Derita Palestina, Tanggung Jawab Siapa?

Derita Palestina hanya akan berakhir dengan jalan jihad fii sabilillah yang dikomando seorang pemimpin yang dapat mempersatukan umat dan menggalang kekuatan militer untuk melawan serta mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina.

Oleh. Riani Andriyantih, A. Md.
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Derita Palestina tak kunjung usai. Setelah disepakati gencatan senjata pada tanggal 19 Januari 2025 lalu. Israel lagi dan lagi berkhianat melanggar kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan genosidanya terhadap Palestina pada bulan Ramadan tepatnya pada tanggal 18 Maret 2025 dini hari.

Ini bukan kali pertama pengkhianatan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata. Namun, sudah berulang kali dilakukan sehingga watak penghianat patut disematkan kepada Zionis Israel.

Derita Palestina

Hari ini, Palestina terus memanas, roket-roket menerbangkan bomnya sehingga berakibat hilangnya ribuan nyawa. Setiap saat dentuman bom mengiringi jiwa-jiwa bersih bergelar syuhada. Air mata bahkan darah yang tertumpah sudah tak terhitung jumlahnya.Tercatat lebih dari 50.000 nyawa menjadi korban kebiadaban Israel. Duka Palestina seharusnya menjadi duka kita kaum muslim seluruh dunia. Masihkah kita abai terhadap penderitaan saudara kita di Palestina? Di mana posisi kita hari ini?

Duka Palestina tak seharusnya hanya menjadi duka mereka. Kebiadaban yang dilakukan Zionis laknatullah di luar logika kemanusiaan. Hari ini, mungkin kita masih dapat merasakan nyenyaknya tidur di kasur empuk rumah kita. Lezatnya aneka hidangan raya yang dapat kita nikmati bersama sanak keluarga. Lantas, bagaimana dengan saudara kita di Palestina?

Setiap detik kaum muslim di Palestina diliputi ketakutan. Tidur di kamp-kamp pengungsian bahkan tak sedikit yang langsung beratapkan langit dan beralaskan bumi akibat hilangnya tempat tinggal mereka. Tak jarang mereka menahan lapar karena ketiadaan makanan. Bantuan yang dikirim tertahan di pintu-pintu perbatasan.

Kehangatan berkumpul dengan keluarga tidak lagi dapat mereka rasakan. Ada anak kehilangan orang tuanya, orang tua kehilangan anaknya. Tak sedikit para kerabat hilang tanpa kabar dan ternyata sudah syahid menemui Rabb-nya.

Wahai, jiwa-jiwa yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Tidakkah kita malu akan diamnya kita terhadap penderitaan saudara kita di Palestina? Tidakkah kita marah atas kekejian yang dilakukan oleh Zionis laknatullah penghisap darah?

Masih asyikkah kita menonton derita panjang saudara-saudara kita di Palestina? Hujjah apa yang bisa kita sampaikan di hadapan Rabb kita kelak tentang nasib saudara kita di Palestina.

Miris, untuk sekadar kita bertahan memboikot produk-produk yang terafiliasi saja kita abai. Untuk sekadar berisik di akun media sosial yang kita miliki saja kita enggan. Bagaimana dunia akan tahu kekejian yang dilakukan oleh Zionis kepada saudara kita. Jika kita hanya berdiam diri, enggan berkontribusi maksimal sesuai kemampuan yang kita miliki.

Cengkeraman Barat

Penjajahan Palestina sesungguhnya membuktikan bahwa kondisi hari ini seluruh negeri-negeri muslim berada dalam cengkraman Barat. Sungguh kitalah yang sedang terjajah secara pemikiran sehingga memandang masalah Palestina hanya sekadar peperangan dua negara. Padahal kita ketahui keberadaan Israel di tanah Palestina awalnya hanyalah tamu. Namun, tamu tersebut dengan tidak tahu malu, tidak beradab, tidak tahu diri dan tidak manusiawi berniat mengusir sang pemilik rumah.

Di sisi lain, kaum muslim di Palestina bertahan memperjuangkan tanahnya atas dasar keimanan. Mereka menjaga apa yang selayaknya menjadi milik mereka sekaligus menjaga kemuliaan tanah Palestina. Tanah Palestina merupakan tanah kharajiyah yang merupakan tanah milik kaum muslim yang diperoleh melalui penaklukan dan jihad pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a. Ini berarti warga Palestina hari ini, mewakilkan diri mereka untuk menjaga tanah milik kaum muslim tersebut.

Kita saksikan bersama bagaimana berbagai upaya yang dilakukan untuk menghentikan kekejian Zionis Israel belum sampai menyentuh akar permasalahan. Upaya yang dilakukan masih sebatas mengecam, mengutuk, aksi demontrasi, pengiriman bantuan logistik hingga boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Zionis. Berbagai upaya yang dilakukan secara individu dinilai masih kurang maksimal dan tidak efektif maka harus ada upaya yang lebih serius untuk membantu dan menolong saudara kita sekaligus mengakhiri derita Palestina saat ini.

Muncul Fatwa Jihad

Pada akhirnya muncul reaksi baru dari para ulama Internasional yang mengeluarkan fatwa seruan jihad terhadap Israel. Dikeluarkan oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS) yang didukung lebih dari selusin ulama yang memiliki reputasi tinggi. Isi fatwa tersebut menyerukan kepada kaum muslim untuk mengintervensi militer, ekonomi, dan politik guna menghentikan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. (merdeka.com, 5-4-2025).

Ulama Internasional akhirnya menyerukan jihad untuk merespon situasi Gaza yang makin memanas dan gagalnya semua ikhtiar umat menolong kaum muslim. Bagaimana kita ketahui Gaza, Palestina dibombardir dan dihujani bom bertubi-tubi tanpa rasa kemanusiaan sedikit pun.

Maka yang dibutuhkan adalah aksi nyata para pemimpin negeri-negeri muslim yang dengan kekuasaannya dapat mengerahkan angkatan militernya secara langsung untuk dikirim dan membantu rakyat Palestina secara nyata. Namun, kita saksikan seruan jihad fatwa ini tidak akan efektif jika hanya berupa fatwa, apalagi fatwa tidak memiliki kekuatan mengikat. Padahal kekuatan militer (pasukan dan senjatanya) ada di tangan para penguasa yang selama ini hanya menyeru, tetapi tidak mengirimkan pasukan.

Kini, kami semua menunggu realisasi langkah nyata dari fatwa tersebut. Sebab, hingga hari ini setelah fatwa itu dikeluarkan belum tampak adanya pergerakan nyata dari negeri-negeri Arab dan negeri muslim lainnya untuk mengeksekusi seruan jihad yang di serukan sebagai upaya tindak lanjut fatwa yang dikeluarkan.

Baca juga: Mengakhiri Nestapa Palestina

Dibutuhkan Jihad Fii Sabilillah

Jika sekadar fatwa akankah terwujud menjadi langkah nyata? Pertanyaannya kini, lalu siapa yang akan mengkoordinasikan pergerakan tersebut? Apakah dimulai dari rakyat sipil atau kekuatan militer negeri-negeri Muslim?

Para pemimpin negeri-negeri muslim sudah selayaknya bersatu menggalang kekuatan militernya dengan persenjataan yang dimiliki dan kompak satu komando melawan kebiadaban yang dilakukan oleh Zionis Israel laknatullah dengan kekuatan yang setara, yaitu melawan dengan kekuatan militer dengan persenjataan. Terlebih sebenarnya jihad defensif selama ini sudah dilakukan oleh kaum muslim di Palestina di bawah komando sebuah kelompok bersenjata. Langkah ini sebagai bentuk keseriusan keberpihakan kepada warga Gaza, Palestina. Sebab, mereka tidak lagi mentoleransi kebiadaban Zionis yang haus darah secara membabi buta. Tidak perlu mengandalkan lembaga PBB, OKI, dan lembaga-lembaga perdamaian dunia lainnya yang sedari awal tidak menunjukan keadilan dan keberpihakan kepada Palestina.

Maka upaya yang dilakukan demi membebaskan Palestina tidak lain hanyalah dengan jalan jihad fii sabilillah yang sejatinya membutuhkan komando seorang pemimpin di seluruh dunia. Seorang pemimpin yang dapat mempersatukan umat dan menggalang kekuatan untuk melawan serta mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina.

Umat membutuhkan Khilafah

Dengan demikian menghadirkan kepemimpinan seperti ini seharusnya menjadi agenda utama umat Islam, khususnya gerakan-gerakan dakwah yang fokus ingin menolong kaum muslim di Gaza Palestina dengan cara membongkar makar dan propaganda Barat untuk melemahkan dan memecah belah umat.

Umat Islam seluruh dunia harus menyadari bahwa lemahnya kita hari ini karena tidak adanya persatuan umat. Umat terpecah belah terhalang sekat nasionalisme. Sehingga kehadiran seorang pemimpin pemersatu sangatlah dibutuhkan. Dialah seorang khalifah dengan kepemimpinan yang disebut sebagai Khilafah. Khalifah yang hanya dapat berdiri atas dukungan mayoritas umat sebagai buah dari proses penyadaran ideologis yang dilakukan oleh gerakan Islam yang tulus dan lurus berjuang semata demi Islam. Sebab, umat adalah pemilik hakiki kekuasaan. Merekalah yang akan mampu memaksa penguasa yang ada untuk melakukan apa yang mereka inginkan berdasarkan syariat.

Urusan penegakkan Khilafah sejatinya menyangkut hidup dan matinya umat, tidak hanya untuk masalah Palestina. Maka menjadi kewajiban kita semua untuk terlibat dalam memperjuangkannya. Seruan jihad kepada tentara muslim terus dikumandangkan seiring juga seruan untuk menegakkan Khilafah.

Khatimah

Tiada kemuliaan tanpa Islam. Tak sempurna Islam tanpa syariat. Tak akan tegak syariat tanpa daulah. Daulah Khilafah Rasyidah (yang mengikuti metode kenabian). Semoga upaya kita dalam membela saudara kita di Palestina dapat menjadi saksi di hadapan Allah Azza wa Jalla. Wallahualam bissawab. []

Sekadar Janji Manis Pemimpin

Pemimpin terpilih secara otomatis memenuhi kebutuhan masyarakat walau tidak ada janji di awal. Ketika rakyat membutuhkan, negara langsung turun tangan.

Oleh. Rastias
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NatasiLiterasi.Id-Pergantian pemimpin sering kali membawa beribu harapan, tetapi tidak jarang pula dipenuhi berbagai ketidakpastian. Janji-janji manis di awal kampanye kerap berakhir pahit bagi rakyat. Seluruh aspek kehidupan tidak luput dari persoalan.

Sebagaimana dilansir WartaBromo.com, pemerintah desa berjanji akan memperbaiki jembatan bambu di Dusun Sembon Utara, Desa Kedungbanteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan. Adanya wacana perbaikan jembatan tentu sangat menggembirakan bagi masyarakat. Apalagi jembatan bambu ini merupakan satu-satunya penghubung antara Dusun Sembon Utara dengan Dusun Sembon Tengah. Namun, ketika kita melihat pemimpin yang sebelumnya banyak yang lupa dengan janjinya. Lalu, apakah semua itu akan terwujud?

Janji Pemimpin yang Dinanti

Ketika menapaki tahun baru dengan pemimpin baru, harapan perubahan ke arah yang lebih baik terlukis dalam benak masyarakat. Janji-janji paslon pemimpin bagai angin segar di pagi hari. Akan tetapi, selama ini pemimpin yang telah terpilih justru dalam membuat kebijakan yang menyimpang dari janji-janjinya. Contohnya, setelah bertahun-tahun menanti janji memperbaiki jembatan yang sudah lapuk dari pemerintah desa faktanya tidak terealisasi.

Akhirnya warga Dusun Sembon Utara, Desa Kedungbanteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan mengambil keputusan untuk membangun jembatan sendiri yang dananya hasil iuran dari masyarakat. Setiap warga diminta iuran sesuai dengan kemampuan masing-masing, mulai dari Rp300 ribu hingga Rp1,5 juta per orang. Saat ini sudah terkumpul uang sekitar Rp17 juta. Dengan demikian, untuk menekan biaya, warga bergotong-royong dalam membangun jembatan. (WartaBromo.com, 5-4-2025)

Walaupun dana yang terkumpul masih jauh dari kata ideal, semangat warga tetap membara. Warga sudah tidak sabar memiliki jembatan yang lebih aman untuk dilewati. Keputusan besar ini diambil masyarakat karena kekecewaan yang mendalam terhadap pemerintah desa yang selalu ingkar dengan janjinya.

Sungguh miris, di tengah maraknya pembangunan jalan tol justru banyak jembatan dan jalanan rusak. Pemerintah alih-alih menyelesaikan persoalan jembatan dan jalan rusak, justru memperbanyak membangun jalan tol yang tidak semua orang bisa mengaksesnya. Padahal, jembatan dan jalan rusak tidak segera diperbaiki akan berdampak pada banyak hal.

Pertama, jembatan ini sebagai penghubung antarwilayah, tentu saja akan menghambat pengembangan dan pembangunan ekonomi. Contohnya, distribusi antarwilayah akan membutuhkan waktu yang lama sehingga berisiko terjadi kerusakan barang dan biaya transportasi makin mahal.

Kedua, aktivitas ekonomi masyarakat terganggu, seperti bekerja, belanja, berdagang, dan sebagainya.

Ketiga, risiko kecelakaan makin besar.

Keempat, pemenuhan kebutuhan rakyat terhambat, seperti pendidikan dan layanan kesehatan.

Butuh Perubahan Sistem

Banyaknya jembatan dan jalan rusak merupakan bukti kelalaian pemerintah dalam mengurus urusan rakyatnya. Janji akan terus menjadi janji yang tidak akan terealisasi selama negeri ini masih bercokol dengan sistem kapitalisme sekuler. Mengapa tidak, karena sistem kufur inilah yang menjadi akar persoalan di seluruh aspek kehidupan.

Kapitalisme telah melahirkan pemimpin yang perhitungan. Pemerintah akan mengurusi urusan rakyatnya selama itu mendapat keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, tidak heran jika pemerintah lebih mementingkan banyak membangun jalan tol karena dari sini pemerintah mendapat keuntungan dari para korporat.

Sementara itu, jika masyarakat membutuhkan dana untuk memperbaiki jembatan dan jalan rusak alasannya tidak ada. Sebenarnya, bukan karena tidak ada, tetapi tidak diutamakan. Lebih mengutamakan keperluan korporat atau pemilik modal yang tentunya lebih menguntungkan mereka. Ini sungguh berbeda ketika hidup dengan sistem Islam di bawah kepemimpinan Islam.

Baca juga: Korban Efisiensi ala Kapitalisme

Pemimpin dalam Islam

Dalam Islam akan melahirkan pemimpin yang benar-benar memperhatikan dengan serius kondisi jalan dan jembatan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Pemimpin dalam paradigma Islam bertugas sebagai pengatur, pengurus, dan pelindung rakyatnya. Seluruh kebijakan yang dihasilkan dari negara yang menerapkan Islam bersifat independen dan terikat syariat. Oleh karena itu, setiap kebijakannya sesuai dengan kebutuhan umat.

Nabi saw. pernah bersabda dalam hadis riwayat Bukhari, yaitu imam (Khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya.

Dari hadis tersebut semua kebutuhan rakyat menjadi tanggung jawab pemimpin negara termasuk kebutuhan jalan. Pemimpin negara akan memastikan setiap individu baik yang tinggal di kota maupun daerah terpencil bisa menikmati jalan yang bagus dan aman.

Ia tidak hitung-hitungan dalam pembangunan jalan untuk masyarakat seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Pemimpin terpilih secara otomatis memenuhi kebutuhan masyarakat walau tidak ada janji di awal. Ketika rakyat membutuhkan, negara langsung turun tangan untuk membangunnya secara gratis.

Pembiayaan

Biaya untuk membangun infrastruktur jalan diambil dari APBN atau disebut baitulmal. Dana baitulmal ini berasal dari harta fai, jizyah, dan lainnya. Namun, jika dana di baitulmal tidak mencukupi maka negara akan mengambil pajak (dharibah) dari rakyat.Jika dalam pengumpulan dharibah memakan waktu yang lama, sedangkan infrastruktur jika tidak segera dibangun akan menyebabkan bahaya, maka negara boleh meminjam dulu ke pihak lain. Akan tetapi, pinjaman ini dengan satu syarat yaitu tidak adanya unsur riba. Pinjaman tersebut harus segera dibayar setelah dharibah terkumpul.

Khatimah

Oleh karena itu, akar persoalan banyaknya jalan dan jembatan rusak adalah karena diterapkannya sistem kapitalisme sekuler di negeri ini. Sistem ini pun melahirkan pemimpin yang pandai mengobral janji manis. Negara abai terhadap kewajibannya dalam menyediakan infrastruktur yang bagus dan aman bagi rakyat. Sungguh, dengan kembali kepada hukum Allah persoalan rusaknya infrastruktur bisa terselesaikan karena didukung oleh pemimpin yang amanah. Wallahualam bissawab.[]

Rupiah Anjlok, Negara Bangkrut, Rakyat Terpuruk

Ketangguhan sistem ekonomi Islam akan mampu melawan dominasi asing dari segala pengaruhnya yang merusak.

Oleh. Rini
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Dilansir dari TEMPO.CO, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. Nilai tukar melemah hingga sebesar 59 poin atau 0, 36 persen. Pada pembukaan perdagangan Kamis, 3 April 2025 kurs rupiah turun hingga level Rp16.772 dari sebelumnya yang berada di posisi Rp16.713 per dolar AS. (Jumat, 4 April 2025)

Penyebab Anjloknya Rupiah

Menurut pengamat mata uang Ibrahim Assuabi, anjloknya mata uang rupiah disinyalir ada dua yang mempengaruhinya yakni domestik (dalam negeri) dan global (internasional).

Pertama, pengaruh domestik dipengaruhi oleh pembentukan Danantara dan pernyataan Presiden Prabowo tentang keberadaan saham yang dinilai sebagai permainan judi dan tidak ada hubungannya dengan masyarakat bawah. Pernyataan itulah yang memberikan dampak munculnya kekhawatiran para investor sehingga banyak dana asing keluar dari pasar modal. Apalagi kepengurusan Danantara yang dinilai oleh para investor akan banyak melibatkan peran pemerintah termasuk pengawasan mekanisme pasar modal itu sendiri juga menjadi penyebab keluarnya dana asing.

Kedua, yakni pengaruh internasional dari anjloknya rupiah adalah imbas dari kenaikan tarif dasar yang telah resmi diputuskan pada, 2 April 2025 oleh Donald Trump terkait semua barang impor yang masuk paling rendah sebesar 10 persen. Pemangkasan suku bunga bentuk kehati-hatian Bank Sentral AS atau Federasi Reserve juga memberikan dampak pesimistis pada pasar itu sendiri.

Dampak anjloknya rupiah

Anjloknya nilai rupiah terhadap dolar mengingatkan kembali pada kondisi Indonesia di masa krisis tahun 1998, meski sempat menguat kembali. Krisis ini terus berulang bahkan pada masa pemerintah Jokowi (2017-2024) nilai rupiah terus melemah dan tetap berada di level Rp10.000 ke atas. Saat ini Indonesia berada pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan di awal masa kepemimpinan Presiden Prabowo rupiah melemah hingga tembus Rp16.772.

Dampaknya, bukan saja pada kenaikan barang impor tetapi, pada saatnya akan menyebabkan efek domino di berbagai sektor. Terjadinya inflasi terutama terhadap barang-barang yang berbahan baku impor tidak dapat dihindari. Melonjaknya utang luar negeri baik pihak pemerintah atau perusahaan yang memiliki utang luar negeri. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan dolar meningkat terutama untuk pelunasan utang, impor barang kebutuhan bahan baku. Apalagi Indonesia sudah sangat tergantung dengan barang impor.

Ekonomi Kapitalisme yang Hipokrit

Kebijakan ekonomi kapitalis menunjukkan wajah aslinya yang sangat hipokrit. Kebijakan yang tidak konsisten bahkan terhadap ide-ide dasar yang disebarkan. Pasar bebas bentuk liberalisasi nyatanya hanya ditujukan untuk negara-negara berkembang saja. Namun, menolak ketika kebijakan itu mengancam perekonomian mereka. Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan manfaat saja dengan berkedok investasi.

Baca juga: Ambil Peran Perubahan VS #KaburAjaDulu

Solusi Ekonomi Islam

Dengan penerapan ekonomi Islam yang sangat lengkap akan mampu menghilangkan faktor-faktor utama yang muncul dari diberlakukannya sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme yang rusak itulah penyebab utama melemahnya mata uang sebuah negara dan menguatnya mata uang negara maju dan kuat seperti dominasi dolar pada saat ini untuk mempermainkan negara berkembang lain.

Mekanisme Islam dalam menyelesaikan problematika ini di antaranya:

Pertama, menghentikan praktik riba baik yang dijalankan oleh perusahaan dan pemerintah. Keberadaan riba di tengah-tengah kehidupan hanya akan memunculkan buble ekonomi atau gelembung-gelembung ekonomi. Namun sejatinya negara dalam keadaan terjebak utang. Seperti Indonesia ini termasuk negara yang sudah terjerat utang. Antara utang pokok dan bunga bisa menghantarkan kepada kebangkrutan sebuah negara.

Kedua, sistem moneter berbasis emas dan perak sebagai mata uang yang kuat dan bernilai tinggi. Tidak akan mudah dipermainkan oleh negara lain.

Ketiga, menghilangkan pasar modal. Keberadaan pasar modal inilah menjadikan mekanisme pasar non real dan real tidak seimbang.

Keempat, negara akan mengambil peran sebagai pengelola sumber daya alam yang telah disediakan oleh Allah Swt. Sumber daya alam tidak akan diprivatisasi dan diserahkan pengelolaannya kepada swasta dan asing. Karena sesungguhnya sistem ekonomi Islam tidak mengenal leberalisasi.

Konsep kepemilikan harta dalam Islam pun sangat jelas. Harta individu, harta umum, harta negara mempunyai mekanisme yang unik dalam perolehan maupun pendistribusiannya.

Khatimah

Dengan memahami perbedaan penerapan ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalisme akan dapat ditemukan gambaran bahwa berjalannya roda ekonomi Islam berbasis dari distribusi harta. Artinya kebutuhan pokok rakyat harus terpenuhi secara sempurna yaitu individu perindividu. Bukan hanya klaim pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi kesejahteraan rakyat tersekat, peluang kerja hilang, harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal dan tak terjangkau. Kesenjangan hidup makin tampak nyata seperti penerapan sistem ekonomi kapitalisme saat ini.

Namun, penerapan ekonomi Islam yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan negara Islam itu sendiri. Negara Islam hanya akan menerapkan Islam secara menyeluruh berlandaskan Al-Qur'an dan hadis. Dalam sebuah institusi Khilafah Islamiyah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang taat dan amanah. Ini sejalan dengan yang telah dicontohkan oleh Rasululloh dalam sabdanya "Imam/ Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya."(HR. Muslim dan Ahmad).

Sungguh ketangguhan sistem ekonomi Islam akan mampu melawan dominasi asing dari segala pengaruhnya yang merusak. Dan negara ini akan diarahkan pada keselamatan dan keberkahan. Tidakkah kaum muslim merindukannya?

Wallahualam bissawab. []

Impaksi Gigi Bikin Nyeri

Impaksi gigi merupakan pertumbuhan gigi yang tidak normal. Gigi seperti tertanam di dalam gusi sehingga pertumbuhannya tidak sempurna. Impaksi gigi terjadi saat gigi tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk tumbuh dan keluar dari gusi.

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NarasiPost.Com-“Impaksi gigi, Bun, bukan infeksi,” ucapnya sambil memegang pipi.

“Oh, apa itu?” tanyaku. Sepertinya ini pertama kali aku mendengar kata itu.

“Jadi, impaksi itu ketika gigi tumbuh tidak normal, Bun. Ada gigi saya yang tumbuhnya itu bukan keluar gusi kayak gigi pada umumnya, tetapi malah di dalam gusi dan menekan gigi di sampingnya. Saya sendiri baru tahu kalau ada kelainan pada gigi setelah periksa ke dokter gigi. Kagetnya, nggak cuman satu, tetapi ada tiga gigi yang terimpaksi! Pantas kok sakit banget,” jelasnya dengan suara agak pelan.

Oalah. Ternyata orang dewasa masih bisa mengalami gangguan pada pertumbuhan giginya, ya? tanyaku sambil membayangkan sakitnya gigi yang terimpaksi. Kalau sakit gigi karena bolong, aku tahu rasanya karena pernah mengalami.

“He eh, Bun. Saya kira awalnya hanya karena gigi bolong. Makanya, saya nggak periksa ke dokter dan cuman diobatin pakai obat yang biasanya. Eh, lha kok sakitnya nggak sembuh-sembuh dan kayak menjalar ke mana-mana, ke kepala dan ke leher. Saya mau makan juga nggak enak. Sakit semua rasanya. Mikir jadi nggak fokus. Buat beraktivitas juga nggak nyaman,” jelasnya lagi.

Aku setuju dengannya. Sakit gigi itu memang sakit sekali. Bahkan, saking sakitnya sampai ada yang bilang kalau mending sakit hati daripada sakit gigi. Eh, apa iya?!

Impaksi Gigi

Karena penasaran, aku pun mencoba googling tentang impaksi gigi. Ketemulah di alodokter.com penjelasan terkait impaksi gigi, mulai dari penyebab hingga cara mengatasinya. Dari yang kubaca, impaksi gigi merupakan pertumbuhan gigi yang tidak normal. Gigi seperti terjebak di dalam gusi sehingga pertumbuhannya tidak sempurna. Impaksi gigi terjadi saat gigi tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk tumbuh dan keluar dari gusi.

Kondisi ini menyebabkan gigi tumbuh menyamping atau menjauh dari geraham di sampingnya, terpendam, atau hanya tumbuh sebagian. Impaksi gigi dapat menyebabkan rasa sakit, bengkak, infeksi, atau merusak gigi di sekitarnya. Jika dibiarkan, dapat menimbulkan masalah lainnya seperti timbulnya plak gigi, kesulitan mengunyah, atau kerusakan saraf sekitar gigi.

Gejala Impaksi Gigi

Impaksi gigi biasanya terjadi pada gigi bungsu. Namun, impaksi juga mungkin terjadi pada gigi lain seperti gigi taring.

Adapun gejala impaksi gigi secara umum meliputi:

Penyebab Impaksi Gigi

Pertumbuhan tidak normal pada gigi dapat terjadi karena berbagai kondisi. Penyebab utama adalah ruang rahang yang terlalu kecil sehingga gigi tidak dapat tumbuh dengan semestinya. Adapun penyebab lainnya adalah

Ketika ada gigi yang tumbuh tidak normal biasanya akan menyebabkan pertumbuhan gigi menjadi tidak beraturan. Selain menimbulkan ketidaknyamanan dalam mengunyah makanan, gigi yang tidak beraturan juga dapat mengganggu penampilan, rasa percaya diri, dan kesehatan gigi dan mulut.

Pengobatan

Pada beberapa orang, impaksi gigi mungkin tidak terlalu mengganggu. Namun, pada sebagian orang lainnya hal itu dapat memberikan gangguan berarti seperti nyeri yang menjalar ke leher, telinga, wajah, dan kepala. Penggunaan obat pereda nyeri, mengompres dengan handuk dingin, atau berkumur dengan air garam hangat dapat membantu, tetapi hanya sesaat. Tindakan khusus dapat dilakukan sesuai tingkat keparahannya.

Jika impaksi gigi tidak menimbulkan gejala, biasanya cukup dengan kontrol rutin ke dokter. Hal ini untuk mengetahui perkembangan impaksi gigi sekaligus mengantisipasi jika kemudian kondisi memburuk.

Pada impaksi gigi yang menimbulkan gejala, perlu dilakukan tindakan yang lebih serius. Jika impaksi gigi hanya sebagian, maka dilakukan tindakan pencabutan gigi. Adapun impaksi gigi yang menyeluruh, biasanya dokter akan menyarankan untuk tindakan operasi ekstraksi gigi. Operasi ini dilakukan dengan menyayat gusi terlebih dahulu, baru kemudian mencabut gigi yang terimpaksi. Setelah itu, sayatan dijahit kembali dan menutup gusi dengan kain kasa.

Setelah tindakan operasi, dokter juga akan meresepkan obat pereda nyeri seperti asam mefenamat dan juga antibiotik untuk mencegah infeksi. Tindakan tambahan lain mungkin dilakukan jika dirasa perlu. Yang penting, nyeri atau gangguan yang diakibatkan impaksi gigi sudah tidak ada lagi sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasanya.

Baca Juga: https://narasiliterasi.id/medical/01/2025/hipertrofi-konka-pemicu-sulit-bernapas/

Pentingnya Gigi

Gigi nyatanya merupakan bagian penting dari tubuh manusia. Dengan gigi, kita dapat mengunyah makanan sehingga lebih mudah ditelan dan masuk dalam pencernaan. Kita punya gigi seri depan untuk menggigit, gigi taring untuk menyobek makanan, dan gigi geraham untuk mengunyah, menghancurkan, dan menggiling makanan.

Selain itu, keberadaan gigi juga membantu kita dalam berbicara. Dengan adanya gigi, terutama gigi taring dan gigi seri, kita dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas.

Karena itulah, menjaga kesehatan gigi merupakan hal yang sangat penting. Menyikat gigi minimal dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang tepat membantu menjaga gigi tetap sehat. Memeriksakan gigi secara rutin ke dokter juga diperlukan guna mengetahui kondisi kesehatan gigi secara lebih jelas. Ini juga mendeteksi adanya impaksi gigi sejak dini sehingga dapat mengantisipasi potensi gangguan yang muncul.

Menjaga Nikmat Sehat

Menjaga kesehatan gigi bukan semata untuk menopang fungsi gigi tetap berlangsung dengan baik. Gigi yang sehat dapat membantu menjaga kelancaran aktivitas secara keseluruhan. Jika gigi sakit, biasanya dapat menjalar ke mana-mana. Kepala menjadi pusing. Leher dan telinga terasa sakit. Hal ini karena saraf pada gigi terhubung dengan saraf yang ada di kepala, telinga, dan leher.

Bayangkan saja betapa tidak nyamannya ketika beraktivitas dengan kondisi nyeri dan sakit di sejumlah bagian tubuh. Sudahlah tidak fokus, pekerjaan juga tidak beres-beres. Emosi pun kadang gampang tersulut karenanya. Duh, nggak enaknya sakit gigi.

Maka dari itu, merawat gigi merupakan bagian dari menjaga nikmat sehat yang telah diberi. Ketika gigi sakit, nikmat sehat sedang dicabut sehingga terasa mengganggu dan menghambat aktivitas sehari-hari. Beribadah pun dapat terganggu karena nyerinya seperti menusuk-nusuk membuyarkan konsentrasi. Gigi mungkin tampaknya kecil, tetapi ia bisa menjadi masalah besar dan menyakitkan bila mengalami gangguan.

Merawat Gigi ala Nabi

Islam sangat memperhatikan kesehatan tubuh secara menyeluruh. Gigi pun tak luput diperhatikan perawatannya agar senantiasa bersih dan sehat. Kita dapat mengikuti cara Rasulullah saw. dalam merawat gigi. Rasulullah saw. rutin menjaga kebersihan gigi dengan bersiwak sebagaimana yang disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali melakukan wudhu.”

Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut dalam Islam. Selain itu, dari hadis ini juga diketahui bahwa Rasulullah sangat menganjurkan umatnya untuk menggunakan siwak dalam merawat gigi.

Siwak sendiri adalah ranting atau batang dari pohon arak. Pohon bernama latin Salvadora persica ini terkategori semak belukar yang banyak ditemui di Timur Tengah. Penggunaan siwak untuk merawat gigi dan mulut sudah dari ribuan tahun yang lalu. Manfaat siwak selain untuk membersihkan juga dapat mencegah gigi berlubang, melindungi gusi, dan menyegarkan napas.

Cara berikutnya adalah dengan membersihkan gigi dari sisa makanan. Berkumur-kumur atau menyikat gigi dapat membantu membuang sisa makanan yang menempel. Dalam hadis riwayat At-Tabrani, Rasulullah menekankan pentingnya untuk menghilangkan sisa makanan yang ada di gigi: “Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah kebersihan, dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam surga.”

Khatimah

Impaksi gigi merupakan gangguan pada pertumbuhan gigi yang memang normal terjadi dan dapat diatasi. Pengobatan dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahannya. Adapun perawatan gigi secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan dan mencegah masalah pada gigi.

Islam memberi kita panduan dalam menjaga kesehatan dan menghadapi penyakit, termasuk yang berkaitan dengan gigi. Ketika Allah takdirkan sakit itu datang, maka hendaknya diterima dengan sabar dan ikhlas. Sakit itu adalah ketetapan dari-Nya. Hindari mengeluh, apalagi sampai yang berlebihan. Lebih baik mencari cara untuk mengobatinya. Sakit memang tidak enak, tetapi bersamanya ada kesempatan untuk meluruhkan dosa-dosa.

Impaksi gigi karena faktor genetik juga merupakan ketetapan dari Allah Swt. yang tidak dapat dihindarkan. Tidak ada seorang pun yang dapat memilih dia lahir dari keturunan siapa, termasuk penyakit turunan yang menyertainya. Yang dapat dipilih adalah bagaimana menyikapi impaksi gigi sebagai salah satu ujian dari Sang Khalik. Bila bersabar dan mencari pengobatan sesuai tuntunan syariat, maka Allah akan meridai dan menganugerahkan pahala-Nya yang tak terbatas.

Wallahu a’lam bishshawwab []

Palestina Jangan Dilupakan

Palestina adalah tanah milik kaum muslimin. Umat harus berjihad membebaskannya dari penjajahan kaum Yahudi laknatullah.

Oleh. Verawati, S.Pd.
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar laa illahailllallahu Allahuakbar. Allahuakbar walillahilham.

Gema takbir berkumandang di pelosok bumi Allah. Umat muslim berbahagia menyambut dan merayakan hari raya Idulfitri. Hari raya kemenangan atas satu bulan penuh melaksanakan kewajiban puasa. Tradisinya adalah saling mengunjungi sanak saudara dan juga sahabat. Tidak lupa saling memaafkan dan mendoakan satu sama lain. Di momen ini juga dihidangkan banyak makanan dan minuman. Umat bergembira mengenakan pakaian baru. Semuanya merayakan Idulftri dengan penuh kebahagiaan.

Namun, beda halnya dengan kaum muslimin di Gaza, Palestina. Mereka dihujani roket yang mematikan. Ratusan nyawa pun melayang. Gencatan senjata yang disepakati kembali dilanggar oleh Israel. Pada tanggal 18 Maret 2025, Israel kembali menyerang Gaza. Pada serangan ini sekitar 900 nyawa umat Islam melayang. Serangan kembali dilancarkan di hari kedua lebaran yang menewaskan 80 orang.

Dilansir AFP, Selasa (1-4-2025), Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan ada 80 orang di Palestina yang tewas dalam 48 jam terakhir. Puluhan korban meninggal itu tersebar di seluruh wilayah Palestina. (detik.com, 01-04-2025)

Palestina dan Kemenangan Hakiki

Perayaan Idulfitri yang disambut dengan meriah adalah hal yang wajar. Hal ini merupakan wujud rasa syukur atas kemenangan yang diraih. Sebuah kemenangan karena telah menjalankan ibadah puasa dan lainnya selama satu bulan penuh. Namun, ketika kita artikan Idulfitri sebagai kemenangan yang hakiki umat Islam, tampaknya saat ini belum terwujud. Pasalnya umat Islam hari ini dalam kondisi terpecah belah dan terjajah. Khususnya, Palestina yang tengah dirundung duka yang sangat memprihatinkan.

Sungguh disayangkan pula, meski kondisinya memprihatinkan, kaum muslimin di belahan dunia lainnya justru tidak banyak yang peduli. Terbukti tidak banyak perhatian kaum muslimin pada mereka. Bisa jadi mereka sudah terlalu sibuk dengan urusan pribadi dan negara masing-masing. Wahai kaum muslimin jangan lupakan Palestina.

Baca juga: Jangan Biarkan Palestina Terlupakan

Salah satu faktor hilangnya kepedulian umat Islam adalah telah tertancapnya pemahaman nation state. Pemahaman ini menyebabkan setiap wilayah tersekat-sekat menjadi bangsa-bangsa. Setiap bangsa hanya mementingkan kepentingan negaranya sendiri. Padahal ide ini sangat berbahaya.

Dengan sekat-sekat nasional ini kaum muslimin terpecah belah menjadi puluhan negara kecil. Padahal dahulu umat Islam bersatu dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah.

Keadaan hari ini yang tidak lagi bersatu menyebabkan kaum muslimin terjajah, mundur, dan terbelakang. Harta, jiwa, dan agama tidak ada yang melindunginya. Para penjajah Barat terus merongrong dan mengambil kekayaan umat Islam dan terus berusaha menjauhkan Islam.

Shalahudin Al-Ayyubi Kedua

Palestina adalah tanah milik kaum muslimin. Dahulu Palestina dibebaskan dengan peperangan yang dipimpin oleh Umar bin Khattab. Maka dari itu, status tanahnya dalam pandangan Islam termasuk tanah kharaziyah. Status ini melekat hingga akhir zaman.

Oleh karenanya, umat Islam harus berjihad membebaskan Palestina dari penjajahan kaum Yahudi laknatullah. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Shalahudin Al-Ayyubi. Beliau adalah panglima perang sekaligus khalifah yang sekuat tenaganya membebaskan Palestina. Perang pembebasan ini dikenal dengan Perang Salib, sebab mereka bertempur dengan pasukan dari Romawi yang mengenakan simbol salib.

Tercatat dalam sejarah betapa Shalahudin Al-Ayyubi telah dengan gagah berani membebaskan Palestina. Beliau dikenal oleh umat Islam dan juga Kristen sebagai pemimpin panglima yang hebat, adil, dan berakhlak mulia.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan kini? Yang kita bisa lakukan adalah bagaimana melahirkan sosok Shalahudin Al-Ayyubi dari generasi hari ini. Berikutnya adalah berusaha untuk memahamkan umat bahwa Islam adalah pandangan hidup yang harus diikuti. Islam sebagai solusi atas problematik kaum muslimin dan juga manusia seluruhnya.

Khatimah

Dengan cara inilah kelak umat akan meminta Islam untuk diterapkan sebagai aturan kehidupan. Aturan yang diberlakukan sebagai undang-undang yang disahkan oleh seorang khalifah.

Pada akhirnya khalifah yang terpilih akan menjadi sosok Shalahudin yang kedua. Beliaulah yang akan membebaskan Palestina dan juga negeri-negeri muslim lainnya dari belenggu penjajahan, baik fisik maupun lainnya. Umat Islam akan menjadi umat yang memimpin dunia.

Seperti itulah jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., juga para sahabat, serta para khalifah setelahnya. Mereka mementingkan persatuan umat Islam dan tegaknya Islam dalam kepemimpinan Khilafah Islamiah. Wallahualam bissawab.[]

Mengakhiri Nestapa Palestina

Nestapa tiada bertepi masih akan terus dirasakan oleh rakyat Palestina karena belum ada yang bisa menghentikan kebiadaban zionis Israel.

Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Rakyat Palestina seharusnya bisa menikmati syahdunya beribadah di bulan Ramadan dan indahnya idulfitri. Namun, Israel lagi-lagi melakukan tindakan biadab dengan melakukan serangan. Lebih dari 400 warga Palestina meninggal dalam sekali serangan. Mayoritas korban meninggal adalah anak-anak, belum lagi korban luka-luka yang juga tidak kalah banyak.

Konflik Tiada Akhir Palestina

Konflik di Palestina adalah peperangan terbesar sepanjang sejarah manusia. Baik waktu, korban, maupun kerusakan yang diakibatkan. Peperangan ini juga menjadi aib terburuk bagi kaum muslim karena diamnya mereka terhadap genosida ini. Apatah artinya kecaman jika tidak ada tindakan riil untuk menghentikan kebiadaban zionis Israel.

Kecaman seharusnya ditindaklanjuti dengan mendatangkan tentara untuk menghentikan genosida ini. Namun, negeri-negeri Arab justru hanya diam tanpa ada perlawanan. Pendudukan Israel atas wilayah Palestina sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari peran Inggris yang telah memberikan legitimasi bagi Yahudi untuk bisa menempati wilayah di Palestina.

Jika Amerika sebagai ibu asuh bagi Israel, maka Inggris adalah ibu kandung dari Israel. Melalui perjanjian Sykes-Picot, Deklarasil Balfour, dan ketetapan United State Yahudi mendapat legitimasi untuk bermigrasi ke Palestina.

Tercatat sejak tahun 1923 hingga saat ini Israel terus mencaplok wilayah Palestina dan melakukan intimidasi dan pembantaian kepada rakyat Palestina. Penolakan rakyat Palestina atas penjajahan ini dianggap sebagai sebuah perlawanan dan sebagai tindakan terorisme yang mengancam keberadaan Israel.

Dari berbagai peperangan yang terjadi, rakyat Palestina tidak hanya kehilangan tanah dan rumah mereka. Akan tetapi, kehilangan nyawa keluarga mereka. Eskalasi besar-besaran ini membuat rakyat Palestina harus hidup di bawah tekanan militer Israel. Mereka dengan pongahnya menghancurkan rumah warga dan membangun pemukiman di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Gencatan Senjata dan Peran AS

Gencatan senjata telah dilakukan berkali-kali. Namun, selama itu pula Israel melanggarnya, gencatan senjata ini hanya menjadikan Israel semakin brutal. Kebiadaban Israel tidak lain akibat peran utama Amerika dalam memberikan dukungan baik senjata maupun strategi. Bahkan di akhir kesepakatan gencatan senjata, AS justru memberikan lampu hijau bagi Israel untuk terus melakukan penyerangan.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memaparkan bahwa ia telah menandatangani deklarasi untuk mempercepat pengiriman senjata senilai US$4 miliar atau sekitar Rp66 triliun bantuan militer ke Israel. (CNN Indonesia, Minggu 02-03-2025). Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menyetujui hampir US$12 miliar dalam penjualan militer asing besar-besaran ke Israel.

Serangan pada Rabu (13-03-2025) yang mengakibatkan 413 korban jiwa diklaim oleh Benjamin Netanyahu sebagai permulaan. Juru bicara Gedung Putih juga mengatakan bahwa sebelum melakukan penyerangan ini Israel telah berkonsultasi dengan AS.

Dilansir dari Reuters bahwa Pentagon pada hari Jumat (28-02-2025) telah menyetujui potensi penjualan bom, peralatan penghancur, dan persenjataan lainnya senilai hampir US$3 miliar ke Israel. Sungguh AS secara tidak langsung telah menjadi penghancur utama Palestina dan sudah sepantasnya untuk diadili.

Israel dalam ultimatumnya hanya memberikan tiga opsi buruk kepada rakyat Palestina yakni, mengungsi ke negara lain, menjadi budak Israel, atau memilih untuk dibunuh. Opsi seperti inikah yang akan diamini oleh negara-negara Arab?

Mengakhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan apa yang telah dialami rakyat Palestina. Penderitaan, penyiksaan, dan kelaparan telah menjadi makanan sehari-hari mereka. Jika bukan karena keimanan yang tertanam kuat di dalam kalbu mereka, sudah pasti keputusasaan akan menerpa mereka dan lebih memilih meninggalkan negeri mereka yang diberkahi.

Namun, itu tidak terjadi pada mereka. Lihatlah bagaimana anak-anak mereka begitu kuat dan berani untuk menghadapi tentara Israel. Ini adalah pemandangan tidak biasa yang tidak akan kita temukan di peradaban manapun selain Islam.

Bersikap diam amatlah naif. Harus ada solusi yang benar-benar fundamental agar Palestina segera terbebas dari kekejaman Israel, yakni dengan persatuan kaum muslimin melalui tegaknya Khilafah Islamiyah.

Dengan tegaknya Khilafah maka khalifah akan mengerahkan tentaranya untuk membebaskan al-Aqsa dan melenyapkan zionis Israel dari permukaan bumi. Umat Islam harus sadar bahwa selama Khilafah belum tegak maka nasib kaum muslimin akan terus tertindas dan tidak dipertimbangkan.

Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya, "Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Maka seseorang bertanya, "Apakah karena sedikitnya jumlah kita?" "Bahkan kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih mengapung." Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menimpakan dalam hati kalian penyakit al-Wahn. Seseorang bertanya, "Ya Rasulullah, apakah al-Wahn itu? Nabi shallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Cinta dunia dan takut akan kematian." (HR. Abu Dawud)

Persatuan umat Islam yang telah lenyap inilah yang membuat orang-orang kafir tidak takut dengan umat Islam. Mereka lebih memilih memihak kepada orang kafir demi sesuap harta yang tidak ada artinya.

Baca: Jihad dan Khilafah Solusi Hakiki Palestina

Metode Menegakkan Khilafah

Menegakkan kembali Khilafah Islamiyah memang bukan perkara yang mudah. Dalam kitab Daulah Islamiyah karya Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani di sana digambarkan bahwa menegakkan Khilafah bukan sekadar Khilafah bisa tegak. Namun, tidak memiliki kekuatan atau dengan kata lain mudah dirobohkan akibat ketidaksiapan umat Islam.

Rasulullah sebagai tauladan terbaik telah mencontohkan bagaimana menegakkan Daulah Islam dulu ketika di Madinah. Rasulullah bahkan ditawari oleh pemuka Quraisy, jika memang ingin menjadi pemimpin maka beliau akan di angkat sebagai pemimpin mereka asalkan meninggalkan dakwah Islam. Akan tetapi, Rasulullah dengan tegas menolak tawaran tersebut dan terus dalam jalan dakwah.

Rasulullah melakukan tasqif atau pembinaan kepada para sahabat, Rasulullah menanamkan akidah dan kebenaran Al-Qur'an serta mengkritik segala praktik batil di tengah-tengah masyarakat Mekah. Hingga Sahabat Rasulullah Mus'aib bin Umair di utus untuk berdakwah ke Madinah dan masyarakat Madinah begitu antusias dengan dakwah Islam hingga kemudian Rasulullah saw. dibaiat sebagai pemimpin negara.

Demikian juga dengan dakwah saat ini. Tidak boleh sedikit pun bergeser dari tuntunan Rasulullah. Kita harus menyadarkan kepada masyarakat terutama umat Islam akan pentingnya penerapan syariat Islam secara kaffah melalui tegaknya Khilafah Islamiyah. Untuk itu harus ada kutlah atau partai yang akan mengemban tugas ini.

Kutlah atau partai ini bukan sembarang partai, partai ini harus berideologi Islam karena tugasnya mengemban dakwah Islam. Partai Islam ini bukan partai yang bertarung dalam pemilu dan berkolaborasi dengan demokrasi yang mengatasnamakan rakyat, lalu duduk di kursi pemerintahan dan selanjutnya mengkhianati rakyat dengan menerapkan kebijakan yang diinginkan para kapital. Akan tetapi, partai ini berjuang untuk mencabut pemikiran kufur yang ada di tengah-tengah masyarakat dan kemudian diganti dengan pemikiran Islam.

Khatimah

Dakwah inilah yang akan membuat umat sadar bahwa hanya Islam yang mereka butuhkan. Dengan dilandasi keimanan umat akan meminta dengan sendirinya agar mengganti sistem kufur dengan Islam.

Dengan tegaknya Khilafah maka umat Islam akan berada di bawah satu komando dan akan menyelamatkan umat Islam di manapun mereka berada tidak terkecuali Palestina yang saat ini sedang berlumuran darah akibat penganiayaan dan pengusiran yang dilakukan oleh Zionis Israel.

Palestina akan direbut kembali sebagaimana apa yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi sehingga nestapa Palestina akan sirna. Aamiin, Wallahualam bissawab. []

Minyak Oplosan Menyapa, Bumi Kehilangan Berkah

Hari ini minyak hanya salah satu komoditas yang dikorupsi, dan akan banyak lagi produk yang muncul dengan berita kecurangan yang sama jika masih menggunakan demokrasi kapitalisme.

Oleh. Ummu Rahmat
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Tak habis pikir. Itulah agaknya kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa karut marutnya persoalan di negeri ini. Betapa tidak, belum selesai isu bensin oplosan, kini rakyat dibuat marah lagi kecewa lantaran minyak yang selama ini dinilai merakyat ternyata isinya tak sesuai dengan kemasannya. Ya, Minyakita yang pada kemasan tertulis 1 liter, tetapi pada faktanya hanya 700–900 mililiter saja. Sungguh, ini sebuah kezaliman yang nyata!

Sebagaimana yang diwartakan oleh media Tirto.id (09-03-2025), bahwa Satgas Pangan Polri tengah melakukan sebuah penyelidikan atas temuan kasus Minyakita yang tak sesuai takaran dan beredar bebas di pasaran. Brigjen Pol. Helfi pun menyeret tiga nama perusahaan selaku pihak yang memproduksi minyak yang bermasalah ini. Mentan Andi Amran Sulaiman meminta agar tiga perusahaan ini diberi tindakan tegas bila perlu disegel dan ditutup bila memang terbukti melakukan penyelewengan.

Minyak dan Hilangnya Kejujuran

Miris, itulah kondisi negeri kita hari ini. Seolah tiada hari tanpa pemberitaan negatif yang kita dengar dari para pemangku kebijakan di negeri ini. Mereka yang diamanahi untuk memenuhi hajat hidup rakyat. Begitu mudah melakukan pengkhianatan. Sampai menjual produknya dengan penuh ketidakjujuran. Padahal, minyak ini digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukankah ini amat berisiko apabila ketahuan melakukan kecurangan?

Sayangnya, sanksi hukum pun hari ini tak lagi membuat segan. Semua ditabrak demi sebuah keuntungan. Pun, hukum seolah bisa dibeli asal ada uang di tangan. Alhasil, hukum tak lagi ditakuti. Kemungkaran pun bak jamur di musim penghujan. Dan ini bisa kita lihat dari fakta dan kondisi hari ini. Kasus korupsi seperti sebuah lomba lari. Susul menyusul dari satu lembaga ke lembaga lain. Wah, subur nian korupsi di negeri ini!

Hari ini minyak hanya salah satu komoditas yang dikorupsi, dan akan banyak lagi produk yang muncul dengan berita kecurangan yang sama jika masih menggunakan demokrasi kapitalisme.

Minyak Oplosan Buah Kapitalisme

Sungguh, inilah gambaran ketika penduduk negeri tak ada lagi yang mereka segani dan takuti. Dan ini adalah buah dari paradigma sekuler yang hari ini menyelimuti atmosfer kehidupan alam nyata saat ini. Tak heran, bila banyak penduduk negeri seolah tak sungkan lagi berbuat dosa. Sebab baginya perkara dosa adalah urusan nanti di kemudian hari. Intinya hari ini, materi dikejar sekalipun nyaris mati. Halal dan haram pun urusan nanti kalau sudah mati. Subhanallah, sungguh miris potret umat dewasa ini.

Maka wajar bila fenomena korupsi terus terjadi. Dari bensin oplosan hingga minyak goreng tak sesuai takaran dan lain sebagainya adalah bukti nyata bahwa negeri ini sedang tak baik-baik adanya. Mereka yang diamanahi untuk mengurus hajat hidup publik justru mereka pula yang merampok hasil negeri. Sungguh, ini miris sekali!

Inilah kejamnya bila kita mengadopsi cara berpikir yang dibangun dari asas pemisahan agama dari kehidupan. Paradigma ini telah melahirkan sosok-sosok yang berilmu dan beragama. Namun, krisis adab dan mental. Ilmu bisa tinggi tapi adap nihil. Sumber daya manusia mumpuni tapi miskin iman yang menemani. Alhasil, kemajuan bukan untuk kemaslahatan tetapi jalan menuju kebinasaan.

Satu yang diingat, bahwa selama sistem ini masih dipakai, maka kecurangan demi kecurangan akan terus terjadi. Karena hakikat korupsi dipengaruhi oleh sistem demokrasi itu sendiri. Ya, sistem ini telah membuka ruang dan jalan bagi pemegang kendali untuk korupsi. Juga nekat melakukan tindakan tak manusiawi lainnya. Maka selama demokrasi masih kukuh berdiri, korupsi juga masih akan terus terjadi. Penyelewengan lain pun mengikuti. Jadi, bagaimana untuk mengakhiri?

Islam Memberi Solusi

Islam adalah agama yang paripurna. Ia hadir membawa petunjuk juga pedoman bagi umat seluruh alam agar selamat hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Karenanya Islam hadir dengan seperangkat aturan yang komprehensif yang mencakup segala lini dalam kehidupan ini tanpa satu pun dilewati.

Tak hanya perkara ibadah, urusan perniagaan pun Islam punya aturan mainnya. Bahkan perdagangan adalah salah satu aktivitas yang Allah Swt. sukai sebagaimana firman-Nya yang termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 275 yang bunyinya bahwa Allah Swt. telah halalkan perdagangan dan mengharamkan riba.

Saking concern-nya Islam terhadap perdagangan, maka ada aturan atau etika yang digariskan oleh syariat yang mana ini wajib diadopsi oleh mereka yang mendalami profesi sebagai pedagang.

Etika tersebut ialah:

Pertama, wajib baginya untuk tidak menjual sesuatu yang diharamkan oleh agama.

Kedua, tidak melakukan sistem perdagangan terlarang.

Ketiga, tidak terlalu banyak mengambil untung.

Keempat, tidak disertai dengan bersumpah ketika berjualan.

Kelima, menghindari ucapan bohong selama bertransaksi. Keenam, penjual melebihkan timbangan.

Ketujuh, tidak boleh menimbun atau memonopoli barang tertentu.

Terakhir, mudah memaafkan serta lemah lembut dalam berjual beli. Inilah beberapa etika yang dipegang oleh seseorang dalam berdagang.

Adapun terkait dengan perkara mengurangi timbangan atau takaran ini sebagaimana yang terjadi saat ini adalah perbuatan yang Allah Swt. haramkan. Bahkan mereka yang gemar mengurangi timbangan atau takaran disebut oleh Allah Swt. dalam QS. Al-Muthafifin ayat 1-3 sebagai orang yang celaka. Bukan sembarang celaka melainkan kecelakaan besar yang akan merugikannya tak hanya di dunia tetapi juga di akhirat kelak.

Baca: Ganja di Bromo dan Semeru

Di mana hal ini pernah terjadi di masa Nabi saw. yang mana pada saat itu banyak warga yang melapor kepada Nabi saw. bahwa ada pedagang yang bernama Abu Juahainah yang berbuat curang dalam berdagang. Diketahui bahwa Abu Juahainah memiliki dua timbangan dalam menakar sesuatu. Satu timbangan yang ia gunakan saat membeli barang. Dan satu timbangan lagi yang ia gunakan tatkala menjual sesuatu. Keduanya ia gunakan demi untuk menguntungkan dirinya. Ketika membeli barang ia menggunakan timbangan yang merugikan penjual. Dan saat menjual ia menggunakan timbangan yang merugikan pembeli. Inilah kemudian yang terus-menerus dilakukan oleh Abu Juahainah dalam bertransaksi dagang.

Namun, tatkala kabar ini sampai kepada Rasulullah saw. Nabi pun datang padanya dan mengingatkan Abu Juahainah sembari membacakan firman Allah Swt. dalam surah Al-Muthafifin ayat 1-3.

“Celaka besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. Tidaklah orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.”

Dalam hadis Imam Thabrani juga dijelaskan bahwa ketika para pedagang mempermainkan timbangan dalam hal ini mengurangi jumlah takaran pada suatu barang, maka bumi akan kekurangan tanaman dan akan dilanda bencana musim. Maka bila hari ini musim datang seolah tak beraturan hingga berpengaruh pada daya tumbuh berbagai tanaman, mungkin saja kecurangan dalam hal timbangan sudah merebak di muka bumi.

Agaknya, inilah pula mengapa Allah Swt. sebut dengan kecelakaan besar akan menimpa manusia bila gemar mengurangi timbangan. Sebab kekurangan tanaman akan berdampak bagi kelangsungan hidup umat manusia seluruhnya. Subhanaallah! Semoga Allah Swt. menjaga kita semua dari sifat tercela ini.

Khatimah

Walaupun sistem dan kondisi hari ini yang kian materialistis terus menuntun, memengaruhi, serta membentuk pribadi manusia untuk bermental curang dalam mengejar sebuah laba dalam niaga. Karena sejalan dengan slogan kapitalisme, mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya.

Sungguh, hanya dengan Islam maka kemuliaan membersamai alam semesta dan manusia di dalamnya. Sistem selainnya hanya menuntun manusia untuk tidak manusiawi dalam menata kehidupannya. Wallahu’alam. []

Minyakita Menyakiti Hati Rakyat

Minyakita yang dikemas melalui produsen-produsen yang tidak amanah adalah bukti nyata sistem yang rusak. Praktik seperti itu sangat merugikan masyarakat dan tidak bisa ditolerir lagi.

Oleh Sri Yana, S.Pd.I
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Minyakita bukan merupakan minyak goreng subsidi pemerintah, melainkan kontribusi pelaku usaha eksportir produk turunan kelapa sawit ke pasar dalam negeri melalui skema DMO. Program Minyakita diluncurkan pada Rabu, 6 Juli 2022, pada era Presiden Joko Widodo. Minyakita yang diresmikan oleh Kementerian Perdagangan ini memiliki merek dagang yang sudah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Selain itu, Minyakita didistribusikan oleh Bulog untuk mencegah kelangkaan minyak yang sedang terjadi pada saat itu. Pada saat itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada waktu itu mengatakan agar masyarakat dapat mudah mendapatkan pendistribusian minyak goreng. Sebab, memang pada saat itu minyak goreng sulit didapatkan dan harganya melonjak naik. Sehingga Kementerian Perdagangan berupaya untuk menstabilkan harga agar tidak mencekik rakyat.

Kecurangan Minyakita

Sayangnya, terdengar kabar yang tidak sedap bahwa ada temuan minyak goreng bermerek Minyakita yang isinya tidak sesuai dengan takaran. Hal ini diungkapkan oleh Satgas Pangan Polri, Brigjen. Pol. Helfi Assegaf, yang menyatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki temuan adanya minyak goreng kemasan bermerek Minyakita, yang dijual di pasaran, yang volumenya tidak sesuai dengan takaran pada label kemasan. Temuan ini terdapat dalam inspeksi mendadak yang dilakukan di Pasar Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Dengan dilakukan pengukuran terhadap tiga merek Minyakita yang diproduksi oleh tiga produsen yang berbeda, ditemukan ukurannya tidak sesuai dengan yang tercantum di dalam label kemasan. Hasil pengukuran sementara, dalam label tercantum 1 liter, tetapi ternyata hanya berisikan 700—900 mililiter. Ketiga produsen tersebut yang sudah tertangkap, yakni PT Artha Eka Global Asia yang berlokasi di Depok, Jawa Barat; Koperasi Produsen UMKM Kelompok Terpadu Nusantara yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah; dan PT Tunas Agro Indolestari yang berlokasi di Tangerang, Banten. (tirto.id, 9-3-2025).

Selain volume yang tidak sesuai, harga jualnya juga melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang disarankan pemerintah. Meskipun di kemasan tertulis harga Rp15.700 per liter, minyak ini dijual dengan harga Rp18.000 per liter. (antaranews.com, 9-3-2025).

Berdasarkan penyelidikan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa praktik seperti itu sangat merugikan masyarakat dan tidak bisa ditolerir lagi. Sehingga perusahaan yang terbukti melakukan kecurangan secepatnya dilakukan tindakan hukum dan izin produksinya dicabut. Sungguh ironis, Minyakita yang dikemas melalui produsen-produsen yang tidak amanah adalah bukti nyata sistem yang rusak. Terbukti, bahwa apa yang dilakukan oleh para produsen ini hanyalah memikirkan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin, tanpa melihat hukum apa yang telah dilakukannya.

Sudut Pandang Islam

Kecurangan amatlah merusak kepercayaan. Dalam perniagaan Allah Swt. memerintahkan untuk menyempurnakan takarannya, “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (TQS. Al-Isra [17]: 35)

Begitu utamanya untuk menimbang dengan benar, apalagi yang dilakukan perusahaan ataupun badan usaha tertentu. Dikemasan tercantum ukuran satu liter, tetapi isinya jauh dari satu liter, bahkan hilang sampai 200 mililiter. Botol kemasan yang dipakai pun terlihat lebih kecil dari ukuran botol merek lain. Pada kemasan pouch 2 liter maupun 1 liter tak jauh beda, tampak terlihat lebih sedikit dibandingkan dengan merek lainnya. Sungguh sangat disayangkan, tidak hanya mengecewakan, tetapi juga menyakiti hati rakyat.

Padahal Allah Swt. pun sangat melarang memakan harta dengan jalan yang batil, sebagaimana firman-Nya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu." (TQS. An-Nisa [4]: 29)

Andai dikatakan suka sama suka berarti pembeli harusnya saling rida dengan penjual. Sejatinya, pendistribusian Minyakita yang melibatkan banyaknya badan usaha seharusnya pemerintah terus memantau kinerja badan usaha tersebut. Memastikan kejujuran para produsen Minyakita yang hendak bekerjasama dengan pemerintah. Jangan sampai oknum-oknum yang ada justru menyalahgunakan kepercayaan tersebut.

Namun, lagi dan lagi di sistem kapitalisme sekularisme nyata gagal menjamin keadilan dan kejujuran di tengah rakyat. Sebab, tanpa adanya peran negara yang memberikan sanksi yang tegas dan menjerakan, niscaya hukum dapat dibeli dengan uang. Naudzubillah min dzalik.

Peran Negara

Sejatinya untuk menerapkan keadilan yang paling paripurna hanya dengan penerapan sistem Islam. Dalam naungan Islam, negara niscaya akan menjadi pengurus sekaligus perisai bagi kaum muslim. Islam niscaya menjadikan negara sebagai kiblat seluruh negara di dunia karena kekuatannya. Sebab, dengan adanya kepimpinan Islam dalam naungan negara akan mampu mewujudkan negara adidaya yang terkenal keadilan dan kehebatannya di seluruh wilayah penjuru dunia.

Hal ini tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang lahir yang bersumber pada Al-Qur'an dan as-Sunnah. Penerapan sistem Islam oleh seorang khalifah niscaya mampu mencetak para pemimpin dan pejabat yang amanah. Misalkan saja untuk melakukan inspeksi pasar yang dilakukan oleh Qadhi Hisbah yang memang diamanahi untuk mengontrol pasar secara rutin. Sehingga tidak akan muncul kecurangan-kecurangan akibat mengurangi timbangan, mengoplos, atau menimbun barang.

Alhasil, terwujud negara yang mengurus umat dengan sebaik mungkin. Sehingga rantai distribusi dari hulu ke hilir dapat dipastikan kelancarannya karena selalu dalam pengawasan negara. Hal ini sebagai salah satu bentuk tanggung jawab negara yaitu terjaminnya kebutuhan pokok rakyat.

Secara mekanisme pendistribusiannya dibuat berdasarkan syariat Islam. Sehingga akan meminimalisir kecurangan yang merugikan masyarakat yang menimbulkan kekecewakan dan menyakiti hati rakyat. Wallahualam bissawab. []

Danantara, Antara Mimpi dan Realitas

Danantara diisi oleh tokoh-tokoh politik tertentu. Bisa dibayangkan, ada menteri yang mengawasi menteri lain, sudah bisa dipastikan akan kurang objektif dalam pelaksanaan tugasnya.

Oleh. Tinah Asri
(Kontributor Narasiliterasi.id & Aktivis Muslimah)

Narasiliterasi.id-Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Peribahasa ini sangat cocok jika dipakai untuk menggambarkan kondisi negeri kita saat ini. Seolah tidak peduli, meskipun menuai banyak kritik Presiden Prabowo Subianto tetap meresmikan Danantara pada tanggal 24 Februari 2025 yang lalu. Prabowo yakin, ke depannya Danantara bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanah air sehingga mampu bersaing dalam kancah persaingan ekonomi global.

Danantara adalah singkatan dari Daya Anagata Nusantara. Daya sama dengan kekuatan (energi), Anagata berarti masa depan, sementara Nusantara adalah nama lain dari wilayah Indonesia. Danantara dibentuk sebagai Badan Pengelola Investasi (BPI) yang membawahi semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti Bank Mandiri, Bank Republik Indonesia (BRI), Pertamina, PLN, Bank Nasional Indonesia (BNI), PT Garuda Indonesia, dll. (ketik.co.id, 02-03-2025)

Sementara Guru Besar Bidang Manajemen Keuangan Perusahaan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga (Unair), Rahmat Setiawan justru meragukan keberhasilan lembaga pengelola investasi tersebut. Ada beberapa kejanggalan yang menurutnya bisa berpotensi menimbulkan masalah di masa mendatang. Dalam pembentukannya, komposisi dewan pengurus Danantara diisi oleh tokoh-tokoh politik tertentu. Selain itu, Menteri BUMN sebagai Ketua Dewan Pengurus juga harus mengawasi Menteri Investasi yang justru menjabat sebagai Ketua Umum. Bisa dibayangkan, ada menteri yang mengawasi menteri lain, sudah bisa dipastikan akan kurang objektif dalam pelaksanaan tugasnya.

Ada Riba di Balik Danantara

Danantara pada dasarnya adalah Sovereign Wealth Funds (SWF) sebuah lembaga yang berfungsi sebagai kendaraan finansial milik negara, yang menguasai, mengelola, dan mengadministrasikan dana publik ke dalam aset-aset yang lebih luas. Ke depannya, Danantara akan melakukan pengelolaan terhadap aset-aset negara yang selama ini berada di bawah lembaga kementerian badan usaha milik negara.

Artinya, Danantara akan mengambil alih kepemimpinan terhadap lembaga-lembaga negara tersebut, kemudian keuntungan dari lembaga BUMN disetor langsung ke Danantara, selanjutnya akan dikembangkan menjadi aset-aset baru. Hasil dari aset-aset baru inilah yang akan digunakan untuk biaya proyek-proyek berkelanjutan seperti ketahanan pangan, pengembangan industri, energi terbarukan, dan hilirisasi sumber daya alam. Dengan adanya Danantara ini diharapkan ekonomi Indonesia bisa mengalami peningkatan hingga mencapai 8 persen dalam kurun lima tahun mendatang.

Ibarat judi, nasib BUMN dipertaruhkan. Apalagi kondisi sejumlah BUMN saat ini sedang tidak baik-baik saja, hampir semua tersandung kasus mega korupsi. Ada Pertamina dengan kasus Pertamax oplosannya. PLN yang mengalami kerugian hingga 1,2 triliun terkait proyek PLTU di Kalimantan Barat. Belum lagi para pejabat yang terlibat dalam pengelolaan Danantara masih orang-orang yang dulu. Pejabat dengan rekam jejak yang buruk di mata rakyat, ada yang diduga tersandung kasus korupsi dan pengemplang pajak. Maka wajar, jika ada sejumlah tokoh justru meragukan keberhasilan lembaga yang baru saja dibentuk.

Kapitalisme Menghalalkan Riba

Mungkin, jika dilihat dari niat dan tujuannya, apa yang dilakukan Presiden Prabowo ini baik, yakni ingin memperbaiki dan meningkatkan ekonomi negara sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat. Meski begitu, niat baik saja tidaklah cukup. Presiden Prabowo sebagai seorang muslim seharusnya tahu, bahwa mengalokasikan dana BUMN yang bergelut dengan riba ke dalam bisnis baru hasilnya pun mengandung unsur riba. Sementara Allah Swt. dengan tegas mengharamkan riba, sebagaimana yang tertulis di dalam Al-Qur'an surah Al- Baqarah Ayat 275, yang berbunyi: "… Allah Swt. telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …"

Baca: Balada Danantara

Dalam ayat tersebut sebelumnya juga dijelaskan bahwa orang-orang yang memakan riba, mereka tidak akan bisa berdiri tegak, melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan karena gila. Maka bisa dibayangkan bagaimana nasib negeri ini ke depannya jika pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, pendidikan, dan kesehatan, semuanya dibiayai dari hasil riba. Oleh karena itu, mengharapkan keberkahan akan menghampiri negeri ini ibarat mimpi di siang hari. Prabowo seharusnya berpikir ulang, belajar dari pengalaman, dan hati-hati dalam membuat keputusan, apalagi menyangkut hajat hidup rakyat.

Sistem Ekonomi Islam Solusi Pasti

Sebenarnya, tidak ada cara yang lebih baik untuk menyejahterakan rakyat kecuali dengan cara yang berasal dari Allah Swt. Sang Pemilik kehidupan. Cara yang tepat adalah dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam institusi Daulah. Islam memandang bahwa mengurusi urusan rakyat adalah amanah yang diberikan kepada para penguasa dan tidak akan sempurna keimanan seseorang yang tidak melaksanakan amanah. Maka, seorang khalifah akan melaksanakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya, sebagai wujud dari keimanan dan ketaatannya kepada Allah Swt. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda:

"Tidak sempurna keimanan bagi orang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak memenuhi janji." (HR. Ahmad)

Negara Khilafah tidak akan menggunakan harta hasil riba untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Sebaliknya, negara Khilafah akan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki, seperti batubara, nikel, timah, minyak bumi, dll. Sebab, sumber daya alam dalam negara Khilafah terkategorikan ke dalam kepemilikan umum, yang berarti semua rakyat berhak untuk menikmatinya. Untuk itu, negara akan mengolah sumber daya alam tersebut dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, tidak peduli yang kaya maupun miskin, di kota maupun di desa.

Demikian pun dengan pejabat, Seorang khalifah ketika memilih pejabat akan memprioritaskan orang-orang yang mempunyai dedikasi tinggi, sekaligus orang beriman dan takwa, serta takut hanya kepada Allah Swt. semata. Orang-orang yang bisa menjaga amanah jabatannya, yaitu untuk melayani bukan dilayani oleh rakyat. Orang-orang yang yakin bahwa apa pun yang kita lakukan di dunia, semua akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Swt.

Saatnya kita tinggalkan sistem rusak demokrasi kapitalis, kita ganti dan sistem Islam. Sebab hanya sistem Islam yang mampu untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat, bukan kapitalisme dengan Danantara yang bisa jadi malah akan mengundang bencana dan murka Allah Swt. Nauzubillahi mindzalik.

Wallahualam bissawab. []

Sritex Riwayatmu Kini

Sritex kewalahan membayar utang plus bunganya. Kondisinya pun semakin tak tertolong kala produk impor membanjiri pasar negeri dengan harga yang jauh lebih murah.

Oleh. Ummu Rahmat
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Tak ada yang selamat. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana nasib perusahaan atau pabrik besar di tanah air. Sebagaimana yang dialami PT Sri Rezeki Isman (Sritex) belum lama ini. Pabrik yang berdiri di atas tanah 70 hektar itu harus gulung tikar dan merumahkan seluruh karyawannya yang sudah bekerja bertahun-tahun lamanya. Perusahaan yang hasil karyanya sudah mendunia itu harus mengakhiri karir dan dedikasinya. Mengapa bisa terjadi?

Terjerat Utang

Sritex tutup, itu cukup membuat publik bingung. Kok bisa! Mengingat Sritex bukanlah perusahaan ecek-ecek yang mensuplai produk rumahan, misalnya. Akan tetapi, Sritex yang gulung tikar itu adalah sebuah perusahaan besar yang karyawannya mencapai puluhan ribu. Dan karyanya melalang buana hingga ke mancanegara. Penulis pribadi baru tahu jika seragam tentara NATO itu dibuatnya di Indonesia dan itu bertempat di PT Sri Rezeki Isman (Sritex). Ini berarti bahwa, hasil tangan para karyawan Sritex telah diakui oleh dunia.

Di samping itu, Sritex merupakan perusahaan tekstil real pribumi yang sejak tahun 1958 berkhidmat untuk negeri. Memberi devisa dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Lalu, kenapa sampai bisa colaps? Bukankah Sritex ini aset penting negara yang harusnya dijaga dan dirawat baik-baik. Sungguh, negara ini sudah membiarkan aset pentingnya raib. Belum lagi ketika kita berbicara lebih jauh, ke mana para pekerja yang di PHK ini mencari lapangan pekerjaan baru? Tidakkah ini makin menambah panjang problem pengangguran di negeri ini?

Tentu akan menambah isu pengangguran di tanah air. Namun, apalah hendak dikata. Nasi sudah jadi bubur. Sritex sudah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Kota Semarang akibat outstanding kredit sebesar Rp14,64 triliun. Di mana Rp14,42 triliun utang ke 27 bank dan Rp220 miliar utang ke perusahaan pembiayaan. (bbc.com, 26-12-2024).

Banjir Produk Impor

Sungguh, ini bukan nominal yang kecil. Sritex yang berdiri di atas kaki sendiri itu kewalahan membayar utang plus bunganya. Kondisinya pun semakin tak tertolong kala produk impor membanjiri pasar negeri dengan harga yang jauh lebih murah. Ini menjadi pukulan tersendiri bagi Sritex. Diketahui bahwa akibat tingginya utang ini, Sritex ternyata sudah mulai merumahkan karyawannya sejak bulan Oktober lalu. Ibarat, orang yang sudah tenggelam. Sritex masih berusaha agar bisa muncul kembali ke permukaan. Namun sayang, namanya utang yang sudah berbunga tak akan pernah bisa menyelamatkan sang tuan. Ujung dari riba adalah kehancuran. Maka, tepat 1 maret 2025 lalu, perusahaan yang sudah bekerja setengah abad itu resmi merumahkan 10.000 karyawannya. Dan menutup pabrik untuk selama-lamanya (cncbindonesia.com, 2-3-2025).

Ya, apalah daya sebuah pabrik bila tak hadirnya peran negara di dalamnya. Mungkin tak bisa membantu dalam ranah biaya. Namun, negaralah yang punya kewenangan untuk menciptakan iklim pasar yang sehat agar produk dalam negeri tetap berjaya di pasar lokal. Bukan malah membuka kran impor dengan membebaskan produk asing masuk dan mewarnai pasar pribumi. Sehingga pada akhirnya membunuh pabrik dalam negeri sendiri. Bila kondisi ini tak segera diperbaiki, tak hanya PT Sri Rezeki Isman (Sritex) pabrik lain pun akan menyusul jejak sang perusahaan besar ini untuk mendulang nasib yang sama.

Buah Tata Kelola Sistem Kapitalisme

Negara sejatinya harus menjadi pelaku utama dalam upaya pemenuhan hajat hidup warga negaranya. Termaksud dalam ranah pengelolaan potensi dan sumber daya negaranya. Sumber dari keserampangan kebijakan itu adalah akibat dari konsep liberalisasi ekonomi yang memosisikan negara hanya sebagai regulator yang sibuk menyiapkan jalan bagi para kapitalis untuk berburu kesempatan dalam mengelola potensi dan sumber daya suatu negara.

Alhasil, negara jadi tidak berdaya. Mereka disetir oleh para pemilik modal bahkan aset penting negaranya tak bisa diselamatkan saking tidak adanya power dalam genggamannya. Inilah chaos-nya tata ekonomi sebuah negara dalam cengkraman sistem sekuler kapitalisme. Negara dijauhkan dari urusan hajat hidup warganya. Pintu investor dibuka lebar. Mereka bebas berkarya sesuka hati. Di tangan para investor inilah hajat hidup publik dipertaruhkan. Padahal, para kapitalis tak punya mental meriayah dan mengayomi rakyat. Mereka hanya sibuk mengejar laba sebagai tujuan utamanya.

Belum lagi ketika praktik ribawi dalam sistim ekonomi kapitalisme ini dihalalkan. Sungguh, ini semakin menjauhkannya nilai keberkahan dari setiap usaha. Padahal Allah Swt. sudah mengingatkan bahwa tak ada keberuntungan dalam transaksi ribawi yang ada justru kehancuran. Sebagaimana yang tergambar dalam Surat Al-Baqarah ayat 275 bahwa mereka yang mengambil dan memakan riba tak akan bisa berdiri layaknya manusia yang berdiri tegak. Namun, mereka akan berdiri seperti orang yang tengah kemasukan setan. Ayat ini mengingat kita bahwa kehancuranlah yang menanti tatkala praktik ribawi telah dinormalisasi. Begitulah yang terjadi dalam sistem sekuler kapitalisme seperti saat ini.

Baca juga: PHK Sritex Korban Negara Salah Arah

Khatimah

Sebagai seorang muslim, Allah Swt. telah turunkan seperangkat aturan sebagai pedoman umat manusia agar selamat di dunia dan juga akhirat. Itulah dia Al-Qur'an. Sebetulnya, tak ada satupun dalam hidup ini yang dilewatkan di dalam Islam. Semua sisi dalam kehidupan diatur olehnya. Termaksud tata kelola sebuah pabrik atau perusahaan. Berkaitan dengan hal itu, maka negara di dalam Islam tampil sebagai pelaku utama dalam upaya pemenuhan hajat hidup publik.

Apalagi dalam urusan keberadaan suatu pabrik atau perusahaan. Negara Islam akan memosisikan dirinya agar punya nilai tawar di depan bangsa-bangsa lain di dunia agar ia tak dipandang sebelah mata tentunya. Karena ia mempunyai misi untuk menyebarkan dakwah dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Negara akan memiliki pabrik yang memasok seluruh kebutuhan rumah tangga negerinya sehingga ia tak menggantungkan hidupnya pada negara lain. Baik itu pabrik amunisi, tekstil, farmasi, makanan, dan lain sebagainya.

Negara yang mandiri ini tidak mudah dikendalikan oleh bangsa lain di dunia. Bahkan ia menjadi pemasok untuk dunia. Ya, sebab Islam memiliki misi menjadi mercusuar peradaban maka ia harus digdaya dalam segalah hal. Maka tentu ia tak akan berlepas tangan dalam melakukan periayahan pada umatnya. Apalagi membiarkan asing mengelola potensi negaranya. Sungguh, ini tak akan pernah terjadi saat aturan Islam diterapkan dalam sebuah negara. Wallahualam bissawab. []

PHK Sritex Korban Negara Salah Arah

PT Sritex harus tutup permanen dan ribuan karyawannya di PHK karena negara tidak mampu melindungi industri tekstil dalam negeri, apalagi bersungguh-sungguh dalam menyejahtarakan rakyatnya.

Oleh. Rizky Rachmawati, S.Si
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu, melonjaknya harga bahan pokok, terjadi PHK massal pada ribuan karyawan PT Sri Rejeki Isman (Persero) Tbk yang lebih dikenal dengan nama PT Sritex. PT Sritex merupakan perusahaan tekstil terbesar se-Asia Tenggara yang dianggap paling kuat dari PHK. Kini perusahaan tersebut harus melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawannya.

Dilansir dalam CNBC Indonesia (2-3-2025), per tanggal 26 Februari, PT Sritex telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 8.400 karyawannya. Setelah berjaya selama 58 tahun, raksasa tekstil ini akhirnya ditutup permanen pada tanggal 1 Maret 2025. Pengadilan Niaga menyatakan bahwa PT Sritex mengalami pailit, sehingga kurator memilih opsi melakukan PHK.

Utang yang di miliki PT Sritex mencapai US$1,597 miliar setara 25 triliun rupiah. Jumlah itu jauh melebihi asetnya yang hanya US$617,33 juta atau 9,65 triliun rupiah. (Kompas.com, 1-3-2025)

Ambruknya Sritex

Ambruknya industri tekstil hingga berujung PHK massal di negeri ini, Sritex bukanlah yang pertama dan satu-satunya. Sudah ada beberapa industri tekstil yang lebih dulu gulung tikar. Badai PHK terus menerjang pekerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sejak awal 2024 hingga saat ini. Kurang lebih 13.800 pekerja dari 10 pabrik di Jawa menjadi korban PHK. Kondisi tersebut adalah dampak dari kebijakan pemerintah yang tidak mendukung industri dalam negeri.

Pada 12 November 2017, pemerintah Indonesia telah menandatangani ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). ACFTA adalah kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan Cina. Kesepakatan ini bertujuan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas. Caranya dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif atau non-tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan kerjasama ekonomi. Hal ini guna mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina.

Campur Tangan Negara

Demi mendukung perdagangan bebas, pemerintah mengeluarkan Perppu Cipta Kerja 2022 sebagai ganti UU Cipta Kerja yang telah ditolak dengan keras oleh semua pihak. Keberadaan Perppu ini telah mengubah cara kerja birokasi di Indonesia, sehingga memberikan jalan mulus terhadap perdagangan bebas yaitu segala hambatan yang berkaitan dengan impor diberikan kelonggaran.

Tidak cukup itu, pemerintah juga menerbitkan Permendag 8/2024 yang membahas tentang regulasi impor dan perubahan beberapa kebijakan. Dalih disahkan Permendag ini adalah untuk mengatasi penumpukan kontainer di pelabuhan, agar barang-barang impor yang terkendala izin impor mendapat izin masuk tanpa membutuhkan pertimbangan teknis.

Regulasi-regulasi pemerintah tersebut telah menyebabkan industri tekstil gulung tikar dan berujung dengan PHK massal. Indonesia menjadi negara yang terjebak dalam perdagangan bebas. Indonesia kebanjiran produk impor tekstil dan produk tekstil (TPT) dari Cina. Dampaknya, produk TPT domestik tidak mampu bersaing terutama dari sisi harga. Para konsumen banyak beralih ke produk TPT Cina yang harganya jauh lebih murah. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan bahwa sekitar 20.000 kontainer pakaian impor dari Cina telah membanjiri pasar lokal di Indonesia. Di sisi lain produk dalam negeri terus tertekan, karena anjloknya permintaan dan ekspor menurun.

Jebakan Liberalisasi Perdagangan

Begitulah ketika Indonesia masih menerapkan sistem kapitalisme dalam mengatur urusan dalam dan luar negerinya. Indonesia akan senantiasa terjabak dalam kubangan liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas.

Liberalisasi ini menyebabkan negara kehilangan kendalinya dalam menyediakan lapangan kerja. Keberadaan swasta justru menjadi lebih dominan dalam mengendalikannya.

Perdagangan bebas mewajibkan adanya perdagangan antar negara berjalan tanpa ada hambatan, seperti tidak adanya keharusan membayar bea cukai atau tarif bea masuk pada impor barang. Liberalisasi perdagangan ini juga yang meniadakan peran negara agar tidak menambah beban, baik dalam mengontrol ekspor maupun impor. Dengan kata lain, negara tidak boleh malakukan intervensi terhadap aktivitas produksi, membeli, dan menjual barang dan jasa di pasar bebas.

Alhasil, kapitalisme telah menihilkan peran negara, karena keberadaan negara hanya sebagai regulator dan fasilitator bagi kepentingan korporasi dan oligarki. Negara bukanlah pihak yang terlibat langsung dalam menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan pekerja. Bahkan Sritex yang dijanjikan akan selamat jika saat pemilu memilih paslon tertentu. Namun, meski sudah resmi dilantiknya pemimpin yang baru, ternyata nasib Sritex harus tutup permanen dan ribuan karyawannya di PHK. Begitulah negara yang berwatak populis otoriter, negara tidak mampu melindungi industri tekstil dalam negeri, apalagi bersungguh-sungguh dalam menyejahtarakan rakyatnya.

Baca juga: PHK Marak, Nasib Rakyat Kian Terkoyak

Politik Perindustrian dalam Islam

Berjaya dan ambruknya industri dalam negeri ternyata tidak bisa lepas dari sistem politik yang dijalankan oleh negara. Jika kapitalisme telah terbukti menjadi sebab ambruknya industri dan gelombang PHK, maka diperlukan sistem alternatif yang telah terbukti membawa kemaslahatan bagi para pengusaha dan pekerja sebagai rakyat. Sistem alternatif itu bukan pada sosialisme yang jelas kufur, akan tetapi pada Islam yang pernah terbukti memajukan perindustrian dan kesejahteraan rakyat.

Industri pada dasarnya merupakan salah satu asas yang penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat manapun. Industri juga berperan sebagai mata rantai proses produksi guna mencukupi berbagai kebutuhan manusia.

Negara Industri Mandiri

Tujuan dari politik industri dalam Islam adalah menjadikan negara sebagai negara industri mandiri. Sehingga negara tidak bergantung pada negara-negara kapitalis atau negara kufur. Apalagi prinsip industri yang dibangun dalam Islam adalah harus berpijak pada politik perang, apapun jenis industrinya.

Oleh karena itu, industri harus berada dalam kendali Khilafah, agar negara memiliki kontrol atas semua masalah perang dan militer serta jauh dari pengaruh negara lain. Khilafah akan tetap mempunyai kendali atas dirinya sendiri demi mengukuhkan kekuatannya. (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku Struktur Negara Khilafah hlm 171)

Khilafah, akan mewujudkan perindustrian agar negara mampu menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya, baik muslim maupun nonmuslim. Negara akan memprioritaskan produksi yang berkaitan dengan kebutuhan warga negaranya. Ekspor akan dilakukan apabila kebutuhan dalam Khilafah sudah terpenuhi.

Begitu pula pada industri strategis seperti produksi persenjataan yang dibutuhkan dalam perang. Khilafah akan memproduksinya sendiri dan terus mengembangkan semua bentuk persenjataan hingga mampu menguasai persenjataan yang paling canggih dan paling kuat di dunia. (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku Struktur Negara Khilafah hlm 172)

Perdagangan Luar Negeri

Adapun perdagangan luar negeri merupakan aktivitas perdagangan antar dua negara maupun antar dua individu yang masing-masing berasal dari negara yang berbeda. Karena itu, negara secara mutlak akan campur tangan dalam perdagangan dan para pelaku bisnis warga negara asing. Hukum syarak menetapkan atas kebolehan terhadap negara kafir mu’ahid (yang memerangi secara de jure).

Adapun haram hukumnya melakukan transaksi dengan kafir harbi (yang memerangi secara de facto) sebagaimana Israel dan AS. Sebab, hukum-hukum perdagangan luar negeri hanya menyangkut pelaku bisnisnya bukan pada komoditi atau barangnya.

Kendati demikian, warga negara Khilafah tidak boleh (haram) membawa komoditi atau barang industri persenjataan ke negara kafir harbi maupun mu’ahid. (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku Sistem Ekonomi Islam hlm 403-404)

Khilafah Menjamin Lapangan Pekerjaan

Selain mendorong seseorang untuk bekerja, Khilafah juga mengupayakan berbagai mekanisme agar setiap laki-laki dapat memiliki pekerjaan dan menafkahi keluarganya.

Beberapa mekanisme tersebut telah dijelaskan oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam buku Sistem Ekonomi Islam, di antaranya adalah:

Sistem ekonomi Islam menetapkan sumber daya alam yang melimpah sebagai harta milik umum yang harus dikelola oleh negara. Sumber daya alam tersebut dieksplorasi dan dikembangkan dalam rangka mewujudkan kemajuan taraf perekonomian umat. Sebab, kekayaan tersebut adalah milik umat sehingga haram untuk dikuasai oleh individu maupun negara. Pengelolahan harta milik umum secara mandiri oleh negara ini otomatis akan membuka lapangan kerja di banyak bidang. Mulai dari tenaga ahli sampai tenaga terampil.

Pemberian Negara

Mekanisme lainnya adalah pemberian negara (I’tha ad-daulah) kepada rakyat yang diambil dari harta baitulmal, baik untuk memenuhi hajat hidup ataupun dalam rangka memanfaatkan kepemilikan mereka. Pemberian negara kepada individu rakyat tersebut bisa berupa modal yang dapat dimanfaatkan untuk menggarap tanah pertanian mereka atau untuk usaha yang lainnya. Adapun pemberian negara berupa tanah, maka tanah tersebut menjadi milik yang bersangkutan. Sehingga dari pemberian negara tersebut, seseorang dapat bekerja dengan cara mengelola tanah atau ditanami.

Pada masa Khalifah Umar ra., beliau pernah berkata kepada Bilal al-Muzni, “Sesungguhnya Rasulullah saw. memberimu tanah agar kamu dapat bekerja”.

Opsi lain, seseorang diperbolehkan mengambil alih status tanah dari usahanya menghidupkan tanah (ihya’ al-mawat) dan dengan memagari tanah (tahjir al-ardh). Islam telah menetapkan tanah tersebut sebagai milik orang yang menghidupkannya. Menghidupkan tanah mati artinya mengelola tanah atau menjadikan tanah tersebut siap untuk ditanami. Seperti itulah Khilafah menyediakan lapangan kerja agar tidak ada yang menganggur atau bahkan tidak boleh.

Namun apabila seseorang tidak mampu membuka sendiri lapangan kerja untuk dirinya atau tidak kuasa lagi untuk bekerja karena sakit, terlampau tua, ataupun karena salah satu di antara sebab-sebab ketidakmampuannya. Maka hidup seseorang tersebut wajib ditanggung oleh orang yang telah diwajibkan syariat untuk menanggung nafkahnya. Apabila tidak ada, ataupun ada tetapi tidak mampu untuk menanggung nafkahnya, maka nafkah orang tersebut wajib ditanggung oleh baitulmal atau negara.

Penutup

Demikianlah Islam telah menetapkan mekanisme bagaimana mewujudkan industri yang mandiri dan terdepan. Serta menjamin tersedianya lapangan kerja bagi warga negaranya baik muslim maupun nonmuslim. Mekanisme ini hanya mampu dijalankan oleh penguasa yang menjalankan kepemimpinan Islam dan profil Islam. Sebab, negara adalah pengurus (ra’in) rakyat serta bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup rakyatnya. Wallahualam bissawab. []

Perubahan Membutuhkan Kesadaran Politik

Perubahan mutlak dibutuhkan Indonesia dan dunia saat ini. Kesadaran politik yang benar harus dimiliki setiap insan perubahan terutama mahasiswa, agar tidak mudah disetir oleh kekuatan yang bertujuan untuk kepentingan perutnya sendiri.

Oleh. Maftucha
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Perubahan, satu kata yang saat ini menjadi dambaan rakyat Indonesia. Rakyat jengah dengan berbagai persoalan yang mendera negeri ini.

Ribuan "Arjuna" (mahasiswa) turun ke jalan menyuarakan dan menuntut ketidakbecusan penguasa dalam menjalankan amanat rakyat. Aksi mahasiswa dari berbagai kampus ini menilai bahwa Presiden Prabowo belum bisa membawa angin segar bagi rakyat Indonesia. Sebaliknya justru berbagai kebijakan yang dikeluarkan semakin membelit rakyat.

Perguruan Tinggi dan Perubahan

Mahasiswa atau pemuda adalah sosok ideal yang diharapkan bisa membawa perubahan. Sikap kritisnya seringkali mampu membekukan kebijakan yang dirasa tidak berpihak kepada rakyat.

Mahasiswa dikenal memiliki idealisme yang tinggi karena mereka sedang dalam fase matang dalam berpikir. Sebagai agen perubahan mahasiswa memiliki peran strategis dalam masyarakat. Mereka mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik karena mereka memiliki akses yang lebih mudah dalam pengetahuan dan informasi. Mahasiswa dipandang sebagai insan yang cerdas di hati masyarakat. Oleh karena itu mereka bisa memobilisasi masyarakat ke arah yang lebih baik.

Maka tak heran jika mahasiswa selalu diidentikkan dengan perubahan. Mereka dianggap bisa mewakili aspirasi masyarakat. Mahasiswa juga sebagai pengawas dalam setiap kebijakan penguasa yang tidak berpihak kepada rakyat.

Aksi mahasiswa dalam mengkritik kebijakan penguasa akhir-akhir ini tentu membawa angin segar bagi masyarakat. Sebagaimana yang telah kita ketahui, mahasiswa saat ini telah banyak mengalami pergeseran orientasi, suara lantang mereka dibungkam dengan berbagai kebijakan dari kampus.

Akibatnya setiap kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat tidak ada lagi yang mengkritiknya. Penguasa melenggang bebas mengeluarkan undang-undang yang dalam sekejap mata siap tersaji akibat tuntutan para kapital.

Pendidikan yang Tersandera

Kebijakan Presiden Prabowo yang melakukan efisiensi anggaran termasuk pendidikan tentu akan membawa dampak yang signifikan di dunia pendidikan. Selain berkurangnya anggaran untuk penelitian, efisiensi ini juga akan menjadikan biaya kuliah semakin tinggi dan hilangnya beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan kurang mampu.

Kondisi ini bisa menimbulkan banyaknya mahasiswa yang gagal mendapatkan kesempatan pendidikan tinggi. Jika hal itu terjadi maka potensi pemuda untuk meneruskan estafet kepemimpinan negeri ini menjadi pupus. Harapan mewujudkan indonesia emas hanya tinggal angan-angan. Hak akses pendidikan hanya akan dimiliki oleh mereka yang berduit saja.

Permasalahan dunia pendidikan bukan hanya terkait anggaran yang minim. Namun, juga berkaitan dengan arah pendidikan ini akan dibawa? Kebijakan pendidikan kita selalu tersandera dengan kepentingan industri kapitalis, lulusan mahasiswa hanya menjadi tenaga industri atau buruh, bukan menghasilkan para pakar yang bisa menyelesaikan persoalan negeri ini.

Mahasiswa berprestasi tidak pernah diapresiasi, riset mereka tidak didukung dengan dana yang cukup hingga akhirnya para mahasiswa lebih memilih perusahaan swasta sebagi sponsor. Akibatnya riset mereka menjadi hak pengusaha dan tidak pernah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Pendidikan di negeri ini hanya menghasilkan manusia cerdas secara akademik. Namun, tidak memiliki visioner akhirat. Ini disebabkan dunia pendidikan kita yang sekular atau memisahkan agama dari kehidupan. Jika kelak dia jadi penguasa maka kebijakannya tidak pernah memberikan kemaslahatan kepada rakyat.

Indonesia Gelap

Sudah sejak lama rakyat mendambakan kehidupan yang sejahtera. Harapan bekerja mendapatkan upah yang layak agar bisa memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin susah untuk dipenuhi. Namun, faktanya mencari pekerjaan di negeri ini bagai mencari jarum di tumpukan jerami. Kalaupun ada proyek yang membutuhkan pekerja, itu hanya lowongan pekerja kasar yang berlaku beberapa bulan saja, setelah proyek selesai dia akan diberhentikan.

Baca: Ambil Peran Perubahan VS #KaburAjaDulu

Rakyat bukan tidak mau sekolah sehingga bisa mengenyam pendidikan tinggi. Namun, biaya pendidikan yang tidak terjangkau membuat para lulusan sekolah menengah ini lebih memilih bekerja walaupun risiko PHK sewaktu-waktu datang.

Kegelapan juga ditemukan pada maraknya kriminalitas di tengah-tengah masyarakat. Orang tua yang membunuh anaknya atau sebaliknya, kekerasan terhadap anak, pemerkosaan, dan perkelahian senantiasa mewarnai pemandangan setiap hari, sangat memilukan.

Kesusahan yang menimpa rakyat tidak menjadi prioritas yang diselesaikan oleh penguasa, buktinya mereka membuat kebijakan yang semakin kuat mengikat leher rakyat. Kenaikan pajak, minimnya anggaran kesehatan dan pendidikan, naiknya kebutuhan pokok, masalah LPG, dan segudang masalah lain seakan menjadi guyuran hujan yang entah sampai kapan berhenti.

Berbagai persoalan ini membuat rakyat mencari solusi yang mungkin bisa diharapkan hingga muncul tagar #KaburAjaDulu. Sayangnya keresahan masyarakat ini direspon penguasa dengan narasi kebencian sehingga menyakiti hati rakyat, ini menunjukkan bahwa pemimpin saat ini bukan hanya tidak amanah. Akan tetapi tidak memiliki sense atau empati kepada rakyat yang sedang menderita.

Pemimpin baru tidak bisa menjamin adanya perubahan pada negeri ini. Sistem kapitalisme telah rusak sejak lahir karena sistem ini menjadikan manusia sebagai penentu kebenaran, manusia bebas membuat aturan dalam kehidupan ini. Padahal manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan.

Mutlak Diperlukan Kesadaran Politik

Munculnya tagar #IndonesiaGelap atau #KaburAjaDulu lahir dari kesadaran masyarakat terhadap berbagi persoalan yang muncul di negeri ini. Persoalan korupsi yang semakin hari semakin menggila dengan angka yang fantastis tentu membuat masyarakat panas. Kenaikan harga kebutuhan pokok yang tidak terbendung membuat masyarakat jenuh dengan kondisi ini.

Masyarakat sadar bahwa penguasa tidak berpihak kepada mereka dan lebih mementingkan pengusaha. Namun, mereka tidak memiliki solusi yang benar untuk menghadapi karut-marut persoalan ini. Namun, sayangnya demokrasi masih menjadi jalan satu-satunya jalan yang mereka ambil.

Bahkan dalam aksi beberapa waktu lalu mahasiswa masih memberikan solusi untuk kembali kepada demokrasi kerakyatan. Padahal seharusnya mereka sudah harus berpikir untuk membuang demokrasi yang rusak ini.

Mereka masih terus berharap pada figur yang telah di-setting untuk menjadi pemimpin mereka, padahal sebagus apapun seseorang, jika masih tetap menerapkan demokrasi kapitalis maka kerusakan itu akan terus berulang.

Solusi yang Sahih

Hendaknya masyarakat terutama mahasiswa menyadari bahwa solusi sahih atas berbagai persoalan negeri ini hanyalah diterapkannya Islam secara sempurna. Islam sebagai sebuah ideologi memiliki berbagai konsep untuk bisa diterapkan dalam kehidupan ini. Penerapan Islam secara sempurna ini membutuhkan sebuah institusi yakni Khilafah Islamiyah.

Islam memiliki konsep sistem ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik dalam dan luar negeri, militer, dan seterusnya. Institusi ini sudah pernah teruji sejak awal berdirinya yakni di Madinah, di mana Rasulullah secara langsung yang menjadi pemimpinnya. Kemudian berlanjut masa Khulafaur Rasyidin dan penerusnya hingga berakhir tahun 1924.

Sistem ekonomi Islam akan menghilangkan kesenjangan ekonomi yang terjadi saat ini dengan pengelolaan harta kepemilikan secara benar. Pengusaha baik asing maupun swasta diharamkan mengelola kekayaan alam milik umum. Hal ini sesuai dengan hadis dari Rasulullah saw.

"Kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal, yakni air, padang rumput, dan api" (HR. Abu Dawud)

Hasil dari pengelolaan kekayaan alam ini akan dipergunakan seutuhnya untuk kepentingan rakyat seperti pendidikan, kesehatan, BBM, dan seterusnya. Khilafah tidak akan pernah menjadikan pajak dan utang sebagai pemasukan negara, sehingga pemasukan dan pengeluaran Khilafah stabil. Adapun pemasukan utama negara adalah dari kharaj, jizyah, fai, harta yang tidak ada pewarisnya, dan seterusnya.

Khatimah

Telah diketahui bahwa pendidikan di era Khilafah mampu mencetak generasi emas yang merata. Hal ini dikarenakan pendidikan bisa diakses siapa saja dan dengan fasilitas yang mumpuni. Banyak di antara mereka memiliki kecakapan dalam berbagi bidang seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Firnas, Khawarizmi, termasuk juga para imam besar seperti Imam AS-Syafii, Imam Hambal, Imam Maliki yang semua karyanya bisa dinikmati hingga hari ini.

Selain dalam bidang penelitian, para pelajar dalam Khilafah juga memiliki kemampuan mengontrol penguasa agar tetap sesuai dengan koridor syariah. Semua ini hanya mungkin terwujud jika kurikulumnya terintegral antara sains, teknologi dan keimanan. Bukan justru memisahkan antara agama dan kehidupan atau sekular.
Wallahu a'lam bishawab. []

Solusi Problem Mental Generasi

Generasi muda menyimpan kekuatan besar sebagai agent of change. Hanya saja, paham demokrasi sekuler telah membajak dan menggerus potensi mereka.

Oleh. Lia Aliana
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

Narasiliterasi.Id-Generasi muda adalah harta berharga yang dimiliki suatu bangsa. Sebab mempunyai peranan penting dalam pembangunan dan kemajuan peradaban. Nasib suatu bangsa ke depannya sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya saat ini.

Fakta sejarah pun mencatat bagaimana perubahan besar bisa terjadi atas peran dan kontribusi para pemuda. Kemerdekaan Indonesia, Sumpah Pemuda, Revormasi 98, tidak akan tercetus tanpa adanya keterlibatan kaum muda.

Namun amat disayangkan, melihat realitas kondisi generasi saat ini sangatlah jauh dari harapan. Berbagai permasalahan terus mendera mereka. Setiap hari masyarakat disungguhi potret buram generasi muda. Hal ini menjadi salah satu pemicu munculnya gangguan mental pada generasi muda. Berdasarkan hasil survei kesehatan mental nasional untuk remaja usia 10-17 tahun, terdapat 15,5 juta remaja menghadapi masalah kesehatan mental dan 2,45 juta terdiagnosis gangguan mental (tempo.com, 15-2-25).

Fakta-fakta ini menunjukan bahwa generasi muda saat ini sedang tidak baik-baik saja, bahkan berada dalam kondisi darurat yang harus segera diatasi dan disadarkan terkait potensi besar yang mereka miliki.

Sekularisme Biang Keladinya

Maraknya kasus gangguan mental (mental illnes) yang menimpa remaja dan generasi muda tampaknya menjadi masalah yang serius. Berbagai problematik remaja mulai dari kriminalitas, kekerasan, perilaku seks bebas, perundungan, membuka peluang besar terjadinya gangguan mental.

Ada banyak faktor yang melatarbelakangi gangguan mental. Bukan hanya karena faktor genetik dan biologis, faktanya lingkungan dan gaya hidup generasi saat ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Gaya hidup tidak sehat seperti seks bebas, hedonisme, individualistis, konsumerisme, fomo, seakan telah menjelma menjadi jati diri generasi masa kini. Semua itu adalah dampak dari diterapkannya aturan rusak dalam sendi-sendi kehidupan oleh negara.

Sistem Demokrasi yang merupakan asas negara ini, menjadikan sekularisme atau pemisahan kehidupan dari aturan agama sebagai tolak ukur segala perbuatan. Paham ini membuat manusia bebas melakukan aktivitasnya atas dasar hawa nafsu, tak kenal baik buruk, terpuji ataupun tercela, halal maupun haram. Sedangkan keberadaan negara hanya sebagai fasilitator yang wajib memfasilitasi hal tersebut.

Baca juga: Mendidik Generasi AI

Tanpa disadari paham sekularisme ini telah menghilangkan peran Allah Swt. sebagai Pencipta dan Pengatur manusia. Adapun keberadaan Al-Khalik hanya ada dalam ibadah ritual semata sedangkan dalam kehidupan umum agama ataupun pencipta tidak boleh ikut andil. Di sisi lain, manusia dengan sombongnya merasa mampu mengatur segala hal, padahal ia hanyalah makhluk yang lemah dan terbatas.

Walhasil, kaum muda saat ini menjelma menjadi generasi rapuh dan tidak tahan terhadap tekanan ataupun problem yang menimpanya. Akibatnya mentalnya hancur, depresi bahkan berakhir bunuh diri.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa, sistem demokrasi telah melemahkan, menghilangkan jati diri generasi bahkan telah menjauhkan perannya sebagai tonggak perubahan. Padahal sejatinya mereka memiliki potensi yang dapat melakukan perubahan besar peradaban.

Islam Solusi Problem Mental Generasi

Harus kita sadari bahwa sebenarnya di balik kelemahan generasi muda saat ini, tersimpan kekuatan besar sebagai agent of change. Hanya saja, paham demokrasi sekuler telah membajak dan menggerus potensi mereka.

Melihat potensi besar ini berupa jumlah, usia, produktivitas, dan intelektualitasnya. Maka Islam memberikan perhatian besar kepada generasi muda, yaitu adanya perintah kepada para pemuda untuk melakukan hal-hal positif, bermanfaat, dan membawa kemaslahatan.

Islam bahkan memuji dan menjelaskan keutamaan para pemuda yang senantiasa menjaga dirinya dalam ketaan pada Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Rabbmu benar-benar kagum terhadap pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani). Shabwah yaitu kecenderungan untuk memyimpang dari kebenaran.

Berdasarkan hadis tersebut, maka inilah sesungguhnya gambaran generasi perubahan. Yaitu pemuda yang selalu terikat dengan Penciptanya, mencintai Allah dan Rasul-Nya, berkepribadian Islam, menahan dirinya dari hawa nafsu, dan menjadikan aturan Islam sebagai fondasi kehidupan.

Oleh sebab itu generasi muda ini akan disibukan dengan mendatangi majelis-majelis ilmu, memakmurkan masjid, menyiarkan syiar-syiar agama, dan mendakwahkan Islam kaffah. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh kaum muda di masa Rasul dan generasi setelahnya. Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Muhammad Al-Fatih, merekalah sosok tangguh pemuda Islam di masa itu.

Semua itu akan terwujud jika para pemuda dibina dan diarahkan dengan pemikiran Islam yang sahih secara intensif. Tugas ini sejatinya diemban oleh partai politik Islam yang mengedukasi umat, khususnya kawula muda agar bisa menjadi generasi tangguh pencetak peradaban emas.

Wallahualam bissawab. []

Brain Rot Mengintai Generasi

Brain rot tidak hanya menjadikan generasi mager, tetapi juga melalaikan tugas-tugasnya. Parahnya lagi, kewajiban yang diperintahkan Allah menjadi diabaikan. Bahaya!

Oleh. Firdaus Haykal
(Kontributor Narasiliterasi.Id dan Mahasiswa STEI Hamfara)

Narasiliterasi.id-Gaes, kalian tahu brain rot, nggak? Pernah dengar? Kalau aku jujur baru tahu. Brain itu artinya otak, sedangkan rot itu artinya busuk atau pembusukan. Kalau digabungkan artinya jadi pembusukan otak. Otaknya busuk? Ngeri, ya!

Apa Itu Brain Rot?

Istilah brain rot belakangan sedang populer, terutama di kalangan Gen Z dan Gen Alpha. Menurut wikipedia.org, brain rot adalah istilah gaul untuk mendeskripsikan konten internet dengan kualitas atau nilai yang rendah dan berdampak negatif secara psikologis, kognitif, dan lain sebagainya. Dalam psikologis, brain rot menggambarkan penggunaan teknologi secara berlebihan. Penggunaan brain rot tercatat pertama kali ditemukan pada tahun 1854 dalam buku Walden karya Henry David Thoreu dan kini telah memiliki makna baru sebagai sebuah ekspresi di era digital.

Di era internet seperti sekarang ini, brain rot direlasikan dengan konsumsi konten receh di media sosial secara berlebihan. Brain rot sudah digunakan di dunia maya sejak tahun 2004. Dari tahun ke tahun, istilah ini makin populer. Pada tahun 2024, istilah ini sering dikaitkan dengan kebiasaan digital Generasi Alpha yang dipandang terlalu tenggelam dengan budaya daring.

Brain Rot as Word of the Year

Kepopuleran brain rot membuat Oxford University menobatkan istilah tersebut sebagai Word of the Year 2024. Berdasarkan rilis dari Oxford University Press, frekuensi penggunaan istilah brain rot meningkat sebesar 230% antara tahun 2023 dan 2024. Hal ini menggambarkan kekhawatiran tentang dampak mengonsumsi konten daring, terutama di media sosial yang berkualitas rendah dalam jumlah berlebihan. Oxford mendefinisikan brain rot sebagai dugaan kemunduran/kemerosotan yang diduga terjadi pada kondisi mental atau intelektual seseorang akibat konsumsi berlebihan (terutama konten daring) yang dianggap remeh atau tidak menantang. (corp.oup.com)

Tidak mengherankan sih bila salah satu kampus tertua di dunia itu menobatkan brain rot sebagai Word of the Year 2024. Istilah brain rot memang relate dengan kondisi generasi saat ini yang lebih menyukai konten-konten receh di medsos. Kalau kita buka medsos, konten-konten hiburan yang minim edukasi dan mengandung informasi tidak penting memang berseliweran.

Brain Rot dan Masyarakat Digital

Kalau dicermati, brain rot merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat dengan penggunaan media sosial yang sangat tinggi. Pada era digital saat ini, masyarakat kita terhubung melalui jaringan teknologi informasi dan komunikasi dengan media internet. Media sosial menjadi sarana orang saling berinteraksi, mencari informasi, dan hiburan juga.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara dengan pengguna medsos terbesar. Berdasarkan laporan Kalodata Digital 2024 Indonesia, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 61,2% dari total populasi, dengan total pengguna hampir 170 juta orang. Durasi rata-rata penggunaan media sosial adalah 3 jam 11 menit per hari. Platform paling banyak digunakan adalah WhatsApp (91%), Instagram (83%), dan TikTok (70%). Hampir ¾ jumlah penduduk Indonesia setiap hari berinteraksi di dunia digital. Jumlah ini menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-4 negara dengan pengguna social media terbanyak di dunia. (kalodata.com)

Dunia digital, khususnya sosial media pasti memiliki algoritma. Bermula dari ini, segala yang kita klik dan tonton lama kelamaan akan membentuk referensi beranda yang kemudian memunculkan konten-konten sejenis. Semisal kita suka melihat konten hiburan atau receh, maka konten-konten yang serupa akan memenuhi isi sosial media kita.

Cari Hiburan Jangan Kebablasan

Kemajuan informasi dan teknologi sebenarnya memudahkan kita menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, Gaes, ternyata tidak semua menggunakannya untuk hal-hal positif dan produktif seperti menambah literasi atau mengembangkan potensi diri. Banyak orang yang justru lebih suka memanfaatkannya mencari hiburan.

Kemudahan akses informasi yang hanya dengan scroll, scroll, dan scroll lebih dipakai untuk kepentingan hiburan. Cukup dengan duduk atau rebahan sambil menggeser layar, orang dapat menikmati konten-konten menghibur di berbagai aplikasi medsos.

Konten-konten receh dan menghibur menjadi jalan untuk melepaskan penat dan stres di tengah berbagai macam permasalahan hidup. Kalau hanya sebentar dan sebagai selingan, sih, nggak apa-apa, tetapi masalahnya hiburan sering kali melenakan. Awalnya, ah cuman sebentar doang. Eh, kok keterusan. Akhirnya tugas-tugas yang harus dikerjakan menjadi terbengkalai. Waduh, jangan, ya, Gaes!

Apakah Brain Rot Berbahaya?

Bagi kalian yang suka dan sering nonton konten receh di medsos, harap hati-hati nih! Pasalnya, kebanyakan mengonsumsi konten receh bisa memengaruhi kesehatan kognitif dan mental. Dengan kata lain, konten receh yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan melemahnya daya pikir alias malas mikir yang berat-berat.

Karena terbiasa menerima hal-hal yang memberi hiburan secara praktis, dopamin memenuhi otak. Apabila ini berlangsung terus menerus, maka dapat memengaruhi kinerja otak untuk bernalar dan berpikir kritis. Otak juga susah menyerap informasi yang kompleks dan memahami ilmu.

Sebagai generasi yang katanya penerus peradaban, apa jadinya kalau terkena brain rot? Masa depan bisa makin suram karena tidak ada pemikiran untuk melakukan perbaikan atau kemajuan. Merasa ‘nyaman’ dengan kondisi saat ini yang bisa dibilang penuh ketidakpastian dari berbagai sisi. Bahkan, mungkin mereka tak sadar kalau kondisi saat ini sesungguhnya sudah kacau balau.

Generasi yang terkena Brain rot juga menjadi tidak produktif. Waktu yang bisa dipakai untuk belajar atau berkreasi menjadi terbuang untuk menikmati konten-konten receh yang disadari atau tidak telah membuat kecanduan.

Brain rot tidak hanya menjadikan generasi mager, tetapi juga melalaikan tugas-tugasnya. Parahnya lagi, kewajiban yang diperintahkan Allah menjadi diabaikan. Bahaya!

Baca Juga: https://narasiliterasi.id/opini/02/2025/kabur-aja-dulu-back-to-islam-aja-deh/

Pandangan Islam

Melihat fenomena brain rot yang mengancam generasi, kita harus mengembalikannya pada Islam sebagai panduan hidup. Dalam Islam, hiburan hukumnya diperbolehkan (mubah) asal tidak bertentangan dengan syariat. Menikmati hiburan juga boleh selama tidak berlebih-lebihan. Dalam hal ini, jangan sampai melewati batas sehingga terlena dan melalaikan kewajiban atau malah terjerumus pada sesuatu yang haram. Rasulullah saw. telah memperingatkan hal ini dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah yang artinya, "Setiap yang memabukkan (muskir) dan yang melemahkan (mufattir) adalah haram." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Adapun teknologi dan gadget adalah produk pemikiran manusia yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah berbagai urusan. Hukumnya boleh memanfaatkan teknologi, termasuk medsos untuk berbagai keperluan. Namun, penggunaannya tetap mengikuti ketentuan syariat sebagaimana kaidah syara yang menyebutkan bahwa setiap perbuatan wajib terikat dengan syariat. Silakan gunakan teknologi asalkan tetap dalam koridor syariat.

Negara Harus Melindungi

Berbicara tentang brain rot, sebenarnya di situ ada tanggung jawab negara. Hal ini karena Islam menjadikan negara sebagai perisai atau pelindung. Negara harus melindungi masyarakatnya dari segala hal yang berbahaya, termasuk melindungi dari konten-konten tidak berfaedah dan berpotensi melemahkan akal.

Bermacam cara dapat dilakukan negara dalam rangka melindungi masyarakatnya. Negara akan mengontrol konten-konten yang boleh tayang di publik. Bisa juga negara mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan usia yang boleh menggunakan gadget bila diperlukan. Situs-situs yang tidak jelas atau mengarah pada penyimpangan syariat sudah pasti akan diblokir. Negara juga akan menerapkan sanksi tegas untuk yang melanggar aturan.

Tak kalah pentingnya adalah penerapan sistem pendidikan Islam yang akan mendidik generasi agar berkepribadian Islam. Generasi ini memiliki pola pikir dan sikap yang sesuai dengan akidah Islam. Dalam sistem ini, generasi akan mampu mengembangkan jati dirinya dan meraih potensi-potensi luar biasa sebagaimana yang pernah terjadi pada masa kejayaan umat Islam terdahulu. Generasi akan dapat mengikuti jejak kehebatan para ilmuwan muslim dengan ilmu dan karyanya yang bermanfaat untuk kemaslahatan dan kesejateraan umat manusia. Keadaan seperti ini sangat mungkin diwujudkan karena Islam memosisikan negara sebagai perisai umat, sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana junnah (perisai).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penerapan Islam dalam kehidupan juga akan membentuk masyarakat bertakwa yang konsisten melakukan amar makruf nahi mungkar. Dengan begitu, bibit penyimpangan atau kerusakan dapat dicegah. Masalah seperti brain rot pun dapat diantisipasi.

Itulah pentingnya keberadaan negara yang menegakkan Islam kaffah, Gaes. Negara inilah yang dapat mewujudkan kehidupan sejahtera dan mulia dalam rida-Nya.

Wallahu a'lam []

Cancel Culture: Fenomena Sosial yang Kontroversial

Cancel culture bisa menjadi alat untuk menuntut keadilan sosial, tetapi tidak jarang jadi bentuk penghakiman yang tidak adil.

Oleh. Siska Juliana
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Sob, akhir-akhir ini istilah cancel culture sering muncul di media sosial. Hal ini berawal dari meninggalnya aktris Korea Kim Sae-ron yang diduga mengalami tekanan mental akibat cancel culture semasa hidupnya. Jadi, apa itu cancel culture?

Pengertian Cancel Culture

Cancel culture merupakan kondisi seseorang, biasanya figur publik yang melakukan kesalahan atau membuat pernyataan yang menyinggung, kemudian masyarakat di media sosial bereaksi keras dengan memboikot.

Konsep ini mulanya dikenal sebagai call out culture, pelaku kesalahan diberi kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri. Akan tetapi, dalam cancel culture seperti tidak ada ruang untuk klarifikasi.

Cancel culture ini adalah evolusi dari boikot yang telah lama dikenal dalam sejarah. Dikutip dari Pew Research Center, cancel culture mulai populer pada 2017 saat terungkapnya skandal pelecehan seksual Harvey Weinstein. Semenjak itu, figur publik yang terlibat skandal serupa diboikot massal oleh masyarakat.

Banyak alasan yang menyebabkan seseorang mengalami cancel culture, yaitu terlibat skandal, pernyataan kontroversial, karya yang tidak sesuai dengan norma dan budaya, hingga tindakan tertentu yang bisa menyakiti negara atau komunitas. (tempo.co, 20-02-2025)

Dampak Cancel Culture

Sob, ternyata dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini tidak bisa dianggap enteng. Cancel culture bisa menjadi alat untuk menuntut keadilan sosial, tetapi tidak jarang jadi bentuk penghakiman yang tidak adil.

Orang yang dicancel bisa kehilangan pekerjaan, penolakan sosial, tekanan mental, bahkan dalam beberapa kasus menyebabkan depresi berat sampai berujung bunuh diri. Sementara dampak bagi masyarakat yaitu kesadaran terhadap isu sosial meningkat, tetapi di sisi lain bisa berujung pada terhambatnya kebebasan berbicara.

Kontroversi Cancel Culture

Meski tujuan cancel culture untuk meminta pertanggungjawaban seseorang atas tindakannya, tetapi sering kali dianggap sebagai cyberbullying atau persekusi digital. Menurut Psikolog Koentjoro dari Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa fenomena ini dapat berkembang menjadi tindakan main hakim sendiri di media sosial sehingga berpotensi merusak mental individu yang terkena dampaknya.

Seseorang yang mengalami cancel culture akan merasa dikucilkan dan tersingkir secara sosial, sampai merasa sangat kesepian. Dalam tinjauan kesehatan mental, kesepian kerap dikaitkan dengan tingkat kecemasan, depresi, dan mendorong tindakan percobaan bunuh diri.

Orang yang mengalami cancel culture merasa seolah-olah semua orang menyerangnya, bahkan sebelum meminta maaf. Alih-alih melakukan diskusi untuk menguak tindakan korban menyakiti orang lain, orang yang memboikot malah menutup komunikasi.

Melansir dari situs web Therapy Group DC, kekhawatiran terhadap cancel culture bisa memengaruhi munculnya ketakutan bahwa setiap kata akan dipermasalahkan. Kecemasan ini memicu orang memilih untuk diam. Akhirnya, rasa takut ini membebani mental dengan perasaan bersalah atau tidak berdaya karena tidak mampu membela diri.

Ulah Aturan Buatan Manusia

Mungkin sebagian orang menganggap bahwa urusan nasihat menasihati hanya dilakukan oleh mereka yang gabut dan kepo urusan orang lain. Itu salah besar, Sob. Sebaliknya, itu adalah bentuk kepedulian yang hakiki. Sikap individualis telah menutup celah masuknya nasihat dari sesama manusia.

Dengan dalih menghargai privasi, kita jadi berdiam diri atas dosa yang dilakukan orang lain. Amar makruf nahi mungkar dianggap melanggar kebebasan. Alhasil, maksiat pun tumbuh subur.

Di sisi lain, sebagian masyarakat terkadang reaktif terhadap peristiwa yang terjadi. Tanpa berpikir panjang, tanpa mengklarifikasi kebenarannya, langsung turut menghukum pelaku. Sikap semacam ini tentu merugikan berbagai pihak.

Peristiwa buruk yang sering terulang membuktikan bahwa sistem sekuler tidak bisa mewujudkan individu dan masyarakat yang bertakwa. Standar benar dan salah bukan berdasar pada halal dan haram, serta sanksi yang diterapkan tidak tegas.

Tanda Cinta

Dalam Islam, segala sesuatu punya timbangan yang jelas, yaitu hukum syariat. Hukum ini tidak mengikuti rasa suka dan tidak suka pada manusia, tetapi mengikuti ketetapan Allah. Jadi, yang menentukan baik dan buruk, terpuji dan tercela hanyalah Allah.

Allah telah menurunkan Al-Qur’an dan sumber hukum syariat lainnya, yakni Sunah, ijmak sahabat, dan kias. Oleh karenanya, manusia wajib mengikatkan dirinya pada aturan Sang Pencipta. Saat ada pelanggaran syariat, Allah memerintahkan manusia untuk saling menasihati. So, ketika mendapat nasihat, sikap terbaik adalah menerimanya dengan ikhlas.

Adab dalam Menasihati

Sob, Islam merupakan agama sekaligus ideologi (mabda) yang memiliki aturan sempurna. Dalam hal menasihati, Islam juga memiliki aturannya, yaitu:

Pertama, tabayyun (klarifikasi). Islam memerintahkan kita untuk memeriksa benar tidaknya suatu berita sebelum menyebarkannya atau mengambil tindakan. (lihat: QS. Al-Hujurat ayat 6)

Kedua, menasihati dengan lembut dan penuh hikmah. Islam mengajarkan bahwa nasihat dilakukan dengan niat untuk memperbaiki, bukan menjatuhkan atau mempermalukan.

Ketiga, menjaga kehormatan orang lain. Menyebarkan aib atau kesalahan orang lain adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. (lihat: QS. Al-Hujurat ayat 12)

Keempat, memberi kesempatan untuk bertobat. Islam memberikan ruang bagi siapa saja yang berbuat salah untuk memperbaiki diri dan bertobat.

Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Kembali pada Hukum Islam

Islam telah memberikan aturan bagi seluruh aktivitas manusia berdasarkan hukum syarak. Seandainya seseorang melanggar hukum-hukum tersebut, maka ia terkategori telah berbuat cela (al-qabih) sehingga bisa dikatakan juga ia telah berbuat kejahatan (al-jarimah).

Jadi, dibutuhkan sanksi bagi tindakan kejahatan sehingga seseorang dapat menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Syariat Islam telah menjelaskan bahwa setiap tindakan kejahatan akan dikenai sanksi di dunia dan akhirat. Akan tetapi, keputusan terhadap orang-orang yang berdosa urusannya dikembalikan pada Allah. Jika Dia menghendaki, maka akan menjatuhkan azab atau akan mengampuninya.

Mengenai sanksi di dunia, maka pelaksanaannya dilakukan oleh khalifah atau orang yang ditunjuk mewakilinya. Jadi, negara yang melakukannya. Islam memiliki sanksi yang berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir). Pencegah maksudnya mencegah orang lain melakukan tindak kejahatan yang serupa. Sedangkan penebus artinya sanksi yang dijatuhkan akan menggugurkan sanksi di akhirat.

Khatimah

Rasulullah saw. pernah melakukan sanksi sosial kepada tiga sahabat yaitu Ka’b bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Murarah bin Ar-Rabi karena tidak ikut dalam perang Tabuk tanpa adanya uzur. Saat itu, Rasulullah melarang kaum muslim berbicara dengan mereka.

Sebagai muslim, kita perlu waspada agar tidak terjebak pada cancel culture yang merusak. Nasihat yang diberikan haruslah membangun dan memberi dampak positif. Jika terjadi pelanggaran hukum syarak, maka sanksi akan diterapkan dengan tegas. Dengan demikian, kepastian hukum hanya lahir dalam sistem Islam. Wallahu’alam bishawab. []