Tidak ada pilihan lain yang harus diambil kecuali dengan melakukan aktivitas dakwah sebagai jalan hidup. Sebuah aktivitas yang berisi perkataan terbaik karena hal itu merupakan perintah dari Zat Yang Maha Baik.
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh aku termasuk orang muslim (yang berserah diri)?’” (TQS. Fussilat [41]: 33)
Sahabat, kita semua tentu setuju bahwa perkataan terbaik di sisi Allah Swt. adalah dakwah. Aktivitas dakwah juga menjadi jalan hidup para nabi dan rasul. Melalui dakwah, umat mampu berpikir dan bertindak berdasarkan akidah yang benar yaitu Islam. Ya, hanya dengan dakwah pemikiran kaum muslim yang belum tersentuh oleh Islam bisa disadarkan. Dengan dakwah pula Islam makin dikenal. Setelah dikenal pasti ajarannya akan dicintai, disayangi, dipahami, dan diamalkan dalam kancah kehidupan.
Sesuatu yang Asing
Namun, bukanlah hal yang mudah saat kita akan menyampaikan dakwah kepada umat. Apalagi ketika yang disampaikan merupakan sesuatu yang masih asing di tengah-tengah masyarakat. Islam dianggap tak lazim ketika bicara tentang pelaksanaan hukum-hukum di ranah umum. Sebab, selama ini Islam hanya dipahami sebagai agama yang berkutat di ranah privat. Aturan syariat di wilayah publik hanya dilirik. Mereka yang berusaha mengamalkannya dianggap fanatik. Maka tidak heran dakwah yang demikian langsung dicurigai dan dilabeli sebagai ajaran yang menyimpang. Bisa ditebak, berbagai tuduhan dan stigma negatif disematkan kepada Islam, ajaran, dan pengembannya.
Segala tuduhan yang dialamatkan kepada Islam membuat kaum muslim antipati terhadap agamanya sendiri. Orang-orang yang ingin mengenal Islam lebih dekat dianggap terpapar ajaran sesat. Hal tersebut membuat mereka merasa enggan dan tidak semangat untuk mempelajari hukum-hukum syariat. Walhasil, mereka tidak tahu bahwa Islam merupakan solusi yang paling tepat saat masalah kehidupan datang mendekat.
Keengganan dalam mengenal Islam tentu akan membahayakan pemikiran dan pemahaman umat. Sebab, aturan Islam hanya dipahami sebagai sebuah teori tanpa ada realisasi. Parahnya lagi, adanya penerapan aturan Islam dalam kehidupan dianggap sebagai sebuah ancaman.
Jargon Menyesatkan
Pemahaman-pemahaman tersebut sengaja disusupkan di tengah-tengah kaum muslim oleh musuh-musuh Islam. Berbagai upaya mereka lakukan dengan sekuat tenaga untuk menjauhkan umat dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Islam hanya digambarkan sebagai agama yang cinta damai, menghormati hak asasi, mengedepankan toleransi, dan kebebasan berekspresi. Itulah pemahaman tentang Islam yang dihadirkan saat ini. Pemahaman tersebut muncul dari ide moderasi Islam. Sebuah ide yang dikampanyekan untuk mengadang aturan syariat yang katanya banyak membawa mudarat. Maka dari itu, mereka menolak mentah-mentah adanya kewajiban berjihad. Jihad digambarkan begitu mengerikan dan menimbulkan perang berkepanjangan yang pasti menelan banyak korban. Perintah ini juga diyakini hanya memunculkan kebencian dan menghilangkan rasa cinta dan kasih sayang sesama manusia.
Di sisi lain, hak asasi manusia juga harus dijunjung tinggi. Untuk urusan ini umat Islam dipersilahkan untuk memilih sesuai kata hati. Mau beriman atau tidak, sama-sama dibenarkan. Hal seperti itu tidak perlu diperdebatkan. Untuk masalah toleransi mereka menganggap bahwa umat Islam harus bisa hidup berdampingan dengan umat agama lain dengan cara berpartisipasi di dalamnya yaitu dengan ikut merayakan hari raya agama tersebut. Sikap itu dipandang sebagai bentuk rasa syukur atas keberagaman keyakinan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Toleransi yang tinggi akan membuat persatuan umat makin kokoh dan kuat. Hal itu sebagai bukti bahwa umat muslim mencintai negaranya. Maka tidak heran sampai muncul jargon “cinta negeri harga mati”.
Pun ketika bicara masalah kebebasan yang mendapat perhatian istimewa dari para pembenci Islam. Atas nama kebebasan mereka mempersilahkan umat Islam untuk berekspresi demi eksistensi diri. Mereka menganggap kaum muslim sebagai pribadi-pribadi mandiri yang bebas memilih apa pun yang disukai. Maka dari itu, tidak boleh ada diskriminasi ataupun intimidasi. https://narasipost.com/motivasi/09/2022/jangan-menjadi-pengemban-dakwah-apa-adanya/
Itulah keindahan yang ditawarkan oleh musuh-musuh Islam. Hal itu dilakukan dengan cara berlindung di balik topeng hak asasi dan toleransi. Melalui keduanya mereka berupaya menggiring umat ke dalam pemikiran yang bertentangan dengan aturan agama. Hasilnya, bisa kita lihat fakta saat ini. Berbagai kerusakan, kemaksiatan, kezaliman, dan pelanggaran aturan-aturan Islam tidak terbendung lagi. Semuanya melenggang tanpa hambatan karena tidak adanya penjagaan sempurna dari Islam. Bukannya Islam tidak mampu menyelesaikan segala persoalan yang melanda umat. Namun, umat muslim sendirilah yang tidak mau menerapkan aturan Islam karena terlanjur “termakan” ide rusak moderasi Islam yang ditawarkan.
Saatnya Bergerak
Parahnya, pemikiran umat muslim hari ini seharusnya membuat orang-orang yang sudah memahami Islam segera bertindak. Mereka harus bergerak cepat untuk menyembuhkan pemikiran umat yang sedang “sakit”. Obat dari penyakit tersebut tidak lain hanya dengan berdakwah. Ya, aktivitas dakwahlah yang sanggup mengobati umat sampai ke akar-akarnya tanpa tersisa. Bukankah dahulu saat Rasulullah saw. berdakwah, kondisi umat saat itu juga rusak parah? Namun dengan adanya dakwah, umat mampu bangkit dari pemikiran yang jahiliah menuju pemikiran yang sahih.
Musuh-musuh Islam begitu gencar dalam memojokkan, melecehkan, dan menjelek-jelekkan agama yang mulia ini. Mereka teryata bukan hanya datang dari luar Islam, tetapi juga berasal dari umat Islam sendiri yang telah terkontaminasi ide Islam moderasi. Hal itu dilakukan agar mereka bisa mendapatkan kenikmatan dunia yang penuh ilusi. Padahal apa yang dilakukan adalah sesuatu yang salah. Bahkan dengan penuh kesadaran mereka bahu-membahu untuk menghancurkan Islam dan ajarannya yang penuh berkah.
Lantas, apakah kita harus diam saja dengan kondisi yang demikian? Atau mungkin lebih baik pura-pura tidak tahu dengan apa yang menimpa umat Islam. Lalu di mana letak tanggung jawab kita sebagai orang bertakwa? Di mana posisi kita saat Islam dilecehkan? Di mana rasa cinta kita kepada Rasulullah saw. saat risalah beliau dinistakan? Di mana dan di mana?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut seharusnya mampu menggerakkan hati kita untuk turut andil dalam membangun kesadaran umat tentang pentingnya terikat aturan syariat. Jika seorang muslim tidak mengupayakan hal tersebut maka bersiap-siaplah dengan label buruk yang akan disematkan kepadanya. Seorang ulama besar bernama Buya Hamka pernah berkata:
“Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”
Maukah kita dianggap sebagai mayat karena diam dengan kondisi umat? Jika tidak maka lakukan sesuatu meskipun itu hanya sebuah hal kecil. Sekecil apa pun upaya yang dilakukan untuk perbaikan umat, hal itu sudah dinilai sebagai kebaikan. Upaya inilah yang nantinya bisa menjadi hujah di hadapan Allah Swt. Ada pahala menanti kita yang mau bergerak dan berjuang dengan mengupayakan, menyampaikan, dan mengingatkan sesama muslim agar mereka kembali kepada aturan agama.
Allah Swt. telah berfirman di dalam Surah Ali Imran ayat 104 yang artinya:
“Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan (Islam) serta melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Anugerah Istimewa
Sebuah anugerah yang luar biasa ketika Allah Swt. membuka pintu hati orang-orang yang beriman untuk mau berdakwah. Mereka akan diberi keberuntungan yang hakiki oleh Zat Yang Maha Tinggi.
Namun sebaliknya, jika kita enggan atau lalai dari aktivitas berdakwah maka ada sanksi berat menanti. Peringatan tersebut disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya:
“Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian (memiliki dua pilihan) yaitu, benar-benar melakukan amar makruf nahi mungkar ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian, kemudian kalian berdoa, tetapi doa itu tidak akan dikabulkan.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, At- Tirmidzi, An- Nasa'i)
Bayangkanlah sendiri apa yang akan terjadi jika Allah Swt. tak lagi mengabulkan doa-doa kita. Tentunya yang tersisa hanya penyesalan dan kerugian dunia akhirat. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain yang harus diambil kecuali dengan melakukan aktivitas dakwah sebagai jalan hidup. Sebuah aktivitas yang berisi perkataan terbaik karena hal itu merupakan perintah dari Zat Yang Maha Baik.
Intinya, adanya usaha dan upaya untuk sebuah perbaikan pemikiran di tengah-tengah umat tidak akan terwujud tanpa adanya dakwah. Sebab aktivitas dakwah ibarat sebuah motivasi yang dilakukan untuk menyentuh, menyadarkan, dan menggerakkan pemikiran umat agar mereka mau mengambil seluruh aturan syariat. Motivasi yang diberikan tentu harus dilakukan dengan penuh kesabaran. Dibutuhkan pula usaha yang terus-menerus dan cara yang santun karena pemikiran umat terlanjur ternoda oleh ide-ide kufur. Cara tersebut diambil untuk menghindari perdebatan yang tidak ada manfaatnya. Hal itu telah Allah Swt. jelaskan dalam firman-Nya yang artinya:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (TQS. An- Nahl [16]: 125)
Ayat di atas merupakan jalan yang harus diambil agar kaum muslim segera beriman dan bertakwa kepada seluruh aturan Tuhannya. Dengan begitu pelaksanaan hukum-hukum Islam di tengah-tengah kehidupan bisa segera diwujudkan. Insyaallah. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Dakwah itu nikmat yang sering kita lupakan untuk disyukuri
MasyaAllah.. syukron atas pengingatnya Mbak..
Afwan, mba. Semoga bermanfaat
Aktivitas "ringan" tetapi berat timbanganya di sisi Allah yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Aktivitas ini yang membuat para pengusung ide kebebasan merasa terancam. Oleh karena itu, tetap melangkah maju jangan takut karena ia adalah aktivitas para nabi.
Betul banget mba. Semoga kita semua bisa saling mendukung di jalan kebaikan. Saling menyemangati membuat kita tak merasa sendiri
Alhamdulillah. Jazakunallah Khoir Mom dan Tim NP
Ini menjadi pengingat buat kita semua. Seharusnya dakwah memang menjadi poros hidup kita. Jika ada tantangan dan hambatan, itu adalah bagian dari suka duka berada di jalan dakwah.
Semoga Allah terus berikan keistikamahan untuk terus berada dibarisan dakwah. Aamiin
Perkataan yang baik adalah berdakwah mengajak umat ke jalan Allah.
Barakallah ❤️
Jangan terlena dengan jargon menyesatkan yang diembuskan oleh musuh Islam.
Sadarlah dan gencarkan dakwah.
[…] https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/perkataan-terbaik/ […]