yang memadai, diharapkan para ibu bisa melaksanakan perannya dengan baik sehingga filisida maternal bisa dihindari.
Oleh. R. Raraswati
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)
NarasiLiterasi.Id--Filisida maternal kembali terjadi di bulan ini. Kompas.com, 10 Oktober 2025 mengabarkan seorang ibu warga Desa Parigi, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan yang gantung diri bersama balitanya. Kepala Kepolisian Resor HSS, AKBP Yakin Rusdi, menyampaikan korban berinisial M (35) bersama balitanya MR (1,8) diduga mengalami depresi sehingga bertekad membunuh balitanya, kemudian membunuh dirinya sendiri.
Pada bulan sebelumnya ditemukan kasus seorang ibu berinisial EN (34) meninggal karena gantung diri setelah meracuni anak kandungnya berusia 9 tahun dan 11 bulan sampai meninggal di sebuah rumah kontrakan di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5-9-2025). (Republika online, 8-9-2025)
Tentu hal ini menjadi alarm bagi pemerintah karena sejatinya wanita adalah tiang negara. Wanita memiliki peran penting dalam keberlangsungan suatu negara. Jika filisida maternal (ibu membunuh anak kandung) sering terjadi, maka itu adalah indikator rusaknya sistem negara tersebut.
Filisida Maternal
Menurut Wikipedia, kata filisida sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yaitu filius dan filia yang artinya putra dan putri serta sufiks-sida yang berarti membunuh. Sedangkan kata maternal bisa diartikan ibu. Maka, filisida maternal bisa diartikan pembunuhan anak oleh seorang ibu. Secara akal sehat, sepertinya tidak mungkin seorang ibu membunuh anak kandungnya sendiri. Namun, ternyata hal ini telah terjadi sejak lama.
Rantai Penyebab Filisida Maternal
Kasus-kasus filisida di atas bukan sekadar permasalahan personal. Ada faktor pemicu yang saling berkaitan.
Pertama, faktor ekonomi. Di Indonesia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan LIPI (2024) menunjukkan adanya korelasi data yang signifikan antara kemiskinan, PHK massal, dan peningkatan jumlah gangguan kesehatan mental pada ibu pasca-persalinan. Hal tersebut ternyata juga berkaitan dengan pinjaman online (pinjol), kekerasan dalam rumah tangga, dan tindak kekerasan terhadap anak. Kemiskinan, PHK, dan utang menjadi pemicu stres bahkan depresi pada ibu. Akhirnya, tidak sedikit ibu yang bunuh diri.
Kedua, faktor sosial. Angka perceraian yang tinggi, lemahnya peran keluarga besar, dukungan sosial yang rendah menjadi faktor yang membuat ibu stres kronis hingga mengalami gangguan mental. Dalam masyarakat sekuler, masyarakat berkarakter individualis sehingga hubungan sosial terlihat kering. Prinsip “hidup urus masing-masing” menjadi slogan tak tertulis, sehingga masalah seorang ibu dianggap bukan urusan orang lain. Akibatnya, seseorang yang kelelahan, mengalami tekanan ekonomi, atau masalah rumah tangga, merasa sendiri, terisolasi, dan seakan tidak punya solusi.
Seringkali lingkungan menambah tekanan dengan menghakimi, bukan mendampingi. Dampaknya, ibu yang bermasalah memilih menyembunyikan beban sampai menumpuk hingga menjadi ledakan emosi.
Ketiga, faktor psikologis. Banyak kasus filisida maternal berawal dari kondisi kejiwaan ibu yang rapuh. Sejatinya ibu memiliki dorongan alami dalam melindungi anak. Maka, ibu yang justru menyakiti atau membunuh anaknya sendiri, menandakan ada gangguan psikologi yang dialami.
Baca juga: Filisida Maternal dalam Genggaman Kapitalisme
Peran Ibu dalam Sistem Kapitalisme-Sekuler
Sistem sekularisme menepis nilai spiritual peran keibuan. Sedangkan kapitalisme menjadikan perempuan khususnya ibu menjalani standar ganda yaitu produktif secara ekonomi dan sempurna secara domestik. Sistem ini tidak bisa menjalankan fungsi negara sebagai pengurus rakyat.
Dalam sistem kapitalisme, wanita dianggap sebagai objek konsumsi sekaligus sumber produktivitas ekonomi. Peran ibu direduksi sebagai beban finansial, bukan kehormatan spiritual. Sistem kapitalisme membangun narasi bahwa seorang ibu akan menjadi ideal jika sukses secara ekonomi sekaligus domestik. Sungguh, sebuah standar yang justru menyebabkan stres dan krisis identitas. Mirisnya, negara justru abai dalam hal ini. Negara tidak memberikan jaminan sosial dan layanan kesehatan mental yang memadai.
Islam Menjaga Ibu dan Anak
Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang menetapkan kewajiban bagi negara untuk melindungi dan menjamin kehidupan seluruh warganya, termasuk memberikan pelayanan kesehatan. Tidak hanya kesehatan fisik, negara juga akan memperhatikan kesehatan mental rakyatnya, terutama pada ibu pasca melahirkan. Pemerintah dalam Islam sangat menjaga kesehatan ibu, karena baik buruknya negara sesuai keadaan wanitanya (ibu).
Sementara itu, anak dalam pandangan Islam adalah amanah dan karunia Allah. Anak bukan sekadar tanggungan hidup, sehingga Islam mengikis pandangan materialistis yang sering menjadi penyebab gangguan mental ibu. Maka, Islam melarang ibu membunuh buah hatinya, karena sesungguhnya setiap anak telah Allah jamin rezekinya.
Hal ini telah Allah sampaikan dalam firman-Nya, artinya:
“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena kefakiran. Kami yang memberi rezeki kepada kamu dan mereka.” (QS. At-Takwir [81]: 8-9)
Dari ayat di atas, menunjukkan peran ibu dan keberadaan anak sangat dijaga oleh pemerintah, karena kewarasan seorang ibu menjadi cermin atau indikator baik-buruknya negara. Dengan memberikan pelayanan kesehatan jasmani dan mental yang memadai, diharapkan para ibu bisa melaksanakan perannya dengan baik sehingga filisida maternal bisa dihindari. Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Alhamdulillah, jazakumullah Khoiron sudah diberi kesempatan mengisi ruang Nali. Semoga bermanfaat, tidak ada lagi filisida maternal