Derita Palestina, Tanggung Jawab Siapa?
Derita Palestina hanya akan berakhir dengan jalan jihad fii sabilillah yang dikomando seorang pemimpin yang dapat mempersatukan umat dan menggalang kekuatan militer untuk melawan serta mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina.
Oleh. Riani Andriyantih, A. Md.
(Kontributor Narasiliterasi.Id)
NarasiLiterasi.Id-Derita Palestina tak kunjung usai. Setelah disepakati gencatan senjata pada tanggal 19 Januari 2025 lalu. Israel lagi dan lagi berkhianat melanggar kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan genosidanya terhadap Palestina pada bulan Ramadan tepatnya pada tanggal 18 Maret 2025 dini hari.
Ini bukan kali pertama pengkhianatan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata. Namun, sudah berulang kali dilakukan sehingga watak penghianat patut disematkan kepada Zionis Israel.
Derita Palestina
Hari ini, Palestina terus memanas, roket-roket menerbangkan bomnya sehingga berakibat hilangnya ribuan nyawa. Setiap saat dentuman bom mengiringi jiwa-jiwa bersih bergelar syuhada. Air mata bahkan darah yang tertumpah sudah tak terhitung jumlahnya.Tercatat lebih dari 50.000 nyawa menjadi korban kebiadaban Israel. Duka Palestina seharusnya menjadi duka kita kaum muslim seluruh dunia. Masihkah kita abai terhadap penderitaan saudara kita di Palestina? Di mana posisi kita hari ini?
Duka Palestina tak seharusnya hanya menjadi duka mereka. Kebiadaban yang dilakukan Zionis laknatullah di luar logika kemanusiaan. Hari ini, mungkin kita masih dapat merasakan nyenyaknya tidur di kasur empuk rumah kita. Lezatnya aneka hidangan raya yang dapat kita nikmati bersama sanak keluarga. Lantas, bagaimana dengan saudara kita di Palestina?
Setiap detik kaum muslim di Palestina diliputi ketakutan. Tidur di kamp-kamp pengungsian bahkan tak sedikit yang langsung beratapkan langit dan beralaskan bumi akibat hilangnya tempat tinggal mereka. Tak jarang mereka menahan lapar karena ketiadaan makanan. Bantuan yang dikirim tertahan di pintu-pintu perbatasan.
Kehangatan berkumpul dengan keluarga tidak lagi dapat mereka rasakan. Ada anak kehilangan orang tuanya, orang tua kehilangan anaknya. Tak sedikit para kerabat hilang tanpa kabar dan ternyata sudah syahid menemui Rabb-nya.
Wahai, jiwa-jiwa yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Tidakkah kita malu akan diamnya kita terhadap penderitaan saudara kita di Palestina? Tidakkah kita marah atas kekejian yang dilakukan oleh Zionis laknatullah penghisap darah?
Masih asyikkah kita menonton derita panjang saudara-saudara kita di Palestina? Hujjah apa yang bisa kita sampaikan di hadapan Rabb kita kelak tentang nasib saudara kita di Palestina.
Miris, untuk sekadar kita bertahan memboikot produk-produk yang terafiliasi saja kita abai. Untuk sekadar berisik di akun media sosial yang kita miliki saja kita enggan. Bagaimana dunia akan tahu kekejian yang dilakukan oleh Zionis kepada saudara kita. Jika kita hanya berdiam diri, enggan berkontribusi maksimal sesuai kemampuan yang kita miliki.
Cengkeraman Barat
Penjajahan Palestina sesungguhnya membuktikan bahwa kondisi hari ini seluruh negeri-negeri muslim berada dalam cengkraman Barat. Sungguh kitalah yang sedang terjajah secara pemikiran sehingga memandang masalah Palestina hanya sekadar peperangan dua negara. Padahal kita ketahui keberadaan Israel di tanah Palestina awalnya hanyalah tamu. Namun, tamu tersebut dengan tidak tahu malu, tidak beradab, tidak tahu diri dan tidak manusiawi berniat mengusir sang pemilik rumah.
Di sisi lain, kaum muslim di Palestina bertahan memperjuangkan tanahnya atas dasar keimanan. Mereka menjaga apa yang selayaknya menjadi milik mereka sekaligus menjaga kemuliaan tanah Palestina. Tanah Palestina merupakan tanah kharajiyah yang merupakan tanah milik kaum muslim yang diperoleh melalui penaklukan dan jihad pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a. Ini berarti warga Palestina hari ini, mewakilkan diri mereka untuk menjaga tanah milik kaum muslim tersebut.
Kita saksikan bersama bagaimana berbagai upaya yang dilakukan untuk menghentikan kekejian Zionis Israel belum sampai menyentuh akar permasalahan. Upaya yang dilakukan masih sebatas mengecam, mengutuk, aksi demontrasi, pengiriman bantuan logistik hingga boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Zionis. Berbagai upaya yang dilakukan secara individu dinilai masih kurang maksimal dan tidak efektif maka harus ada upaya yang lebih serius untuk membantu dan menolong saudara kita sekaligus mengakhiri derita Palestina saat ini.
Muncul Fatwa Jihad
Pada akhirnya muncul reaksi baru dari para ulama Internasional yang mengeluarkan fatwa seruan jihad terhadap Israel. Dikeluarkan oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS) yang didukung lebih dari selusin ulama yang memiliki reputasi tinggi. Isi fatwa tersebut menyerukan kepada kaum muslim untuk mengintervensi militer, ekonomi, dan politik guna menghentikan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina. (merdeka.com, 5-4-2025).
Ulama Internasional akhirnya menyerukan jihad untuk merespon situasi Gaza yang makin memanas dan gagalnya semua ikhtiar umat menolong kaum muslim. Bagaimana kita ketahui Gaza, Palestina dibombardir dan dihujani bom bertubi-tubi tanpa rasa kemanusiaan sedikit pun.
Maka yang dibutuhkan adalah aksi nyata para pemimpin negeri-negeri muslim yang dengan kekuasaannya dapat mengerahkan angkatan militernya secara langsung untuk dikirim dan membantu rakyat Palestina secara nyata. Namun, kita saksikan seruan jihad fatwa ini tidak akan efektif jika hanya berupa fatwa, apalagi fatwa tidak memiliki kekuatan mengikat. Padahal kekuatan militer (pasukan dan senjatanya) ada di tangan para penguasa yang selama ini hanya menyeru, tetapi tidak mengirimkan pasukan.
Kini, kami semua menunggu realisasi langkah nyata dari fatwa tersebut. Sebab, hingga hari ini setelah fatwa itu dikeluarkan belum tampak adanya pergerakan nyata dari negeri-negeri Arab dan negeri muslim lainnya untuk mengeksekusi seruan jihad yang di serukan sebagai upaya tindak lanjut fatwa yang dikeluarkan.
Baca juga: Mengakhiri Nestapa Palestina
Dibutuhkan Jihad Fii Sabilillah
Jika sekadar fatwa akankah terwujud menjadi langkah nyata? Pertanyaannya kini, lalu siapa yang akan mengkoordinasikan pergerakan tersebut? Apakah dimulai dari rakyat sipil atau kekuatan militer negeri-negeri Muslim?
Para pemimpin negeri-negeri muslim sudah selayaknya bersatu menggalang kekuatan militernya dengan persenjataan yang dimiliki dan kompak satu komando melawan kebiadaban yang dilakukan oleh Zionis Israel laknatullah dengan kekuatan yang setara, yaitu melawan dengan kekuatan militer dengan persenjataan. Terlebih sebenarnya jihad defensif selama ini sudah dilakukan oleh kaum muslim di Palestina di bawah komando sebuah kelompok bersenjata. Langkah ini sebagai bentuk keseriusan keberpihakan kepada warga Gaza, Palestina. Sebab, mereka tidak lagi mentoleransi kebiadaban Zionis yang haus darah secara membabi buta. Tidak perlu mengandalkan lembaga PBB, OKI, dan lembaga-lembaga perdamaian dunia lainnya yang sedari awal tidak menunjukan keadilan dan keberpihakan kepada Palestina.
Maka upaya yang dilakukan demi membebaskan Palestina tidak lain hanyalah dengan jalan jihad fii sabilillah yang sejatinya membutuhkan komando seorang pemimpin di seluruh dunia. Seorang pemimpin yang dapat mempersatukan umat dan menggalang kekuatan untuk melawan serta mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina.
Umat membutuhkan Khilafah
Dengan demikian menghadirkan kepemimpinan seperti ini seharusnya menjadi agenda utama umat Islam, khususnya gerakan-gerakan dakwah yang fokus ingin menolong kaum muslim di Gaza Palestina dengan cara membongkar makar dan propaganda Barat untuk melemahkan dan memecah belah umat.
Umat Islam seluruh dunia harus menyadari bahwa lemahnya kita hari ini karena tidak adanya persatuan umat. Umat terpecah belah terhalang sekat nasionalisme. Sehingga kehadiran seorang pemimpin pemersatu sangatlah dibutuhkan. Dialah seorang khalifah dengan kepemimpinan yang disebut sebagai Khilafah. Khalifah yang hanya dapat berdiri atas dukungan mayoritas umat sebagai buah dari proses penyadaran ideologis yang dilakukan oleh gerakan Islam yang tulus dan lurus berjuang semata demi Islam. Sebab, umat adalah pemilik hakiki kekuasaan. Merekalah yang akan mampu memaksa penguasa yang ada untuk melakukan apa yang mereka inginkan berdasarkan syariat.
Urusan penegakkan Khilafah sejatinya menyangkut hidup dan matinya umat, tidak hanya untuk masalah Palestina. Maka menjadi kewajiban kita semua untuk terlibat dalam memperjuangkannya. Seruan jihad kepada tentara muslim terus dikumandangkan seiring juga seruan untuk menegakkan Khilafah.
Khatimah
Tiada kemuliaan tanpa Islam. Tak sempurna Islam tanpa syariat. Tak akan tegak syariat tanpa daulah. Daulah Khilafah Rasyidah (yang mengikuti metode kenabian). Semoga upaya kita dalam membela saudara kita di Palestina dapat menjadi saksi di hadapan Allah Azza wa Jalla. Wallahualam bissawab. []