Duhai Pemuda, Berpijarlah!

Duhai pemuda, Berpijarlah

Duhai pemuda, jangan biarkan cahayamu kian meredup dan padam! Kembalilah bersinar membawa harapan yang menghunjam. Kembalilah bersinar laksana rembulan di tengah malam.

Oleh. Ghumaisha Gaza
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pemuda, bukankah kita menyadari bahwa langkah kita ini ternyata semakin kokoh? Kita bukan manusia kecil yang berjalan tertatih-tatih lagi, tetapi kita telah pandai berjalan jauh dan kencang berlari. Sebagian kita bahkan telah mampu menaklukkan gunung yang tinggi. Dan kita sadar bahwa kita juga semakin mandiri. Banyak masalah yang telah kita lalui dan berhasil kita atasi. Kita pun semakin percaya diri menatap mimpi-mimpi.

Namun, tengoklah mereka yang dulu gagah. Ada masanya berjalan dan beraktivitas menjadi susah. Lebih memilih berdiam diri, membaca, atau mengasuh cucu di rumah. Bahkan sebagian dari mereka ada yang tengah terbaring lemah. Melawan penyakit dengan pasrah dan hanya berharap mampu meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah.

Benar adanya, “Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. Ar-Rum: 54).

Pemuda, usia kita benar-benar fase yang sangat berharga. Bahkan sejatinya setiap detik waktu dalam hidup kita memang berharga. Namun kekuatan kita hari ini tidak dapat dimungkiri melebihi anak kecil dan orang yang sudah renta. Kita harus berusaha menjadikan kekuatan yang kita miliki ini mampu mengantarkan kita hingga ke surga. Jangan justru tersesat di antara lubang-lubang neraka.

Darah muda yang mengalir dalam jiwa kita jangan terbawa oleh arus dunia yang fana. Masa muda kita bukan untuk berfoya-foya, tetapi ajang untuk meraup banyak pahala. Meski sayang seribu sayang, banyak di antara kita justru tenggelam dalam kesia-siaan belaka. Hidup dengan mengesampingkan agama, bahkan nyaris ingin menghilangkan agama dari dunia. Bagaimana jadinya teman-teman kita yang tidak tahu menahu soal agama?

Bukankah akhirnya kesemrawutan yang tampak semakin nyata? Banyak pemuda kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Kehilangan nuraninya sebagai seorang hamba. Perundungan di kalangan remaja berulang kali terjadi begitu menyesakkan dada. Pergaulan bebas terjadi di mana-mana. Video tak senonoh banyak dilakukan oleh pemuda belia. Pacaran hingga perzinaan dianggap biasa. Juga semakin mengerikan kala cinta sesama jenis meminta hak dan dukungan yang sama. Padahal mereka jelas orang yang menentang ketentuan agama.

Karena tiada cahaya keimanan dalam hati mereka, dengan mudah melupakan Allah dan Nabi-Nya. Masih terdengarkah azan di telinga mereka? Masih adakah keinginan untuk bersujud mesra memohon ampunan atas dosa-dosa? Masih basahkah lisan mereka dengan zikir dan doa-doa? Ke mana pemuda yang selalu santun berbicara dengan ibu dan bapak mereka? Ke mana pemuda yang selalu haus akan ilmu dan pantang menyerah dalam meraih cita-cita? Ke mana, hai? Ke mana?!

Apa jadinya negara tanpa pilar pemuda yang hebat nan perkasa? Bagaimana masa depan umat manusia jika calon pemimpinnya lemah dan tak berdaya? Bagaimana mampu pemuda menjadi pengibar panji-panji agama jika ia terhanyut nafsu belaka? Ke mana pemuda-pemuda yang dengan kekuatannya mampu mengguncangkan dunia?

Sementara, tak sedikit pemuda di belahan bumi lainnya tengah menderita. Dentuman bom terdengar di mana-mana. Mereka kehilangan ibu, kehilangan bapak, kehilangan adik, kehilangan kakak, bahkan kehilangan nyawa! Gempuran peluru, bom, rudal, membuat rumah, masjid, sekolah, rumah sakit, hingga tubuh mereka sendiri porak-poranda! Mereka berjuang membela agama. Masih pantaskah kita sebagai pemuda terus tertawa? Mencari hiburan untuk kesenangan padahal hanya tipuan saja!

Duhai pemuda, sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. telah memberikan nasihat kepada kita:

"Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tersebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal."

Ternyata, rumah keabadian itu hanya di akhirat saja. Entah esok, lusa, namun pasti masanya kita akan pergi meninggalkan dunia yang fana. Berapa harga yang harus kita kumpulkan demi mendapatkan tempat di surga? Bukankah untuk mendapatkan tiket konser saja banyak dari mereka harus mengeluarkan uang yang dikumpulkan dengan sekuat tenaga? Siapa yang mampu menjamin kita masih memiliki waktu yang panjang di dunia ini? Bagaimana jika esok, hari ini, 10 jam lagi, satu jam lagi, atau bahkan satu menit lagi kita harus kembali kepada Sang Pencipta? Bekal apa yang akan kita bawa?

Duhai pemuda, jangan biarkan cahayamu kian meredup dan padam! Kembalilah bersinar membawa harapan yang menghunjam. Kembalilah bersinar laksana rembulan di tengah malam. Pegang teguhlah pelita Islam! Berdirilah sebagai pemuda dengan keimanan yang menancap dalam. Tetap teguh meski ujian datang menghantam.

Selagi tubuh ini begitu kuat dan hebat. Kembalilah pada jalan Islam yang membawa selamat. Jangan biarkan kita tertipu dengan kenikmatan yang sesaat. Jangan biarkan masa muda kita berjalan pada jalan yang sesat. Kembalilah menjadi pemuda pemersatu umat. Pemuda yang selamat dunia dan akhirat.

Duhai pemuda, berpijarlah! Setiap perjuangan, setiap cita-cita, mustahil terwujud tanpa peranan pemuda. "Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya" (Hasan Al-Banna). []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ghumaisha Gaza Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Ruang Rindu untuk Mom
Next
Menjadi Guru Istimewa
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
11 months ago

MasyaAllah, motivasinya mantul Mbak..para pemuda wajib baca ini. Biar tahu makna hidup, untuk apa ada di dunia ini, dan persiapan apa yang akan dibawa menuju kampung akhirat. Barakallah Mbak Erni

trackback

[…] Baca juga: Duhai Pemuda Berpijarlah […]

trackback

[…] baca: Duhai Pemuda, Berpijarlah! […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram