Tulisan ini tidak hanya untuk direnungkan para ayah. Ibu dan anak juga perlu memahami hakikat peran ayah dalam keluarga. Ternyata, betapa agung peran seorang ayah yang telah Allah rangkai demi terciptanya keluarga terbaik. Semoga Allah menjaga kita dan keluarga kita dalam sebaik-baik ketaatan pada-Nya.
Oleh. Keni Rahayu
(Kntributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Aku hanya memanggilmu, Ayah. Di saatku kehilangan arah. Aku hanya mengingatmu, Ayah. Di saatku telah jauh darimu." Lirik tersebut adalah penggalan lagu dari Seventeen. Lagu berjudul "Ayah" ini merupakan satu dari banyaknya lagu tentang ayah.
Tak hanya ibu, lagu tentang ayah juga ramai disenandungkan mengingat betapa besar peran seorang ayah. Benar saja, ayah memiliki kedudukan tersendiri dalam sebuah keluarga. Di mata anak, ayah adalah pahlawan yang siap sedia menolongnya saat kesulitan. Peran dan pembawaan seorang ayah jelas berbeda dengan ibu. Inilah mengapa Islam memuliakan keduanya dengan keunikan masing-masing. Peran ayah dan ibu saling bersinergi dalam tumbuh kembang anak menjadi hamba yang Allah ridai.
Namun sayang, tak sedikit dari para ayah hari ini tidak duduk di singgasananya. Peran mereka terkikis zaman. Lowongan kerja seakan disikat habis oleh kaum hawa. Tak aneh. Tuntutan hidup tinggi memaksa para istri membantu ekonomi. Sayangnya, ternyata hal ini mengecilkan kesempatan para ayah mencari nafkah. Lalu, ayah yang tidak bekerja melakukan apa?
Kondisi ini diperparah dengan gerakan kaum feminis. Isu istri punya hak persis dengan suami, mengerdilkan peran agung laki-laki. Tak jarang, di sebuah rumah tangga, nominal gaji istri lebih besar dibanding milik suami. Istri merasa superior dan hilang sikap hormat pada sang imam. Alih-alih memuliakan, konsep kesetaraan gender mengalihkan peran ibu sesungguhnya.
Bapak Rumah Tangga
Kita mungkin tak asing dengan istilah bapak rumah tangga. Bukan isapan jempol belaka, tak sedikit ayah yang menghabiskan waktu di rumah. Ia tidak sedang mencari bekerja, tetapi mengerjakan berbagai pekerjaan rumah dan mengemban amanah merawat anak. Bagaimana dengan sang istri? Tentu ia pergi bekerja. Bukan salah ayah jika terkena PHK. Akibatnya, yang bisa dilakukan ayah adalah mengambil alih urusan rumah dan merelakan kepergian istri menjemput rezeki. Jika peran ayah dan ibu tumpang tindih, bagaimana bahtera bisa berlayar sampai ke tujuan?https://narasipost.com/family/07/2022/tinta-jemari-ayah/
Fatherless Generation
Fatherless generation santer menjadi bahasan krusial para orang tua dan pendidik. Ini menjadi fenomena abad ini, digambarkan dengan kondisi generasi kita yang kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Sebagian ayah sibuk bekerja tanpa menyentuh kewajibannya yang lain. Anak kehilangan sosok maskulin, tempat bersandar di segala kondisi. Sebagian ayah dikucilkan zaman. Ia menciut di dalam rumah, bingung menapak langkah mencari nafkah. Ia kehilangan daya memimpin rumah tangga.
Peliknya kehidupan kapitalisme, menggeser batas makna kesuksesan. Peduli apa tentang idealisme, yang penting isi kantong cukup untuk kebutuhan hidup. Ini menjadikan masyarakat bias memandang peran ayah dan ibu dalam rumah tangga. Tidak usah rumit mendefinisikan itu, yang penting dapur mengebul, katanya. Tanpa disadari, orang tua mencetak sosok anak miskin jati diri. Banyak pelajaran yang hilang ketika ayahnya tak lagi di medan juang. Banyak pendidikan yang musnah ketika ibu salah fokus mengemban amanah. Inilah gambaran rapuhnya keluarga. Ayah, ibu, dan anak alpa dengan perannya.
Peran Wah Seorang Ayah
Mari kita tengok surat At-Tahrim ayat 6.
“Wahai orang-orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ….”
Allah memberi arahan kepada imam keluarga agar menjaga dirinya, istri, dan anak-anak dari jilatan api neraka. Ini adalah pondasi pendidikan keluarga, bahwa hidup di dunia untuk menyiapkan bekal kehidupan selanjutnya. Akidah Islam mengajak pemeluknya untuk menjadi hamba yang diridai Allah. Caranya dengan meyakini rukun iman, mengamalkan rukun Islam dan beribadah kepada Allah baik yang ritual maupun nonritual. Ibadah nonritual terwujud dalam aktivitas sehari-hari dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Syariat menjadi garis batas yang jelas bagi seluruh anggota keluarga agar mereka terhindar dari siksa api neraka.https://narasipost.com/family/06/2023/di-rumah-ayahku-berbeda/
Perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan masing-masing dalam rumah tangga. Istri wajib taat pada suami. Suami adalah imam, komandan dalam mengemudikan bahtera. Syariat mencari nafkah dibebankan Allah kepadanya. Ia juga wajib turut serta dalam pendidikan anak. Ayah adalah murabbi, pendidik anak taat Ilahi. Untuk anak laki-laki, ayah menyiapkan putranya agar kelak siap mencari nafkah. Ketika akil balig, anak sudah mampu menafkahi dirinya sendiri. Bagi anak perempuan, sang ayah wajib merawat dan memenuhi nafkahnya sampai ia dipinang lelaki saleh suatu hari nanti. Termasuk tugas ayah, yakni membantu anak menemukan jodoh terbaik sampai menikahkannya. Itulah gambaran ketika ayah memahami perannya dalam rumah tangga. Ia menjaga keluarga agar terhindar dari api neraka. Berikut adalah kisah ayah-ayah hebat.
Muhammad saw. bin Abdullah
Beliau adalah manusia terbaik, figur ` seorang ayah. Cintanya pada anak-anak berlandaskan cinta pada Allah. Rasul bahkan bersabda akan memotong sendiri tangan Fatimah jika putrinya ketahuan mencuri (HR. Bukhari). Beliau mendidik anaknya (dan umat Islam) bahwa tidak boleh ada cinta yang lebih besar selain cinta pada Allah.
Umar bin Khattab
Suatu ketika, khalifah Umar bin Khattab berkeliling di malam hari. Ia hendak memastikan seluruh kebutuhan rakyatnya terpenuhi. Di sebuah rumah, beliau mendengar percakapan ibu penjual susu dan anak perempuannya. Sang ibu memberi perintah agar susu dicampur air, sehingga kuantitas lebih banyak. Tetapi sang putri menolak. Ia berargumen bahwa Amirul Mukminin mungkin tidak tahu, tetapi Tuhan Amirul Mukminin pasti mengetahuinya. Mendengar jawaban itu, Amirul Mukminin Umar Bin Khattab berdecak kagum. Kemudian, beliau mempersuntingkan anak penjual susu untuk putranya. Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa ayah juga punya peran dalam mencarikan jodoh terbaik untuk anaknya.
Ayah Al-Juwaini
Alkisah ada seorang ayah saleh. Ia sangat menjaga keluarganya agar hanya produk halal yang masuk ke tubuh. Bahkan ia mewanti-wanti istrinya, bahwa sang anak, Al-Juwaini, tidak boleh disusui siapa pun kecuali ibunya (sang istri). Ia tidak bisa memastikan makanan perempuan lain, tetapi ia bisa menjamin bahwa nafkah darinya pasti halal. Namun malang, suatu hari sang ibu meninggalkan anaknya di beranda. Ia masuk ke dalam rumah karena sesuatu. Sang anak menangis tersedu. Tiba-tiba masuklah seorang hamba sahaya milik tetangga. Ia baru melahirkan dan sedang dalam fase menyusui. Dengan maksud menolong, sahaya itu menyusui Al-Juwaini sampai berhenti menangis. Sang ayah terperanjat melihat Al-Juwaini disusui oleh selain istrinya. Ia menarik sang anak dari buaian sahaya, lalu memasukkan jarinya ke pangkal lidah sampai tenggorokan Al-Juwaini. Ia berharap anaknya akan mengeluarkan asi yang telah banyak ditelan. Ini adalah gambaran keseriusan ayah menjaga keluarganya dari api neraka. Ia tidak mau makanan yang masuk ke tubuh sang buah hati belum jelas kehalalannya. Ia belum bisa menjamin kehalalan makanan yang dikonsumsi sahaya. Ia juga belum meminta izin dari pemilik budak tersebut.
Penutup
Sejatinya, tulisan ini tidak hanya untuk direnungkan para ayah. Ibu dan anak juga perlu memahami hakikat peran ayah dalam keluarga. Ternyata, betapa agung peran seorang ayah yang telah Allah rangkai demi terciptanya keluarga terbaik. Semoga Allah menjaga kita dan keluarga kita dalam sebaik-baik ketaatan pada-Nya. Wallahu a’lam bishowab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Barakallah,
MasyaAllah, contoh terbaik peran Ayah ada dalam sejarah Nabi dan para sahabatnya. Mereka mampu menjadikan keturunanya generasi hebat.
Aamiin. Memang begitu mulia peran Ayah. Namun, karena kapitalisme semua terkikis. Semoga bisa membuat manusia tercerahkan bagaimana posisi sesungguhnya seorang Ayah dalam keluarga. Aamiin
Miris memang kondisi saat ini ya, dunia seperti terbalik. Ayah menjadi ibu, ibu justru menjadi ayah. Saya juga punya teman yang suaminya tinggal di rumah merawat anak-anak, sementara istrinya merantau menjadi TKI. Barakallah Mbak Keni.
Peran seorang ayah memang makin tersudut tersudut di sistem kufur. Ketika lapangan pekerjaan lebih banyak diisi kaum ibu, peran mereka jadi terganggu. Saatnya mengembalikan peran ayah sesuai fitrah dengan hadirnya Daulah Khilafah.
Barakallah mba @Keni.
Di sistem kapitalis ini semua di tuntut bekerja bwt mecukupi kebutuhan hidup,banyak para istri yg bekerja untuk membantu perekonomian keluarga!
Berbicara tentang Ayah selalu saja memunculkan kerinduan tentangnya. Ayah sosok insan yang selalu terdepan menjaga anaknya, penuh kasih dan sayang tiada tergantikan apa pun juga. Love you daddy.
[…] https://narasipost.com/challenge-np/09/2023/peran-wah-seorang-ayah/ […]