Berbagai problem muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Gaya parenting pun terus up date untuk menjawab masalah kekinian, di antaranya yaitu gentle parenting.
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sebelumnya, parenting atau pola asuh umumnya mewarisi dari bagaimana seseorang dibesarkan oleh orang tuanya tanpa dilandaskan pada banyak teori. Orang tua mulai menyadari butuh ilmu dan skill yang mumpuni ketika mendidik anak makin tidak mudah.
Berbagai problem muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Banyak persoalan baru yang tidak terjadi pada masa sebelumnya seperti kecanduan alat gadget. Mulailah parenting ramai dibicarakan dan mendapat perhatian. Gaya parenting pun terus up date untuk menjawab masalah kekinian, di antaranya yaitu gentle parenting.
Gentle Parenting
Dikutip dari tempo.co (15-09-2024), psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan bahwa gentle parenting membantu orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional, menumbuhkan rasa percaya diri, dan ketahanan anak.
Menurut penemu metodenya, Sarah Ockwell-Smith, anak perlu diberi ruang untuk memilih apa yang akan dilakukan berdasarkan dorongan internal, bukan dari kemauan eksternal. Perilaku atas kesadaran diri membuat anak memaknai setiap keputusan dan tindakannya.
Ada empat pokok pendekatan gentle parenting yakni empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan. Peran orang tua sebagai pelatih bukan orang yang menghakimi sehingga membuat anak tidak nyaman.
Empati ditempatkan sebagai aspek pertama dalam implementasi gentle parenting. Dalam membangun komunikasi dengan anak, orang tua harus mempertimbangkan perasaan anak agar bisa menyikapi perilakunya dengan tepat.
Rasa hormat adalah prinsip kedua, yakni orang tua harus menunjukkan sikap hormat dengan mau mendengarkan perasaan dan pikiran anak. Orang tua tidak boleh bersikap reaktif dalam merespons. Ajukan dulu pertanyaan agar orang tua memahami alasan di balik perilaku anak. Setiap keputusan anak harus dihargai dan orang tua tidak boleh memaksakan pendapat.
Prinsip ketiga yaitu pengertian, bermakna memahami bahwa anak berkembang secara bertahap dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang meliputi semua aspek perkembangan. Anak dilihat secara utuh sehingga orang tua tidak over ekspektasi terhadap anak.
Prinsip terakhir adalah menegakkan batasan. Anak membutuhkan predictable condition yang dibangun lewat batasan atau aturan. Pada awalnya, biasanya anak menunjukkan pemberontakan tatkala dihadapkan pada aturan yang mengekang keinginan mereka. Akan tetapi, jika aturan disampaikan lewat komunikasi dan diterapkan secara konsisten, hidup anak akan terpola dan justru baik bagi perkembangan anak.
Bukan Solusi
Membesarkan anak saat ini memang menantang kesungguhan orang tua. Inovasi dan perubahan terjadi secara besar-besaran juga fundamental hingga memengaruhi tatanan sosial termasuk komunikasi serta interaksi dalam institusi keluarga.
Sebetulnya, empat prinsip dasar gentle parenting juga menjadi prinsip pendidikan Islam. Islam mengajarkan agar orang tua mendidik anak dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Banyak kasus yang berawal dari perlakuan kasar orang tua kepada anak. Ketika anak tidak memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tua, mereka akan mencarinya di luar rumah termasuk di media sosial. Anak terlibat narkoba, pergaulan bebas, geng motor, atau kehidupan malam, adalah bentuk pelarian dari hubungan yang tidak harmonis di rumah.
Akan tetapi, kasih sayang bisa berlebihan dan menjerumuskan ketika tidak bersandar pada standar yang kokoh yaitu akidah Islam. Anak diberi ruang yang terlalu bebas, bahkan orang tua merasa bersalah ketika menasihati anak dengan alasan setiap orang memiliki hak asasi.
Anak boleh memilih agama, mau taat pada syariat atau tidak, hingga mencintai sesama jenis pun dianggap sebagai pilihan. Pemaksaan pendapat atau aturan Islam diartikan sebagai pengekangan dan bentuk pelanggaran hak asasi.
Semangat amar makruf nahi mungkar hilang karena orang tua memilih lebih baik damai daripada berkonflik dengan anak. Kepekaan orang tua terhadap alarm bahaya menjadi lemah. Misal, anak belum mau salat di usia 10 tahun, anak perempuan tidak mau berkerudung saat sudah balig. Kemaksiatan dibiarkan karena orang tua lebih mengutamakan kenyamanan anak.
Penerapan gentle parenting tidak didasarkan pada akidah Islam berpotensi melahirkan anak egois, fokus pada kebahagiaan dan kesenangan pribadi, bergaya hidup bebas, dan cenderung tidak mau diatur oleh agama. Ini bertolak belakang dengan doa yang sering orang tua panjatkan yaitu memohon untuk dikaruniai anak qurrotta ‘ayyun atau penyejuk mata.
Parenting Ala Rasulullah
Islam sudah memberikan panduan metode dan cara mendidik anak yang sudah Rasulullah contohkan. Islam memberikan batasan yang jelas tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kenyamanan anak bukan perkara yang diagung-agungkan, bahkan dalam Islam ada bab tentang memberi hukuman kepada anak dalam kondisi tertentu.
Tujuan pendidikan dalam Islam membentuk muslim berkepribadian, pola pikir dan pola sikapnya sesuai tuntunan Islam. Dalam prosesnya, bukan dengan doktrin yang tidak memberikan ruang dialog. Justru keimanan harus lewat proses berpikir agar menjadi iman yang menancap kuat.
Baca: metode-gentle-parenting-vs-parenting-islam
Anak dipahamkan, iman dan ketaatan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Jika iman, harus taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Taat bukan beban berat ketika orientasi hidup untuk meraih rida Allah Swt.
Pelaksanaan syariat Islam bukan menjadi target di masa pra tamyiz, cukup sebatas pengenalan dan pembiasaan. Akan tetapi, saat memasuki masa mumayiz, anak harus diajak melaksanakan syariat Islam dalam keseharian terutama yang bersifat wajib dan diberi hukuman jika menolak.
Rasulullah saw. bersabda, “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan salat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun. Pukullah karena (tidak mau salat) tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”
Termasuk dilatih menutup aurat, menjaga pergaulan, berbakti kepada orang tua, dan menghiasi diri dengan akhlak karimah. Sebagai muslim, perbuatan anak terkait dengan ahkamul khamsah. Standar benar dan salah tidak bersifat relatif, tetapi mutlak berdasarkan pada hukum syarak.
Butuh Sistem Islam
Gaya parenting ala Barat yang datang silih berganti bisa membingungkan orang tua yang lemah dalam tsaqofah Islam. Sering kali mereka latah mengikuti dan uji coba model parenting terbaru ditambah fakta permasalahan anak makin bertumpuk dan kompleks.
Akan tetapi, banyak orang tua tidak paham bahwa beratnya mendidik anak saat ini karena kita hidup dalam sistem sekuler kapitalis. Inilah akar masalah yang membuat orang tua terus terengah-engah ketika mendidik anak.
Jika pun orang tua berupaya menerapkan parenting ala Rasulullah, hasilnya tidak bisa optimal. Pendidikan ideal dalam keluarga perlu dukungan negara yang berlandaskan akidah Islam.
Sistem Islam yang mengatur semua aspek bersumber dari hukum Allah, satu-satunya sistem yang mampu melindungi anak dari semua pemikiran yang merusak fitrah. Anak-anak akan tumbuh menjadi generasi terbaik. Pendidikan dalam keluarga sinergi dengan pendidikan oleh negara.
Daripada disibukkan dengan uji coba berbagai gaya parenting ala Barat, lebih baik orang tua kembali merujuk pada parenting Rasulullah. Tidak hanya itu, orang tua ikut berjuang mengganti sistem sekuler kapitalis dengan sistem Islam, solusi yang dijamin keampuhannya menyelesaikan persoalan anak dengan tuntas. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca juga artikel Menakar Keampuhan Gentle Parenting […]